CHAPTER II: String of Fate

2.7K 261 17
                                    

Perjalanan menuju Maesis tidaklah singkat. Membutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga tahun untuk mencapai wilayah yang dirumorkan, empat hingga enam tahun untuk perjalanan pulang-pergi. Sesekali, Peithon akan menerima elang pembawa pesan dari Lemnus. Penasehatnya itu berbagi kisah dan melaporkan tentang perjalanannya. Kemudian, elang itu akan kembali terbang membawa surat balasan sang Raja ke Lemnus. Burung itu tak akan pernah tersesat, seolah Dewa-Dewi telah memberikan mereka kesadaran kepada siapa mereka harus pergi dan kembali. Tepat seperti perhitungan Peithon, seekor elang kembali berkunjung di tahun ketiga kepergian Lemnus, dengan secarik kertas yang terikat di kakinya. Peithon membuka gulungan kertas itu, membaca isi surat Lemnus untuknya.

Wahai Anax dari Ansaladus.
Ketahuilah bahwa aku menulis kabar ini tanpa adanya kebohongan di setiap goresan tanganku. Bahwa ketika rombongan kami sampai di tujuan, gubuk itu sudah terbakar, hutan di sekitarnya sudah kering kerontang termakan hama. Ada seorang pria dan wanita telah lama meninggal, mayatnya diam di tempat. Ketika kami hendak mengubur keduanya, seorang sepuh datang, ia berkisah tentang prajurit yang membantai gubuk itu.
Raja Epesia sudah lebih dulu mendapatkan bayinya. Di hari engkau menerima kabarku, aku dan seluruh abdimu sedang dalam perjalanan kembali ke Ansaladus.
Theos protegenos
(Dewa-Dewi melindungi)

Peithon menggulung kembali secarik kertas itu. Elangnya kembali dibebaskan terbang mengudara. Otot di sekujur tubuhnya seketika menegang, kini mereka benar dalam peperangan. Jika bayi tersebut memang terlahir sebagai Enigma, hanya ada dua kemungkinan bagaimana dunia akan terbentuk di masa depan. Berkaca dari sejarah dan dongeng masa lalu, kehadiran Enigma hanya akan berujung pada dua kejadian: kejayaan atau kehancuran. Bilamana bayi bernama Minos itu lahir sebagai seorang yang durjana, maka tamatlah riwayat Ansaladus.

"Anax?" Sebuah suara lembut memecah lamunan sang Raja, putranya hadir dalam ruang kerjanya.

"Cairus." Peithon menyambut hadirnya Nonus, ia berlutut, membuat dirinya sejajar dengan tinggi putranya, "Bukankah ini waktumu bermain lira bersama gurumu?"

Kosakata
Cairus: Berasal dari kata Carus, yang bermakna manis, terkasih atau tersayang.
Lira: Alat musik berbentuk kecapi atau harpa kecil. Dalam mitologi yunani dikenal sebagai lyre.

"Pelajaran kami sudah selesai." Nonus mendudukkan diri di kursi mewah ayahnya, "Aku ingin membaca buku itu." Tangan kecilnya menunjuk sebuah buku tebal.

Peithon menyadari bahwa anaknya diberkahi dengan kecerdasan dan kegemaran mengejar ilmu pengetahuan. Tetapi kini Ansaladus di ambang perang, ia harus menyiapkan putranya menjadi pemimpin pasukan. Sebelum sihir yang mengikatnya menjadi Alpha dipatahkan takdir, Nunos harus tumbuh menjadi petarung terbaik di Ansaladus. Ketika usia Nunos resmi mencapai 10 tahun, sang Raja bertekad mengutarakan pemikirannya selama ini kepada sang Ratu.

"Tidak." Jawab sang Ratu tegas, "Aku tidak akan mengirim putra semata wayangku ke pulau lain hanya untuk menjadi ahli perang. Ia masih belia!"

Sang Raja menggenggam tangan Ratunya, keduanya duduk berdekatan di tepian ranjang, "Aku mulai mengangkat pedangku di usia 7 tahun. Nunos sudah menginjak usia 10 tahun, tidak ada salahnya memberinya pelajaran tentang berperang."

"Demi Chrios." Sang Ratu menghela nafasnya yang berat, sulit untuk merelakan kepergian anaknya, "Dewa pun bersabda tentang kematiannya, bagaimana aku rela melepas darah dagingku pergi dari sarang yang melindunginya?"

"Ia berlatih dalam lindungan Akires, ahli pedang terbaik sepanjang masa. Bagaimana kau meragukan pertahanan dari seorang pahlawan?" Sang Raja berusaha meyakinkan istrinya untuk merelakan anaknya.

Meski keduanya berdebat untuk waktu yang lama, Raja dan Ratu berakhir setuju pada satu kesepakatan. Titah tertinggi berada pada perintah Raja, sang Ratu kembali mengingatkan dirinya sendiri bahwa ia menikahi seorang Raja yang penuh kasih dan kebijaksanaan. Maka dilunturkanlah segala keraguan hatinya. Ia mengikhlaskan buah hati semata wayangnya untuk diasingkan ke hutan antah berantah, berlatih pedang dari seorang legenda.

ENIGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang