1.3

19 16 0
                                    

Disebuah pantai yang beralaskan tanah yang rata nan lembut, sang bumantara yang menunjukkan indahnya senja bersamaan dengan Candra yang perlahan menampakkan dirinya dari arah lain

Seorang diri di pantai tanpa keramaian, sungguh... Hal yang sangat menyenangkan nan menenangkan

Nayanika ku tertuju pada sesosok wanita yang tengah terduduk ditanah, ia memandang ke arah pantai dengan ombak yg menenangkan

Netra ku tertuju padanya.. tampak seperti kenal, ku hampiri ia... Dan benar saja.. dia...

"hai, Aira ?"

Ia menoleh padaku... Sungguh, sesosok wanita yg sangat ku rindukan selama 3tahun terakhir

"Nathan...? Heiii apa kabar, sejak kapan kau telah kembali? Aku tidak tau kau disini?"

Christopher Leonathan Krisantus ... Atau biasa dipanggil Nathan/Leo

Aku tersenyum hangat saat ia menanyakan kabarku, jujur saja... Ada rasa yg berbeda saat aku bersama, mungkinkah... Aku suka dirinya ?
Tapi ayolah... Tanpa mengatakan saja tuhan kita telah menjawab terlebih dahulu...
Tuhan kita, berbeda...

"Aku baik, sekitar dua Minggu yang lalu aku kembali ke sini setelah 4tahun di Canada, aku tidak menyangka masih bisa bertemu denganmu... Bagaimana kabarmu selama ini ?"

Dengan beberapa jarak diantara kita, aku terduduk disebelah nya namun agak menjauh karena ku tau ia harus menjaga batasan dengan seorang lelaki, mengobrol santai sembari menikmati senja yg sebentar lagi akan menghilang

"Aku baik, sebenarnya begitu banyak masalah namun aku tidak masalah.. aku percaya kalau setiap masalah selalu ada jalan keluarnya "

"Sungguh...? Wahh aku tidak percaya sekarang kau sudah berubah ya? Menjadi lebih kuat, aku senang kau mulai berfikir positif, selalu seperti itu yaa..??"

"Tentuu..."

"Oh yaa.. kalau boleh tau.. apa kau sedang suka dengan seseorang?"

Aira yang ditanyakan seperti itu langsung menoleh ke Nathan karena ia tidak percaya akan ditanyakan seperti itu, selama ini ia mengharapkan tidak ada yg menanyakan itu padanya...

"Hmmm... Jujur saja, aku sedang menyukai seseorang, namun aku rasa sulit untuk ku gapai walau besar kemungkinan sih..."

"Siapa?"

"Tidak perlu ku beri tau siapa namanya, tapi ia adalah seorang ikhwan, lelaki yang sangat ku langit kan namanya didalam doa doaku"

Melihat Nathan yg tidak memberikan respon apapun pada ucapan nya.. ia menoleh ke arah lawan bicara nya itu

Ia kebingungan karna ia hanya melihat Nathan dengan ekspresi yg sulit diartikan, tatapan nya yg melihat ke arah langit yg hampir menggelap itu, seperti mengisyaratkan sesuatu yg sulit untuk dikatakan

"Nathan..."

Sambil melambaikan tangan ke arah muka ku, diriku pun tersadar dan tersenyum dengan mata yg begitu teduh

"Lalu? Apa kau sudah mengatakan perasaan mu pada lelaki tersebut? Apa ia seagama dengan mu...?"

"Untuk apa aku menyukai seseorang yg beda agama dengan ku..? Itu hanya akan menimbulkan luka... Aku tidak akan menyampaikan perasaan ku pada lelaki tersebut, cukup Tuhanku dan aku yang tau.."

"Kau... Ehmm siapapun dia, kuharap dia tidak akan menyakiti mu sedikit pun entah itu fisik maupun batin"

"Yaa?? Terimakasih"

Setelah perbincangan singkat tadi.. masing-masing diantara mereka mulai merasakan canggung

Dengan cepat Nathan memulai topik lain,

"Ekhmm.. teringat kembali kisah Kita dulu.. Kita seperti awan dan bukit.."

"Awan dan bukit? Maksud...?"

"Yyaa.. kita pernah seperti awan dan bukit. menjadi dekat tanpa jeda seperti perangainya yang kerap menyelinap di sela-sela jemari pohon pada kulit sebuah bukit. dulu, kita seintim itu."

Setelah mengatakan hal tersebut, Aira kembali melanjutkan ucapan Nathan tadi

"Dan kita juga pernah menjadi awan yang melawan sinar matahari. kebahagiaan kita mampu menawar panasnya siang yang begitu terik melebihi segarnya jus buah favoritmu. dulu kita senyaman dan seteduh itu."

Nathan kembali melanjutkan..

"banyak ego yang berhasil kita tidurkan, banyak juga amarah yang meluap. tapi pada akhirnya, kita mampu berdamai dengan banyaknya ketidak-sempurnaan nya."

Dan, Aira kembali mengucapkan kalimat akhir dari percakapan mereka ini

"Pada ruang baru yang kujalani saat ini, masih begitu kosong. banyak bilik tak yang perlu membuat sikapku menjadi tidak utuh"

Nathan dan Aira saling melempar senyum, kembali mengingat saat dimana keduanya masih belum merasakan kejamnya dunia

•°•  you, me, and twilight •°•







































Assalamualaikum...
Sampai sini, bagaimana pendapat kalian?
Saya harap kalian tidak bosan...
Terimakasih atas dukungan dan vote nya..

*:..。o○ 𝐊𝐚𝐥𝐛𝐮 Aira ○o。..:* [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang