"Mau mencoba hal baru?"
"Apa itu, bang?"
Entah berapa kali ronde yang telah aku lewati bersamanya. Yang jelas, aku benar-benar merasa terkapar kali ini. Aku tak henti-hentinya meronta, melewati tiap hentakan dengan raungan dan desah.
Masih dengan kejantanannya yang menancap pada lubangku, Bang Gunan merubah posisi kami. Kini, Bang Gunan berada di bawah sementara aku berada di atasnya. Aku mengumpulkan sisa-sisa energi setelah perang panjang kami.
Aku berusaha bangkit, tertatih-tatih hingga berhasil menduduki kejantanan Besar Bang Gunanku. Tetapi, sebelum aku berhasil menyeimbangkan posisi, Bang Gunan malah menggempurku lagi. Aku pun tumbang di atas tubuhnya.
"Aku sudah tidak bisa lagi. Ini di luar batasku," ucapku pada Bang Gunan.
"Tunggu sebentar, sayang," balasnya.
Bang Gunan mengeluarkan kejantanannya dari dalam lubangku dan membiarkanku beristirahat di atas ranjangnya. Di sisi lain, aku dapat merasakan cairan pejuhnya menetes dari lubangku. Benar-benar gila.
"Minum ini, sayang," ucap Bang Gunan seraya menyerahkan sebotol air putih.
Bang Gunan kemudian membangunkanku dan menyenderkanku pada tubuhnya. Ia mendorong air putih putih membasahi tenggorokanku disertai rasa segar. Namun, rasa segarnya tak bertahan lama karena ciuman kasarnya.
Permainan berlanjut. Bang Gunan menciumku dengan brutal. Aku yang tidak tahu cara membalas ciuman pun pasif, menerima segala fakta bahwa lidahnya mengobrak-abrikku.
Setelah puas dengan ciuman dahsyatnya, Bang Gunan menggendongku. Ia menuju sebuah kursi kayu, membawaku ke sana. Ia pun duduk, menempatkanku pada pangkuannya. Ia masih tidak ingin membebaskanku.
Tangan Bang Gunan bergerak ke bawah sana, melebarkan pantatku. Sontak, aku pun menjerit karena pantatku terasa amat sakit. Tetapi, Bang Gunan tetap melanjutkannya.
"Aku tidak tahan lagi, bang," rintihku.
"Tahan, sayangku," balasnya.
Kini, aku dapat merasakan kejantanan besarnya mulai menerobos memasuki lubangku. Bang Gunan terus memasukiku dan mengekangku dalam peluknya. Di sisi lain, mulutku tak henti-hentinya mendesah dan mengerang.
"Sakit..."
"Tahan, sayang..."
"Gak kuat lagi..."
Tahan sedikit lagi, sayang."
Bang Gunan menggempur lubangku lagi. Gempurannya seperti merobek lubangku. Ia memaksa lubangku yang sempit menerima kejantanan besarnya itu lagi. Dan setelah beberapa saat mencoba, akhirnya ia berhasil memasukkan seluruhnya.
Aku ambruk di atas tubuh perkasa Gunanku. Napasku tersengal dan sesak karena melampaui batasku. Aku yang tergeletak lemah segera dipeluk oleh Bang Gunan. Ia menciumku lembut, kemudian memilin putingku.
"Ssshh... abang..." racauku tak kuasa menahan rangsangannya.
Rasa panas menjalar ke seluruh tubuhku. Gairahku seakan terpompa begitu dahsyat. Dan lubangku berkedut-kedut dengan sendirinya. Aku kembali diterpa nafsu.
"Abang genjot lubangmu yang sempit, ya," bisik Bang Gunan serta menciumku lagi.
Pinggangku dicengkeram erat oleh Bang Gunan. Tanpa sedikit pun keraguan, Bang Gunan menggempurku dari bawah. Ia kembali menyerang titik prostatku dengan begitu kuat bertenaga.
PLOK PLOK PLOK PLOK
Aku terhentak-hentak, mengadah lemah tanpa kuasa. Tak ada yang dapat aku lakukan selain membiarkan Bang Gunan memuaskan dirinya dengan tubuhku. Sejalan dengan itu, kenikmatan kembali menyerangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelan-Pelan Pak Sopir [GAY LOKAL]
FantasíaAku bertemu dengan Pak Sopir idamanku. Tepatnya, Pak Sopir truk yang dapat membawaku melintasi surga kenikmatan. --- Beli E-book Pelan-Pelan Pak Sopir: 1️⃣ WhatsApp: 0851-6121-3898 (atau klik di bio)