𝟗 : 𝓗𝓮 𝔀𝓲𝓵𝓵 𝓪𝓵𝔀𝓪𝔂𝓼 𝔀𝓲𝓷

318 44 2
                                    

Besiegt ganti judul jadi defeated because of you
Sebenarnya besiegt itu dari bahasa Jerman😁
Alasannya? Biar lebih menarik aja, makanya judulnya ganti
Untuk kovernya bakal aku bikin someday hehe
Selamat membaca~~
















Hyunsuk terbangun karena beberapa gigitan nyamuk. Ia merasakan seluruh tubuhnya gatal karena gigitan.

Di bawah cahaya bulan, Hyunsuk melihat sosok pria sedang memasukkan bola ke dalam ring.

"Uhuk...uhuk..."

Hyunsuk tidak tahu sudah jam berapa yang pastinya sudah malam saat ini. Padahal beberapa saat yang lalu ia disekolah. Hyunsuk terkekeh saat membayangkan dirinya dapat dengan mudah dikalahkan oleh Jihoon.

Saat Hyunsuk sibuk mengingat-ingat Jihoon sudah ada di hadapannya. Hyunsuk tak tahu sudah berapa kali berbicara kotor hari ini, bahkan sampai berjalan pun tidak ada suara. Jihoon ini manusia atau bukan sih?

"Lemah banget"

Hyunsuk menggertakan giginya merasa jengkel. Jihoon sudah berapa kali menunjukkan sifat sombong dan manipulatif yang ia miliki kepada Hyunsuk.

"Aku mau pulang"

"Ngapain?"

Hyunsuk makin jengkel dibuatnya. Ia pikir Jihoon sengaja mengeluarkan pertanyaan bodoh seperti itu.

"Serius, ngapain pulang? Kamu... ga mau sama aku aja?"

"NGGAK! GA AKAN PERNAH"

Jihoon segera menghindar saat Hyunsuk membentaknya. "Ada anjing liar nih"

Jihoon mengeluarkan ponselnya dari kantongnya lalu menunjukkan sebuah pesan teks.

"Hah apaan itu?!" Hyunsuk menatap Jihoon nyalang. Ia tahu bahwa Jihoon mengirim pesan ke ibunya namun ia belum sempat melihat balasan sang ibu karena Jihoon sudah menarik handphonenya duluan.

"Ibu kamu ga suruh kamu pulang tuh"

Hyunsuk menatap Jihoon kesal. "Lo ga manfaatin ibu gue kan?"

Jihoon tak membalas pertanyaan Hyunsuk. Ia malah kembali bermain basket dengan tenang.

"Kalau udah baikan sini bangun, mau duduk disitu sampai kiamat?" Jihoon tanpa babibu melempar bola basket yang di pegangnya ke wajah Hyunsuk.

Hyunsuk menangkapnya sebelum itu mengenai wajahnya. Ia tak sebodoh itu untuk terkena lemparan Jihoon. Pelan-pelan Hyunsuk mencoba bangun. Perutnya sudah tidak sakit lagi.

Hyunsuk menghentak-hentakkan bola basket tersebut ke tanah. Ia masuk ke lapangan ikut bermain dengan Jihoon.

Jihoon menunggunya dengan bersemangat. Ia terkekeh. "gimana kalau kita bikin kesepakatan?"

Hyunsuk berhenti memainkan bola. Ia sengaja ikut berbaur dengan Jihoon. Ia menduga dari banyak pilihan Jihoon pasti akan membuat Hyunsuk bertarung dengannya dengan sebuah kesepakatan. Psikologi dasar, sesempurna apapun Jihoon pasti ia menunjukkan celah.

"Kalau lo bisa menang dari gue.."

"Kalau lo bisa menang dari gue"

Hyunsuk tersenyum puas. Kalimatnya sama persis.

"Gue bakal ngizinin lo pulang.."

"Gue bakal nyium lo"

"Tunggu, apa?" Hyunsuk merasa ia tidak salah dengarkan.

"Kalau lo kalah, gue bakal nyium lo. Sedangkan kalo lo menang, gue bakal ngabulin permintaan lo. Deal?"

Mengejutkan orang saja pikir Hyunsuk. "Deal"

Hyunsuk kaget saat Jihoon melesat cepat ke arahnya berusaha untuk menggapai bola. Hyunsuk dengan sigap menghindar, jika dalam segi fisik Hyunsuk pasti akan kalah besar.

Hyunsuk mengiring bola di tangannya ke celah yang ia dapatkan berdasarkan hasil analisisnya. Namun,

Jebakan?

Hyunsuk melotot kesal saat ia sadar bola sudah tidak ada di tangan Jihoon. Hyunsuk bisa mendengar suara tawa puas Jihoon mengalun di telinganya. Saat Hyunsuk berbalik untuk mengejar bola sudah jatuh dari keranjang.

"C'mon, where's my gift?"

Hyunsuk mengatupkan mulutnya ia benar-benar kesal. Selama ini ia pikir ia sudah berada di tempat tertinggi. Tinggal sedikit lagi usahanya agar ia bisa mendapat posisi ketua OSIS dan menjadi sosok murid yang sempurna. Namun, mimpi-mimpinya dirusak oleh sosok yang bahkan belum genap seminggu sekelas dengannya.

Sport, akademik, sastra, bela diri dan seni. Mengapa tak ada sedikitpun kekurangan yang tampak dari dia?

"Bagus, marah.... keluarin semua emosi lo..."

Nafas Hyunsuk memburu. Ia menunduk ke bawah. Kesabarannya sudah habis. Ia harus melakukan sesuatu agar posisinya tidak terancam. Lagipula ia belum melihat semua potensi Jihoon, yang namanya manusia pasti ada kekurangan.

"Kenapa ragu? Apa masih belum cukup" suara Jihoon terdengar rendah dengan nada meremehkan.

Hyunsuk paham. Hyunsuk sangat paham. Ini bukan pertama ia berada dalam situasi ini. Bahkan, Jihoon bisa menebak isi pikiran lawan bicaranya. Namun, bukan Hyunsuk jika terus setuju.

"Choi Hyunsuk yang malang.." suara sepatu Jihoon semakin mendekat ke arah Hyunsuk.

"Kamu ga terlalu bodoh untuk paham hal itu aja kan? Aku ini lebih hebat" bisik Jihoon sambil mencengkram bahu Hyunsuk

Hyunsuk tak menjawab. Pandangannya masih menunduk. Kini tangannya terkepal.

"Gue janji bakal pura-pura bodoh asalkan lo mau jadi pacar gue"

Sungguh pernyataan yang sangat mengejutkan dari Jihoon.

Hyunsuk menarik wajahnya. Ia menatap mata Jihoon, memastikan tak ada kebohongan di ucapannya. Tapi tetap tidak ada balasan yang terucap di mulut Hyunsuk.

"Kalau begitu lihat, mulai saat ini lihat. Semua yang lo impikan cuma bakal jadi debu. Aku yang bakal hancurin semua itu."









Defeated Because Of You | HoonsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang