5

50 8 2
                                    

Jam menunjukkan pukul delapan malam Justin mendudukkan tubuhnya di tempat tidur yang terasa sangat nyaman. Namun, sorot mata coklat seketika tertuju ke arah ruangan yang tampak berbeda. Justin memutuskan berbaring lantaran ia baru saja keluar dari rumah sakit sekaligus tubuhnya masih lemah.

"Den Justin, kenapa merenung di tempat gelap." Seorang wanita paruh baya mengajukan pertanyaan sembari menyalakan lampu sedangkan remaja itu masih menengkuk lutut sejak keluar dari rumah sakit satu jam yang lalu.

"Bibi, apa mama sama papa sebenci itu sama Justin. Kayak keberadaan Justin nggak ada artinya bagi mereka. Padahal Justin pengen banget di perlakukan seperti Jordan yang selalu dimanja oleh mereka!"

"Nggak boleh ngomong gitu.  Lagian den Justin punya bibi. Kalau perlu apa-apa tinggal bilang nanti bibi ambilkan?"

Namun, sorot mata Justin seketika tertuju kepada senapan makanan serta segelas air putih yang berada di atas meja. Justin tentu saja mengambil semangkuk bubur ayam dan memakannya dengan sangat lahap. Secara tiba-tiba Jordan memasuki kamar Justin sembari tersenyum lebar.

"Mending lo nggak usah sembuh. Karna gue malah seneng Lo jatuh sakit. Sebab, gue bisa menjalin hubungan dengan Zaskia. Gara-gara Lo gue putus sama Shena. Ternyata bener Lo itu anak pembawa sial!"

"Jordan, gue sebenernya salah apa. Kenapa Lo juga benci banget. Padahal gue nggak pernah tuh merebut cewek Lo."

"Salah Lo itu banyak. Sampai gue benci banget punya saudara kembar.  Mending, Lo mati saja biar gue bahagia!"

"Den Jordan, cukup jangan di teruskan. Memangnya nggak kasihan dia masih sakit." Bik Tinah menghentikan Jordan yang terlihat mencekik leher Justin sehingga membuat remaja itu seketika terbatuk-batuk.

Jordan segera mendorong wanita paruh baya itu hingga tersungkur ke lantai sedangkan Justin hanya bisa pasrah. Namun secara tiba-tiba Alex bersama Tania memasuki lantaran mendengar orang bertengkar. Jordan yang mengetahui kedatangan kedua orang tua berpura-pura pingsan.

"Dasar anak sialan. Kamu apa,'kan Jordan. Awas saja kalau Jordan kenapa-kenapa. Papa bakal menghukum kamu!" teriak Alex kepada Justin yang berada di tempat tidur serta menampar wajah Justin dengan sangat keras.

"Justin, jawab kamu apakan Jordan. Bisa-bisanya kamu jahat banget sama saudara sendiri. Ternyata kamu nggak punya perasaan dan mama nyesel melahirkan kamu!"

"Tolong percayalah. Justin nggak mungkin celakain Jordan. Apalagi posisi Justin saat ini masih lemas." Justin berkata sembari memperlihatkan lehernya yang tampak memerah kepada kedua orang tuanya untuk percaya.

"Nyonya, tuan. Semua yang di bilang Den Justin bener. Tadi den Jordan kesini tapi secara tiba-tiba mencekik leher Justin mengunakan tali." Bik Tinah menjelaskan yang ia lihat kepada majikan selama hampir lebih sepuluh tahun.

Pasangan suami istri mendengar hal itu tentu saja mengelak lantaran Jordan nggak mungkin melakukan hal kayak gitu. Mereka segera membawa Jordan ke kamar sedangkan bik Tinah mengobati luka di sudut bibir Justin. Remaja berperawakan tinggi kurus itu menatap tajam ke atap sembari menahan sakit.

***

Zaskia tentu saja menggerutu sembari memukul kepala Justin lantaran merasa sangat kesal karena gara-gara remaja itu ia terlambat. Justin seketika meringis sembari memegangi kepala sambil memandang ke arah pintu gerbang sudah terkunci. Justin sesekali menatap jam tangan terlihat jam 07:10 pagi.

"Justin, Lo itu memang sesat, nyesel deh gue bareng Lo, ada ide nggak, Justin." Zaskia tentu saja mengomeli sosok remaja yang berada di sebelahnya. "Kalau gini, gue cewek terkenal berprestasi bisa tercoreng, karna ulah Lo."

Eternally yours (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang