CHAPTER 5

8.9K 915 31
                                    

[HAPPY READING]

Vote! Vote! Vote!

Kai menghela nafasnya kesal, saat ini waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas. Namun, perutnya tiba-tiba saja minta diisi padahal dirinya sedang menyelesaikan banyak latihan soal menjelang kenaikan kelas.

Dengan kesal, dirinya segera mengambil dompetnya dan keluar kamar berniat membeli bakso. Sepertinya didepan komplek sana ada yang jualan bakso.

Menuruni tangga dan melangkah menuju pintu keluar, langkah Kaki terhenti ketika ruangan yang semula gelap seketika langsung terang benderang.

"Mau balapan lagi kamu?!" Tanya Galih entah dari mana dia muncul.

Kai membalikkan badannya malas, tau ngga sih dia itu lapar! Cuman butuh bakso buat mengisi perutnya yang keroncongan! Tu bapak-bapak emang rada ya! Otaknya negatif mulu!

"Seburuk itu ya saya dimata anda?"

"Papa Kai, bukan anda! Papa cuman tanya apa kamu mau balapan?" Kesal Galih.

"Menurut anda?"

"Kai!"

"Apa sih?! Saya lapar mau beli bakso!" Pungkas Kai kesal lalu melanjutkan jalannya.

"Kai tunggu, papa antar!" Galih sedikit berlari menuju kamar, dan mengambil jaket, dompet, dan kunci mobil.

Lalu menyusul Kai yang ternyata masih di halaman rumah.

"Ayo Kai papa antar," Kai hanya menatap Galih sekilas dan berniat pergi sendiri, namun Galih langsung menarik tangannya dan menggiringnya ke garasi.

"Masuk, ngga baik anak kecil keluar malam-malam sendiri!" Ucap Galih beralasan, padahal dia hanya ingin mengenal lebih jauh akan putranya.

Dengan ogah-ogahan Kai masuk ke kursi samping kemudi, dengan wajah tertekuk kesal.

Galih tersenyum tipis saat Kai menuruti perkataannya, "Kamu mau beli apa?" Tanya Galih sembari melajukan mobilnya keluar pekarangan rumah.

"Saya hanya ingin beli bakso depan komplek! Jalan kaki juga nyampe! Ngapain anda repot-repot nganterin saya pakai mobil hah?!" Gerutu Kai sudah sangat kesal, mending diem aja deh si Galih! Kebanyakan nanya!

"Diluar dingin Kai, nanti kamu sakit. Ini kamu pakai jaketnya," Kai menatap Galih heran, ini ngga mimpi kan?

"Pakai Kai, apa perlu papa yang makein?" Kai mendelik, lalu segera mengambil jaket ditangan Galih.

Kai memakai jaket milik Galih dengan gerakan dihentak-hentakkan agar Galih tau bahwa ia sedang kesal.

"Beli baksonya jangan didepan komplek, papa tau bakso yang recommended," ujar Galih fokus pada kemudinya dan melewati kedai bakso depan komplek.

"Terserah!" Ketusnya.

Setelah sekitar dua puluh menit menempuh perjalanan akhirnya mobil Galih berhenti ditempat tujuan. Galih menoleh menatap putranya yang tertidur, imut. Berbeda ketika bangun, Kai justru selalu berwajah ketus dan terlihat kesal dihadapannya.

"Kai, bangun kita udah sampai," Galih menepuk pelan tangan Kai, yang langsung direspon oleh siempu.

"Emmm," lenguhnya lalu membuka matanya perlahan, menatap ke depan lalu matanya melotot terkejut.

"Ini mah baksonya si Petra!" Ucapnya lalu segera membuka pintu mobil, gila aja si Galih.

Pantesan si Kai sampai ketiduran, lah depan komplek aja ada bakso ngapain jauh-jauh ke kedai baksonya Petra anjir.

A/K? ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang