CHAPTER 9

6.9K 708 33
                                    

HAPPY READING

Vote! Vote! Vote!

Jika biasanya pagi-pagi Kai akan merasa kedinginan dengan suhu di pagi hari, namun berbeda dengan hari ini. Sungguh, Kai amat sangat gerah!

"Woy lepas! Aku mau mandi!" Dengan sekuat tenaga Kai berusaha melepaskan pelukannya dari dua arah yang menimpa tubuhnya.

"Woy lepas! Aku mau mandi!" Dengan sekuat tenaga Kai berusaha melepaskan pelukannya dari dua arah yang menimpa tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukannya melepaskan pelukan, dua orang dewasa itu justru semakin mengeratkan pelukan.

"Tidur Kai, masih terlalu pagi," guman Aran dengan mata masih tertutup.

"Udah jam setengah tujuh! Aku mau sekolah!"

"Apa?!" Dua orang dewasa itu langsung bangun terduduk menatap jam didinding.

"Sial! Hampir jam tujuh!" Heboh Aran.

Galih saja langsung turun dari ranjang buru-buru ke kamar miliknya, ia punya jadwal meeting di pagi ini.

Aran punya janji nganterin putranya sekolah, haduh pasti nanti si Arkan akan ngambek.

"Dasar aki-aki tua menyebalkan!"

[A/K?]

Kai menatap sinis cowok yang ia ketahui dua tahun lebih muda darinya. Dia Kafa, bocah lima belas tahun yang menjadi kesayangan si Aran.

Beberapa jam berada dalam satu atap dengan Kafa, Kai bisa merasakan aura pick me boy yang amat sangat kuat dari Kafa. Kai harus berhati-hati.

"Nanti Kafa tidur dimana? Sama siapa?" Kaga berujar manja di pangkuan Aran, iya pangkuan!

Kafa itu pendek! Lebih pendek dari Kai, mungkin tinggi Kafa sekitar 145cm. Imut? Ya bisa dibilang imut juga sih.

Aran mengelus lembut surai putranya, "Adek mau tidur dimana? Boleh kok dimana aja," tutur Aran.

"Beneran? Kafa mau tidur dikamar yang pintunya biru dilantai dua!" Serunya tanpa pikir panjang.

"Heh! Itu punya gw ya! Jangan ngadi-ngadi lo!" Ucap Kai kesal, sudah Kai duga si dugong itu pasti ingin memancing amarahnya.

"Kai, jangan dibentak adiknya," Kai menatap Galih bombastis.

"Kakak masih benci ya sama Kafa? Kafa emang salah apa sama kakak?" Kan, kan, iyuh banget apalagi kalo liat mukanya si Kafanjing yang sok dibuat melas itu.

"Awas aja lo mau pakai kamar gw! Gw tampol juga lo lama-lama!" Kai beranjak dari kursinya dan berlalu ke kamar, makan malam kali ini sungguh menguras emosi.

"Kai! Itu hanya kamar, jangan memperkeruh keadaan!" Sentak Aran yang membuat Kai berhenti melangkah.

Kai membalikkan tubuhnya, ia menatap Aran tajam.

"Om tau itu hanya perihal kamar, kenapa tak memberikan kamar yang ada saja pada anak om itu? Kenapa harus kamar aku?!" Kai langsung membalikkan badannya lagi kembali melangkah.

"Awas aja kalo gw ketemu si Karvian, gw tonjok tuh muka karena kabur ngga ngajak gw!" Batinnya kesal ia tak rela ditinggal sendirian seperti ini.

"Hiks hiks, ayah maafin Kafa. Kak Kai marah hiks.." Kafa memeluk tubuh Aran sembari menangis tersedu-sedu.

"Kafa jangan nangis ya? Udah nggapapa, mungkin kakaknya lagi ngga mood aja makanya marah-marah," Aran menjadi tak enak, kasian sekali anak seimut Kafa dikasari.

"Dasar anak tolol!" Guman Rita yang sedari tadi diam menyimak ketololan dua putranya.

Rita ikut undur diri, ia yang semula berniat menghabiskan puding mangga bersama Kai menjadi urung karena anak angkat putra sulungnya.

"O-oma mau kemana?" Cicit Kafa melihat Rita yang mau pergi.

"Menjauh dari hama!" Balas Rita lalu berjalan meninggalkan ruang makan.

Kafa mengepalkan tangannya, wanita tua itu kenapa sangat sulit untuk ia taklukan?

"Hiks, ayah... kapan Oma sayang sama Kafa?" Lirih Kaca di ceruk leher Aran.

Aran juga bingung entah apalagi yang harus ia lakukan agar mamanya itu mau menerima Kafa sebagai bagian dari keluarga mereka. Sejak Tiga tahun lalu saat Aran memilih untuk tidak ingin memiliki istri, dan lebih memilih mengadopsi anak membuat Rita sangat tak menyukai Kafa.

Rita merasa Kafa membuat masa depan Aran menjadi berantakan. Saat melihat Galih, putra keduanya ikut andil dalam menyayangi Kafa, membuat Rita menobatkan kedua putranya itu menjadi orang tolol!

"Kamu ngapain belajar?" Heran Rita saat memasuki kamar Kai, setahunya cucunya itu tak suka belajar.

"Huft, orang-orang pada kenapa sih? Oma ngga seneng aku belajar?" Sungutnya kesal.

"Eh, engga begitu Kai. Aneh aja rasanya, dulu kan kamu nakal banget ampe bikin oma suka jantungan!" Seloroh Rita mengingat bagaimana perangai cucunya dulu.

Ia cukup bersyukur setelah keracunan, cucunya itu berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Hanya saja, Rita masih merasa sedih jika mengingat akan Karvian. Entah dimana cucu sulungnya itu, tak ada kabar sedikit pun.

"Ih jangan melamun Oma," Kai menepuk pelan lengan Rita.

"Ah iya. Oma hanya kepikiran Abang kamu," tutur Rita yang langsung menjadi sorotan Kai.

"Kai sebel sama abang, masa kabur ngga ngajak-ngajak!"

Ctak!

"Heh! Jangan pernah berniat untuk kabur kamu ya!" Kai mengusap keningnya yang di sentil Rita.

"Oma mainnya kekerasan! Sana urusin aja si pikmi boy kesayangan dua anak tolol Oma!" Ucap Kai tanpa pikir panjang.

"Ihh jijik banget Oma deketan sama anak pungut itu, ngga seharusnya itu anak ada dikeluarga kita. Emang dasarnya si Aran yang tolol parah, Galih juga justru ikutan belain anak itu!" Saking emosinya Rita sampai berkacak pinggang dengan mata melotot tajam.

"Sekarang mencela, kali aja kan nanti Oma jadi kepincut sama kepolosan dia," ucap Kai mencoba memasang tembok kewaspadaan.

Si Galih aja yang sepertinya udah tobat mau memperlakukan Kai dengan baik saja langsung belok belain si anak pungut.

Tbc!

A/K? ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang