Episode 14

75 8 8
                                    

Di klinik Dokter Dika ada Xena yang sedang duduk di kursi roda didorong menuju ke ruang operasi.

Di sisi lain ada Dokter Dika yang sedang menggunakan sarung tangan latex putihnya.

Suster pun menghadapkan Xena ke Dokter dengan kacamata tebal itu.

"Dok, kita mau apa dok?" tanya Xena takut. Dan wajahnya pun sangatlah keringat dingin.

Dokter Dika pun berucap. "Xena, waktu itu kan saya udah bilang kamu harus ada yang mendampingi. Karena Aleix tidak ada saya terpaksa menelepon orang tua kamu,"

Xena pun kaget bukan kepalang. "Apa dok?"

Xena pun memohon ke dokter berkacamata tebal itu. "Jangan dok, jangan hubungi orangtua saya, Please, iya dok."

Namun dokter Dika tidak menggubris Xena. Lalu dokter berkacamata tebal itu membuka pintu.

Datanglah dua orang paruh baya dengan pakaian khas sunda-nya. Iya itu adalah orang tua Xena.

"Xena ada apa ini? Tadi Ambu dapat telepon katanya mau aborsi," ucap wanita dengan kebaya hijau. Yap itu bunda Xena.

"Xena nggak mau hamil Ambu! Xena malu!" teriak Xena ke sang bunda

Xena pun memohon kepada sang bunda. "Izinin Xena ya Ambu. Iya, Iya Abah,"

Giliran Ayah Xena yang bicara. "Jadi kamu selama ini membohongi kami Xena! Iya!"

Xena merespons dengan ekspresi kesal. "Ini salahnya Tomáš, Bah! Tomàš yang brengsek! Nggak fair kan kalau Xena yang nanggung ini sendirian. Karir Xena! Masa depan Xena! Semuanya bisa hancur Bah!"

Ayah Xena pun menggertak. "Sudah! Sudah! Sudah!"

"Kamu jangan menjelek-jelekan orang lain Xena!" ucap Ayah Xena sudah kadung emosi.

"Abah bakalan lapor ke kepala sekolah," lanjut Ayah Xena.

Xena menggelengkan kepalanya dan memohon. "Bah, jangan dong Bah. Xena bisa malu Bah. Xena mau pindah sekolah luar negeri aja ya,"

Ayah dan Bunda Xena hanya menatap wajah Xena datar karena sudah terlalu malu dengan kelakuan Xena.

"Abah sama Ambu masa tega lihat Xena kaya gini hah!" ucap Xena ke orangtuanya

"Astagfirullah Neng, Neng nggak boleh ya ngelakuin aborsi. Itu dosa Neng! Dosa!" Bunda Xena menasihati anak semata wayangnya itu.

Mata Bunda Xena pun berkaca-kaca. "Dan kamu harus mempertanggungjawabkan semua yang sudah kamu buat Neng," lanjutnya.

Xena pun berucap kembali. "Seharusnya Abah dan Ambu nggak pernah tau. Kenapa Aleix mesti pergi!"

Xena memanggil nama Aleix berkali-kali dengan memggeram. Lalu Dokter Dika pun menjelaskan. "Xena, Aleix tidak mengharapkan buat kamu Aborsi."

Dokter berkacamata tebal itu berucap ke Ayah dan Bunda Xena. "Sebelum Xena menemui saya. Aleix sudah berkonsultasi dahulu kepada saya,"

Dokter Dika pun flashback saat bicara ke Aleix di taman dekat Klinik.

"Kalo anak seusia Aleix hamil terus Aborsi bahaya ndak Dok?" tanya Aleix dengan polosnya.

"Aleix, anak seusia kamu kalau hamil mentalnya masih kurang kuat apalagi kalau ditambah aborsi bisa meninggal Ibu dan Anaknya sekaligus," jawab Dokter Dika sambil membuka kaleng Redbullnya.

"Oh gitu ya Om Dika. Bahaya banget ya berarti," ucap Aleix mengangguk.

Rambut Aleix dielus-elus oleh Dokter Dika. "Iya Aleix,"

Sweetheart [13+] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang