𝟒 : 𝓗𝓮 𝓼𝓾𝓬𝓴𝓼

342 38 1
                                    

"Aku bawa payung, mau pulang bareng aku?"

Doyoung tercengang. Ia tak beranjak sedikitpun dari tempatnya berada. Matanya melotot. Ia tadi mendengar sebuah bisikan. Doyoung melihat ke arah Hyunsuk. Sesosok pria yang baru saja ia kenali berdiri disana.

Jihoon yang Hyunsuk pikir sudah pulang kini ada di sampingnya. Tangan kanan pria itu memegang sebuah payung. Ia menunggu jawaban Hyunsuk. Mata bulatnya tampak bersinar di balik gelapnya hari.

"Hm?" Wajah Jihoon tampak memaksa, namun masih menampilkan senyuman manisnya.

"Ti-"

"Oke, ayo!"

"Tunggu!"

Jihoon menarik tangan Hyunsuk secara paksa menuruni tangga besar yang ada di teras gedung utama. Hujan menerpa mereka sebelum Jihoon sempat membuka payungnya.

Jihoon diam sejenak di tangga. Ia membuka payungnya dengan cepat lalu kembali menarik tangan Hyunsuk—tanpa mengizinkan Hyunsuk untuk sempat melawan.

Doyoung yang masih berdiri disana tidak berdiam diri. Ia membuka payungnya, lalu mengejar mereka yang sudah agak menjauh.

Jihoon berjalan dengan langkah cepat. Hyunsuk agak tertatih-tatih, cengkeraman Jihoon begitu kuat. Jihoon tahu bahwa Doyoung mengikuti mereka dari belakang.

Jihoon melihat ke sekeliling. Mencari tempat sepi sebelum Doyoung sempat menemukan mereka.

Doyoung berlari, setiap langkah kakinya menimbulkan percikan air yang membuat celananya kotor. Namun ia tak peduli. Ia mencoba mengejar Hyunsuk. Karena ia tahu bahwa Hyunsuk di paksa oleh pria itu. Namun ia kehilangan sosok pria mungil itu.

"Sial!"

Jihoon membawa Hyunsuk ke sebuah lorong antara dua gedung di sekolah. Jihoon mengumpulkan nafas sejenak sebelum melepaskan cengkeramannya pada tangan Hyunsuk.

"Maaf-"

Plak....

Sebuah tamparan keras mengenai pipinya. Sontak pupilnya membesar, ia mencoba mencerna keadaan. Ia kembali menatap pria yang ada di depannya itu.

Hyunsuk berdiri disana. Wajahnya benar-benar gusar, ia sangat jengkel sekarang. Tangannya mengerat seperti ingin menonjok wajah Jihoon.

"Maaf, aku hilang kendali" tukas Hyunsuk. Ia menatap ke bawah, bukan ke mata orang yang ia kasari.

"Aku pergi dulu" Hyunsuk melenggang pergi meninggalkan Jihoon.

Jihoon mencoba menahan Hyunsuk. Namun Hyunsuk sudah terlalu jauh darinya. Lagi-lagi ia hanya berdiam diri. Dan melihat Hyunsuk yang pergi, semakin lama semakin jauh dan bersatu dengan hujan.

Hujan

Hujan

Hujan

Apa hujan itu Hyunsuk? Ia datang tiba-tiba dan pergi tanpa pamit...

Tidak, itu bukan Hyunsuk.



























































"Kenapa baru pulang?" Seorang wanita bertubuh tinggi besar memberikan tatapan penuh intimidasi.

"Not your business"

Jihoon menutup pintu kamar dengan kuat sampai menimbulkan suara gaduh yang di dengar seisi rumah.

Ia melempar tasnya ke sembarang arah, seragam sekolahnya basah. Namun ia langsung berbaring di atas ranjang.

Jihoon menutup matanya, mencoba untuk tenang sebentar. Kemudian kembali membuka mata. Jihoon merogoh sakunya untuk mengambil ponsel.

Ia melihat bahwa ia di masukkan ke grup kelas dan grup siswa di kelasnya. Beberapa murid mengirimkannya pesan, ada beberapa juga yang menyapanya dengan ramah di grup. Namun bukan itu tujuan utama Jihoon.

Jihoon menekan ikon grup siswa dan melihat daftar peserta. Lalu menemukan seseorang yang ia cari. Ia berhenti sejenak.

"Kira-kira gue tanyain apa ya? Kalo macem-macem nanti takutnya malah di block" Monolog Jihoon.

Boleh minta catatan yang di bilang sama ibu guru tadi di kelas?
19:08

"Well, mungkin ini gapapa"

Beberapa menit kemudian...

"Belum dibaca, dia slow respon kali ya? Huh bosan bener"

Sembari menunggu Hyunsuk membalas pesan, Jihoon membalas pesan-pesan yang di kirimkan oleh anak-anak di kelasnya.

Tidak terasa sudah satu jam berlalu. Tapi masih tidak ada balasan.

"Dia masih marah kali ya? Ck bukan urusan gue! Lagian gue ngapain sih?!"

Jihoon bangun dari ranjangnya. Ia melepas seragam sekolahnya yang sudah agak mengering karena sejak tadi masih belum ia buka. Setelah itu pergi berendam dengan air hangat di kamar mandi.

Saat sedang santai-santainya berendam, terdengar notif dari ponselnya. Jihoon sengaja menghidupkan notif agar jika Hyunsuk mengirim pesan ia bisa membalas secepatnya.

Tanpa memedulikan sekitarnya, Jihoon langsung keluar dari bak mandi. Ia membuka pintu kamar mandi dengan kasar. Lalu berlari ke ranjang tanpa menggunakan sehelai benang pun. Tangannya meraih ponselnya.

Matanya langsung berbinar saat melihat Hyunsuk sudah membalas pesannya.

Bentar
20:35

Oke
20:35

Jihoon menghentakkan kakinya berkali-kali karena tak sabaran. Padahal ia belum siap mandi, namun benar-benar bersemangat.

Tak di sangka itu membutuhkan waktu yang lama. Hyunsuk sendiri disana sedang mencoba mencari buku catatannya yang entah sudah kemana.

Masih lama?
20:42

"Gue kenapa sih sekarang?" Jihoon menutup wajahnya dengan tangannya. Ia menyunggingkan senyum dan menampilkan tawa puas. Seakan-akan ia sangat menikmati rasa ini.

Jihoon melempar ponselnya ke atas ranjang. Ada baiknya dia tak usah terlalu peduli dengan Hyunsuk. Hanya karena dia unik belum tentu Jihoon akan langsung menyukainya.

Jihoon pergi mengambil alat lukisnya. Ia ingin melukis seseorang. Bahkan kamarnya penuh dengan lukisan yang ia buat.














Sukak bilang ji😏

Defeated Because Of You | HoonsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang