CHAPTER 15

8.1K 590 39
                                    

HAPPY READING

"Hiks hiks kakak bangun..." lirih Kafa berderai air mata melihat keadaan Kai yang mengenaskan.

Kai berusaha melepaskan ikatan pada tubuhnya, namun bukannya terlepas ikatan tersebut justru melukai kulit tangannya.

Di depan sana terlihat jelas bagaimana keadaan tubuh Kai yang sudah tak sadarkan diri. Wajah penuh lebam, dengan tubuh terikat, tak lupa kaki yang sudah bersimbah darah. Kaki kiri Kai tertembak sebanyak dua kali, bisa dipastikan peluru itu masih bersarang di kaki Kai. Memikirkannya saja Kafa tak tahan untuk tidak menangis.

"Heh bocah! Diem bisa kan lo?! Berisik tau ngga?!" Teriak salah satu pria yang menjaga di dalam ruangan.

"Hiks lepasin kakak..."

"Iya nanti, sekalian sama nyawanya hahaha!"

"HUWAAA JANGANNNN HIKS HIKS KAKAKK..." tangis Kai semakin pecah.

"Lo apain sih tu anak Jup? Tenangin sana, berisik banget!" Ucap pria yang lainnya memasuki ruangan.

"Iye iye, ni bocah cengeng banget etdah!" Balas si Jupri.

Jupri yang semula berdiri di dekat pintu, langsung berjalan mendekati Kafa yang duduk terikat di kursi.

"Mmmhhh!"

"Nah kan jadi kaga berisik," guman si Jupri setelah menyumpal mulut Kafa dengan gumpalan kain.

"Jadi bocah yang nurut ya cil, kasian mana masih muda," ucap si Jupri sembari mem puk puk kepala Kafa.

Beberapa saat kemudian, Kafa rasa sudah semakin malam. Diruangan juga hanya ada Kai dan Kafa, pria pria itu entah pergi kemana setelah tadi terdengar keributan diluar sana.

"Kaf..." Kafa yang semula melamun langsung tersadar menatap Kai di depan sana.

"Mmhhhh-!" Tangis Kafa yang tadi sudah reda kini kembali terdengar.

Kai hanya menggeleng sebagai balasan, jika bisa tersenyum pun Kai ingin tersenyum melihat betapa lucunya wajah Kafa yang menangis dengan mulut disumpal kain.

Wajah Kai yang hampir semua lebam lebam membuatnya kesulitan menggerakkan wajahnya bahkan hanya untuk tersenyum.

"Gw... ngga-akhhhh-!" Kai meremat dadanya sakit saat sesuatu seolah menghantam dadanya bertubi-tubi.

"Mmmhhhh-!" Kafa jadi panik, wajah Kai terlihat begitu kesakitan.

Kai rasa ini efek tendangan para pria itu, demi apapun ini sakit banget. Wajahnya sakit, dadanya sakit, kakinya pun sakit.

BRAK!

Kafa menoleh ke arah pintu, terlihat Aran yang berjalan tergesa kearahnya dengan keadaan yang sudah berantakan dan banjir keringat.

"Kamu nggapapa kan?" Tanya Aran setelah melepaskan ikatan tali ditubuh Kafa, tak lupa juga sumpalan di mulut Kafa.

"Kakak hiks..."

Pandangan Aran langsung berbalik menatap Kai yang sudah tak berdaya, dengan cepat ia berlari mendekati Kai.

"Kai kai!" Aran menepuk pelan pipi lebam Kai agar siempu sadar, namun Kai sudah tak sadarkan diri.

[A/K?]

"Gimana Yolan?" Tanya Galih pada Aran, mereka berada di rooftop rumah sakit.

"Di ruang bawah tanah, sial sekali kita bisa kecolongan!" Geram Aran.

"Kasian Kai..."

"Dia pasti kuat, abang yakin dia bisa menerima keadaan," Aran menepuk pundak Galih mencoba memberi pengertian.

A/K? ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang