Pthios bersimpuh pasrah dengan tangan dan kaki terikat kencang, ada benang-benang magis yang melilit kaki, tangan, pinggang, bahkan lehernya. Kulitnya yang sawo matang menunjukkan banyak luka kebiruan, seolah setiap incinya pasrah disengat petir yang kuasa. Matanya terpejam lemah, bahkan untuk terus mendudukkan diri saja ia tak mampu. Pthios merasa dirinya akan ambruk pingsan sebentar lagi.
"Katakan padaku Phyrros." Sebuah suara terdengar menggelegar dengan nada angkuhnya, "Siapa yang memberimu hak atas segala api di bumi yang kau pijak?"
"Tidak lain adalah engkau, Zeus." Phyrros menjawab dengan penuh kerendahan hati, ia hadir di hadapan Zeus dengan wujud manusianya, matanya sesekali mencuri pandang pada Pthios yang tersungkur lemas.
"Lalu siapa yang memberimu tanah dan kekuasaan Paeciros di bumi yang kau pijak?" Zeus kembali bertanya, kali ini sembari mendudukkan diri di kursi tahtanya.
"Tidak lain adalah engkau, Zeus." Phyrros pun masih setia membalas dengan segala kerendahan hatinya.
"Bukankah kau banyak berhutang budi padaku, Phyrros?" Zeus menatap keberadaan Pthios yang duduk lemas tak jauh dari hadapannya, "Apakah ini sebuah balasan budi yang pantas aku terima? Putramu menyerang Pangeran yang melindungi umatku."
Phyrros hanya terdiam. Ia sempat mengalihkan pandangannya sejenak, tak tega ketika melihat Zeus menghentakkan ujung tongkatnya ke lantai, menyalurkan petir yang menyengat tubuh Pthios yang sudah terlihat begitu lesu.
"Katakan padaku, Phyrros." Zeus menoleh memandang sosok Dewa api itu, "Dimana sihir anakmu tersimpan? Hatinya? Jemarinya?"
"Di setiap helai rambutnya."
Zeus memandangi sosok Pthios yang sudah nampak hampir hilang kesadarannya. Dengan satu hentakan, ujung tongkat Zeus kembali membentak lantai bangsal Nirvana. Dari hentakan itu, petir menyambar melalui tanah, merujuk pada telapak kaki Pthios, kemudian menjalar naik hingga ke puncak kepalanya. Merambatnya petir itu terasa seperti sengatan listrik dahsyat yang meledak begitu saja ketika mencapai ubun-ubunnya, membuat Pthios ambruk hingga kepalanya menyentuh lantai. Setiap kali sengatan petir dari Zeus mencapai puncak kepalanya, banyak helai rambut Pthios yang jatuh berguguran. Semakin gugur rambutnya, semakin gugur pula sihirya.
"Pthios." Zeus menjeda aksi brutalnya, "Pernahkah kau dengar kisah tentang ia yang mencuri api dari berkahku?"
Prometheus. Zeus sedang berusaha mengingatkan Pthios akan kuasanya melalui kisah tragis Prometheus, seorang titan yang rela mencuri api kepemilikan Zeus demi memberi penerangan pada manusia yang ia kasihi. Zeus memberi hukuman seumur hidup pada Prometheus, mengikatnya di sebuah bebatuan di pegunungan Kaukasus dan menitahkan seekor elang untuk datang memakan hati Prometheus setiap harinya.
"Zeus, kau adalah Dewa dari para Dewata." Phyrros menjeda narasi Zeus, "Yang aku yakini pula, bahwa kasih dan ampunanmu juga yang paling besar diantara para Dewata lainnya."
"Tentu." Zeus bangkit dari duduknya, "Aku akan memberikan hukuman ringan atas perbuatan anakmu, Phyrros."
Phyrros merasa lega untuk sesaat, ia menghampiri Pthios yang tersungkur lemah dengan kepala yang hampir botak tak berambut. Kemudian Zeus menuturkan titahnya.
"Putramu akan diikat seumur hidup dalam keabadian di dalam kuilnya. Kemudian aku akan hancurkan kuil kecil itu hingga tak lagi ia menerima doa maupun persembahan sebagai makanannya." Begitu titah Zeus, "Sekarang pergilah, bawalah putramu kembali ke kuilnya. Kuasaku akan menyertaimu hingga ia terikat lekat di bawah reruntuhan."
Phyrros tak mampu membantah, ia menggendong tubuh lunglai putranya, kemudian bergegas undur diri dari hadapan Zeus. Begitu Phyrros dan Pthios telah meninggalkan bangsal Nirvana itu, para Dewata lainnya muncul dari persembunyian mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENIGMA
FanfictionDalam dunia ini, setiap kerajaan harus dipimpin oleh seorang Alpha, mengingat Alpha selalu berada di atas rantai kekuasaan dan kekuatan. Naasnya, keturunan pertama dari Raja dan Ratu Ansaladus terlahir sebagai Omega. Di tengah upaya mereka melindung...