CHAPTER 13

5.3K 584 13
                                    

HAPPY READING

Kai memutar bola matanya malas, dirinya merasa risih dengan atensi Kafa yang terus berada di dekatnya. Sedari di sekolah hingga sampai di rumah pun Kafa tetap mengekori Kai dimana pun itu.

"Bisa ngga sih nggak usah ngintilin gw mulu?! Sana ke kamar lo!" Geram Kai meneriakki Kafa.

"Ikuuttt," Kafa membalas Kai dengan nada imutnya.

"Gw mau ke kamar mandi ya ngapai lo ikut-ikut segala?! Mau ngintipin gw lo?!" Seloroh Kai sudah kesal bukan kepalang.

"Emang boleh ngintip?" Tanya Kafa berbinar.

Tak!

"Aws, sakit lah kak!" ringis Kafa saat dahinya kena sentil.

"Dasar otak omes!"

Brak!

Kai masuk ke kamar mandi lalu menutup pintunya kencang, kok ada sih manusia ngeselin kaya Kafa?!

"Liat aja nanti, hihi."

[A/K?]

Setelah makan malam, Kai langsung memasuki kamar diikuti Kafa. Galih sudah memberi perintah mutlak bahwa Kafa akan tinggal di rumahnya dan tidur dengan Kai.

Sedangkan di tempat lain, lebih tepatnya di ruang kerja Galih. Disana sudah ada Aran dan pemilik ruangan yang duduk berhadapan.

"Abang titip Kafa dulu ya," ucap Aran tak enak, terlebih sepertinya keponakannya tak menyukai Kafa.

"Kaya sama siapa aja lo bang, soal Kai biarin lah. Nanti juga lama-lama dia nyaman sama Kafa," balas Galih tersenyum tanpa beban.

"Thanks, gw takut banget mereka ngincar Kafa. Tau sendiri gimana musuh gw," ucapnya sendu di akhir kalimat.

"Sabar ya, semoga semuanya lekas membaik. Iklasin mbak Ila, semoga mbak Ila tenang disana," Aran hanya mengangguk mendengarkan perkataan sang adik.

Fyi, dulu Aran punya kekasih, namanya Syila. Dan musuh Aran tau bahwa Syila adalah kelemahannya, karena itu Syila terbunuh dengan nahas di tangan musuhnya Aran. Malangnya.

"Iya semoga aja. Oh iya, gw mau langsung balik aja," Aran beranjak dari duduknya.

"Ngga mau nginep aja?"

"Nanti takutnya Kafa tau, alasan gw nitipin dia disini kan karena biar deket ke sekolah trus juga gw mau keluar kota sama mama. Yang awal pertama bener, yang kedua engga," jelas si Aran.

"Iya deh, lo pokoknya hati-hati aja bang. Tolong jagain mama ya?"

"Pasti, gw pamit."

Kembali lagi ke Kai dan Kafa. Kini mereka berdua telah beradu mulut tentang guling.

"Diem ngga?!" Tunjuk Kai pada Kafa yang berusaha menyingkirkan guling.

"Ngga usah dikasih guling lah kak!"

"Apaan sih? Nanti lo grepe-grepe gw lagi kalo ngga dikasih pembatas!" Kai berusaha menahan agar guling miliknya tetap dijadikan pembatas.

"Ngga usah kak!" Kafa tak mau kalah, ia dengan kuat menarik guling agar tak menghalanginya, namun tak bisa.

"Biarin napa si?!"

"Ya ngga usah di batasin kenapa si?!"

"Terserahlah!" Ucap Kai kesal lalu segera merebahkan diri memunggungi Kafa.

Tau bahwa dirinya menang, Kafa tak bisa menahan senyumannya. Dengan pelan ia menyingkirkan guling ke belakang tubuhnya. Dan dirinya merebahkan tubuhnya mendekati Kai.

"Ngga usah deket-deket!" Ketus Kai.

"Hadap sini kak."

"Dih!"

"Hadap sini kak, mau aku aduin papa?"

"Ck! Tukang ngadu," decak Kai kesal namun tetap berbalik menghadap Kafa.

Sreekk

"Hangat, hehe."

Kai mematung, kaget banget njir! Kafa memeluk Kai dan menelusupkan wajahnya di dada Kai, tubuh Kafa yang mungil membuat Kafa terlihat pas di pelukan Kai.

"L-lo apa-apaan si?" Sial, dia gugup.

"Pfft, kakak gugup."

"Nggak! Siapa yang gugup?!"

"Kafa mau kasih tau rahasia, kakak mau dengar? Daripada kakak tau dari orang lain," tuturnya.

"Punya rahasia apaan lo? Rahasia jadi cowok pikmi? Gw mah dah tau!" Jawab Kai yang lama-lama lupa sama Kafa yang masih memeluknya.

"Bukan, tapi janji jangan bilang-bilang ya?"

"Hmm."

"Nama aku sebenarnya Vino-"

"Tu kan lo emang penipu! Dasar an-"

"Dengerin dulu kak!"

"Cepet!"

"Nama aku sebenarnya Vino Mahardika, percaya ngga percaya tiba-tiba jiwa aku pindah ke tubuh cowok pikmi ini."

"Sejak kapan?"

"Kakak percaya?" Heran Kafa aka Vino.

"Sejak kapan?"

"Beberapa minggu yang lalu, waktu itu ayah kecolongan. Ada pembantu ayah yang berkhianat, yang intinya Kafa keracunan trus jiwanya digantiin Vino. Kakak tau apa yang bikin Vino survive tinggal disini?"

"..."

"Karena kakak, aku dari dulu peng-"

Srekk

Kai melepas pelukan sedikit kasar, lalu menatap Kafa horor.

"Lo homo ya?!"

"Eh engga!"

"Ya trus maksudnya bertahan karena gw itu apa?!" Kai semakin menatap horor Kafa.

"Vino mau diangkat jadi adeknya kakak!"

"Hah?!"

Tbc!

Huft, ngga jelas "(

A/K? ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang