Tiga hari berlalu, Freen tidak menemui Becca setelah kejadian malam itu. Benar, dia berusaha menghindar.
Freen mengerti arti tatapan seseorang, dia menyadari bahwa Becca terjatuh dalam kata-kata itu. Freen masih merasa bersalah, ini bukan niatnya untuk mempermainkan perasaan Becca. Namun, dia tidak bisa mengatakan dengan jujur, Bec, ini semua hanyalah perintah Saint, aku tidak benar-benar menyukaimu. Kalimat ini terdengar kejam.
Freen tau Becca akan datang ke rumah Saint esok hari. Dia tidak mungkin menolak kedatangan Becca. Oleh sebab itu, Freen check in ke hotel setelah membawa barang berharganya, Laptop.
Tiga hari ini, dia hanya mengisi waktu dengan berbelanja pakaian, jalan-jalan sekitar taman kota dan menulis, lagi. Dia berencana untuk memberi jarak sekitar satu minggu, lalu dia akan menemui Becca lagi. Dia pikir ini adalah cara satu-satunya agar Becca tidak terpengaruh dengan ucapannya saat itu, dia ingin Becca berpikir bahwa Freen tidak sungguh-sungguh mengatakannya.
Selama tiga hari ini juga, Freen memantau dari jauh, apa yang dilakukan Becca, dia berusaha untuk menjalankan perintah Saint mengenai jaga Becca. Walaupun tak ada yang perlu dijaga, Becca tampaknya bisa menjaga dirinya sendiri selama ini.
Juga, tidak ada panggilan dari Becca, Hanya satu pesan yang mengatakan bahwa 'dia sudah sampai' yang dia terima saat sedang menyetir, jadi dia tidak sempat membalasnya. Sampai sekarang, dia tidak mempunyai kesempatan lagi untuk membalas pesan tersebut.
Sekarang, Freen berjalan di toko buku, dia melihat banyak sekali anak remaja di toko ini, beberapa dari mereka lebih memilih untuk membeli novel dan cerita romantis lainnya, sedangkan dia berdiri di tempat buku-bukunya dijual. Dia melihat judul-judul itu dengan sedikit tersenyum, hampir semua cover buku itu hasil karyanya, berdasarkan lukisannya selama ini. Nam, manajernya yang penuh ide, memanfaatkan semua karya Freen, baik tulisan dan karya seninya.
Dia mengambil satu buku dengan judul Tak Pernah Rapuh, buku itu terinspirasi dari kehidupan ibunya yang selalu kuat menjalani hari, tak pernah mengeluh dan selalu memberikan semangat untuk hidup Freen. Dari dalam hatinya, Freen masih berharap untuk melihat senyuman ibunya lagi, dia sangat merindukan semua tentang ibunya.
Namun, dalam suasana haru itu, dia merasa seseorang sedang menerkamnya dengan tatapan tajam. Dengan perlahan dia melihat orang itu, dan ternyata wanita berambut pendek sedang berdiri di hadapannya dengan tangan mengepal di tali tas, sangat kuat, genggaman tangannya terlihat memutih.
Freen tidak menyangka akan bertemu Becca.
Dia melihat mata tajam itu sekali lagi, namun ternyata dia tak sanggup melihat dalam waktu yang lama.
Kali ini Freen mengalihkan pandangannya melihat sekitaran, dia juga membenarkan rambutnya ke belakang, dan sedikit menyentuh lehernya, saat bersamaan sekilas dia membasahkan bibirnya. Benar, Freen merasa gelisah dengan pertemuan yang tiba-tiba, dia sedikit cemas.
Freen meletakkan buku yang dia ambil, dia masih tidak melihat tatapan itu. Dia ingin berbalik dan pergi, meninggalkan Becca di sana. Tapi, sepertinya lantai toko buku ini ada daya pikat yang membuatnya tetap pada tempatnya. Apakah Bangkok begitu sempit?
"Uhm Bec?" Saat Freen mencoba menyapa Becca, wanita yang lebih muda ini dengan cepat mengabaikan Freen, dia masih berdiri di sana, sekarang mengambil buku karya Freen. Buku edisi akhir tahun yang diterbitkan baru-baru ini.
Becca sudah menentukan apa yang ingin dia beli. Seharusnya sekarang dia pergi ke kasir untuk membayar, tapi dia tidak ingin menjauh dari keberadaan Freen. Namun di sisi lain, dia tidak ingin bebicara dengan Freen, dia merasa marah karena selama tiga hari ini Freen tidak menemuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Butterfly - Freenbecky
FanfictionSaint adalah seorang yang mencintai Rebecca dalam diam, setelah mengetahui bahwa dia tidak memiliki kesempatan untuk itu, dia memberikan kesempatan hidup untuk Freen dengan mendonorkan jantungnya, tapi dengan beberapa syarat. Salah satunya membantu...