Menutupi bekas

33 1 0
                                    


Tepatnya, di jembatan layang, Shiroko tidak bisa berbuat apa-apa atas kesalahannya. Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menyandarkan kepalanya pada pagar jembatan sambil mengatur nafasnya, ditemani oleh langit gelap, lampu-lampu gedung, juga barisan kendaraan dalam padatnya lalu lintas.



"Aku.... menendangnya...? sejak kapan....."





Yang pasti, ingatannya entah kenapa jadi tidak jelas begini. Sebelumnya, ia terbangun dengan posisi tubuhnya sedikit merasa panas, namun ia tetap merasa fit.

"Padahal aku membencinya.... mengapa aku harus "repot" mengkhawatirkannya, ya?"

Bahkan ia sendiri pun malah tidak ingat bahwa tadi pagi sempat menendang Y/n ke rel kereta. Ia mengkhawatirkannya jika saja tubuhnya memang teriris oleh roda-roda kereta.

"Hei.... apa "kau" tahu apa alasannya? bisa kau jelaskan dari awal?"

Ia tetap tidak memedulikan sekitarnya, menunggu "seseorang" menjawabnya.

"Jawab aku.... jelaskan semuanya padaku sekarang...."

Ia memutuskan untuk menyandarkan kedua lengannya di atas pagar jembatan dan membenamkan wajahnya diantara kedua lengannya. Murung, sedih, cemas, kesal, benci, semuanya bercampur menjadi satu. Karena itulah ia tidak mendapatkan jawaban apapun.

"Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Beritahu aku...." ucapnya dalam bisik, meski hasilnya nihil....?

....Kau pasti tidak akan mengakuinya, kan?

"....Maksudnya?"

Tentu saja, tidak akan mengakui kalau aku yang paling berguna untuk bermain dengan emosimu! hahaha!!

"Bukan itu...! maksudku... aku membenci orang itu, tapi----

Dia orang yang baik, aku tahu itu.

"Tidak!! dia menjengkelkan! apa-apaan dengan responnya yang tidak peka itu! membosankan....!"

...Justru kau menyukainya, kan? makanya kenapa kau khawa----

"Tidak akan pernah terjadi. Tidak mungkin aku akan tertarik pada pria yang tidak berperasaan sepertinya!"

Hmm.... baiklah. Ini yang namanya buta dan tuli, huh.....? sepertinya apa yang kupikirkan memang 100% akurat....

"Berhenti mengoceh tidak jelas. Lagipula, ini semua skenario pasti ulahmu, kan?! sebelumnya kau bilang kalau kau yang mengendalikan emosiku, kan?!"

Heh.... sejak kapan aku bilang begitu, coba? aku bilang kalau semua materi yang ada di dalam tubuh ini milikmu, dan aku tidak bertanggung jawab dengan apa yang akan terjadi padamu nanti. Mudah, kan? selagi kau siap, semuanya akan terasa mudah. Bukannya itu prinsip hidupmu?



Yah, iya, deh... lagipula kau sudah tidak hidup la----ADUDUDUDUDUDUDUHHHH HOIII APA YANG KAU LAKUKAN!?!?!?

Shiroko menjambak rambutnya sendiri karena ia tahu itu akan berefek pada "dia" yang ada di dalam dirinya.

"Sepertinya kau santai sekali membahas hal seperti itu sampai aku menghafalnya hingga ratusan kali."

Haha!! bagus sekali! dengan begitu, kau tidak akan pernah lupa padaku! suatu saat nanti, kau pasti akan----

"----akan menemukan cara agar kau bisa pergi dari tubuhku sekarang juga."

Kemudian, keduanya diam tanpa suara, hanya menyisakan bising kendaraan yang masih berbaris dengan kilauan lampu di jalan. Beberapa saat kemudian....

I'm sorry.... [Shiroko x Male Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang