CHAPTER 2

11.5K 1.2K 66
                                    

[HAPPY READING]

Vote! Vote! Vote!

Kaivan menatap tak berselera hidangan makan malam dimeja panjang nan mewah dihadapannya. Untuk apa banyak hidangan bila pada akhirnya hanya ia yang akan memakannya.

Memiliki kedua orangtua yang workaholic membuat Kaivan menjadi pribadi yang liar. Uang memang selalu mengalir deras untuknya, namun tak ada kasih sayang dari orangtuanya bahkan sejak dirinya masih kecil hingga ia sudah beranjak menjadi remaja seperti sekarang.

Saudara? Ada satu. Namanya Karvian, namun udah minggat! Maksudnya milih hidup terpisah dari orangtua, alias hidup mandiri dengan penghasilan dari diri sendiri.

Selain benci orangtuanya yang gila karir, Kai juga benci abangnya yang meninggalkan dirinya sendiri di rumah segede gaban ini.

Suruh siapa minggat ngga ngajak ajak!

Keseharian Kai hanya membuat onar, menghabiskan uang yang diberikan orangtuanya, dan jarang di rumah.

"Ini jus mangga seperti biasa tuan muda," ucap seorang pelayan setelah meletakkan jus mangga kesukaan Kaivan.

Kaivan menyantap makan malamnya walaupun tak berselera, setelah itu ia menandaskan segelas jus mangga favoritnya.

"Gw ngga akan pulang malam ini," ucap Kaivan pada para pelayan seraya berjalan keluar mansion.

Malam ini Kaivan ditantang balapan oleh rival basketnya dari sekolah lain, namun sebelum itu ia akan mampir dulu ke caffe milik salah satu sahabatnya, Jovan.

Sesampainya di Cafe, Kaivan memarkirkan motornya di depan Cafe milik Jovan lalu memasuki Cafe.

"Minum apa bro?" Tanya Jovan yang kini sedang menjadi barista di cafe miliknya.

"Ngga deh, mau numpang Wi-Fi aja gw," canda Kaivan lalu duduk di kursi dekat tempat pelayanan.

"Si bangke duit segudang WiFi numpang!" Balas Jovan tau bahwa Kaivan hanya bercanda.

Jovan yang sudah tau minuman apa yang Kai suka, ia langsung membuatnya. Tak butuh waktu lama minuman milik Kai sudah jadi, Jovan membawa minuman buatannya menuju meja Kai.

Jovan meletakkan minuman buatannya seraya duduk pada kursi yang tersedia, "Lo jadi Nerima tantangan si Vicko?"

"Jadilah, dari pada gw gabut," balas Kaivan seraya mengambil gelas minuman miliknya.

Prang!

"Kai lo kenapa?" Panik Jovan ketika Kaivan menjatuhkan gelas kopi, lalu meremat lehernya entah karena apa.

"P-panas," Kai tak tau apa yang terjadi pada dirinya, tenggorokannya terasa sangat panas dan sakit.

Karena hal itu ia menjadi kesulitan bernafas, perlahan kesadarannya mulai menghilang. Ia hanya bisa mendengar suara Jovan yang meneriakinya panik.

"Anjing otw neraka nih gw abis ini!" batin Kai miris.

Gelap, Kaivan tak sadarkan diri.

[A/K]

"Lo dah sadar Kai?" Zio memegang kepalanya yang pusing sembari menatap heran wajah wajah asing yang menatapnya.

"Siapa?" Tanya Zio.

"Wah Jov, masa gegara racun Kai jadi insomnia!" Heboh salah satu pemuda yang bernama Petra.

"Amnesia bego!" Timpal pemuda lain yang bernama Jordan dengan datar.

"Kalian siapa sih? Kok gw baik-baik aja, harusnya gw udah mati kan?" Tanya Zio sekali lagi.

Ctak!

"Aws sakit njir!" Zio mengelus keningnya yang di sentil keras.

"Mulut lo! Ngomong mati sekali lagi tunggu akibatnya!" Geram Jovan menatap tajam Kaivan.

"Gajelas lo!" Zio mengalihkan pandangannya kesamping, matanya melotot ketika melihat wajah asing di pantulan kaca depan sana.

"Itu siapa anjing?!" Teriak Zio terkejut ketika melihat pantulan wajahnya di cermin yang dimana bukan wajahnya.

"Sshhh," Zio meremat rambutnya guna mengurangi rasa sakit di kepalanya.

"Kai lo kenapa?"

"Kai"

"Panggil dokter!"

"Anjir dia pingsan cok!"

Setelah beberapa saat, dan dokter sudah memeriksa. Katanya tak ada yang perlu di khawatirkan. Itu hanya efek racun yang membuat pasien syok seolah lupa ingatan padahal engga.

Zio yang telah sadar dari pingsannya berusaha menerima apa yang terjadi padanya saat ini, ia ingin sekali merutuki Tuhannya yang main pindahin jiwanya tapi takut dosa.

Udah bener dia mati di tabrak truk, udah tragis juga. Kenapa ini jiwanya justru nyasar ditubuh orang yang ngga dia kenal. Percaya ngga percaya, tapi ini beneran anjir!

Tadi di alam bawah sadar Zio bertemu Kai si pemilik tubuh, si Kai mah enjoy aja otw neraka dan cuman bilang suruh jaga tubuhnya baik-baik. Udah gitu aja, setelah itu pergi sambil ngasih seluruh ingatan Kai padanya dan setelah itu Zio tersadar dari pingsannya.

"Lo ngga beneran lupa sama kita kan Kai?" Tanya Petra memastikan.

"Lo Petra kan?"

"Wah sahabat gw gagal amnesia!" Petra langsung memeluk kencang Kai hingga tubuh Kai yang lebih kecil terlihat sangat tertekan.

"Kai sesak goblok, lepas!" Ucap Jovan pada Petra tersirat kekesalan.

"Oh iya maap ya."

"Keluarga gw ngga ada yang kesini?" Kai menatap teman-temannya yang menatapnya sendu.

"Ngga dateng ya?" Tanya Kai sekali lagi.

"Nyokap lo lagi keluar kota karena ada launching butik barunya, kalo bokap lo lagi ngurus pelayan yang ngeracuni lo Kai, pelayan itu ternyata mata-mata dari musuh bokap lo," tutur Jovan.

"Bonyok lo ngga ada yang bener, harusnya anak prioritas kan ya!" Ucap Petra emosi.

"Orangtua lo lebih parah Pet!" Timpal Jordan sambil menggeplak kepala belakang Petra.

"Anjing lo Dan! Tapi iya juga ya, orangtua gw lebih parah anjir!" Seru Petra mengingat dia anak broken home yang selalu mendapatkan kekerasan dari orangtuanya, nggak emak bapak sama sama tempramental.

Makanya si Petra sekarang tinggal sendiri, menghidupi dirinya sendiri dengan usaha yang ia dirikan sendiri. Orangtua Petra? Mungkin sudah bahagia dengan keluarganya masing-masing.

Sedangkan di tempat lain, Venia menangis tersedu-sedu sembari memeluk putrinya yang menangis juga.

Entah sudah berapa jam ia menunggu putranya yang sedang bertaruh nyawa di dalam ruang operasi.

Davi terus saja berdiri di ruang operasi menunggu dokter keluar. Ia sungguh menyesal telah bermain main dengan kata kematian, ia sungguh tak menyangka putranya benar-benar melakukan apa yang ia katakan.

Setelah beberapa jam menunggu, pintu operasi terbuka, seorang dokter keluar dengan wajah lelah setelah berjam-jam bergelut dengan nyawa seseorang.

"Maaf, Tuhan berkata lain. Pasien dinyatakan meninggal pada pukul sepuluh lebih sembilan, jenazahnya akan segera dipindahkan ke ruang jenazah. Saya permisi," Venia langsung beranjak dari duduknya lalu mendekati Davi yang berdiri dengan tatapan kosong.

Plak!

"Ini semua salah kamu mas! Anak ku anak ku meninggal karena kamu! Kamu terlalu menuntutnya menjadi sempurna! Lihat?! Dia menuruti keinginanmu untuk mati! Kamu nggak punya hati mas!" Venia hanya bisa menangis sambil mengumpati sang suami yang terdiam.

"Maafin papa Zio," lirih Davi penuh penyesalan, sebelum tubuhnya meluruh terduduk di dinginnya lantai.

TBC!

Chapter selanjutnya Zio yang di tubuh Kai kita panggil Kai okey? Biar ngga bingung.

Bubay cintah!

A/K? ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang