𝟔 : 𝓗𝓮, 𝔀𝓱𝓸'𝓼 𝓱𝓮 ?

343 42 5
                                    

Hyunsuk menarik nafas lega. Ia lebih rileks saat sampai ke perpustakaan. Hyunsuk sudah cinta tempat ini sejak pertama kali ia datang ke SMA ini. Bagi banyak siswa tempat favorit mereka adalah pohon-pohon besar yang tertanam di SMA ini. Tak jarang itu juga menjadi tempat mereka bolos. Tapi bagi Hyunsuk tempat favorit itu pantas diduduki oleh perpustakaan.

Fisika kuantum

Hyunsuk membawa buku fenomenal yang pastinya jarang disentuh siswa lain. Dia duduk di bagian paling ujung perpustakaan. Tempat yang paling redup dan dingin disana.

Hyunsuk membuka halaman pertama. Buku itu tak bergambar, bahasa yang digunakan juga tak menarik dan sulit. Namun itu tak membuat Hyunsuk malas. Hyunsuk membaca semua buku mengenai fisika kuantum di perpustakaan. Dan ini adalah buku terakhir mengenai fisika kuantum yang belum ia baca di perpustakaan. Ia sengaja menempatkan buku ini di urutan terakhir karena buku ini yang paling sulit.

"Tak ada yang sulit, Hyunsuk. Aku yakin kamu sudah sangat paham segala hal tentang fisika kuantum" Hyunsuk menyemangati dirinya sendiri.

Hyunsuk kesulitan bernafas setelah melewati selembar buku itu. "Ini....ini baru pembukaan..."

Bukan karena ia tak suka, tapi karena ini benar-benar sulit.

"Oh buku itu? Aku udah selesai baca" Cibir seseorang dengan nada meremehkan.

Hyunsuk mengeraskan katupan giginya karena merasa tersinggung. Ia menatap ke arah si pengejek dengan mata memicing.

"Hai" sapanya dengan senyuman khasnya yang sudah seperti senyuman mematikan bagi Hyunsuk.

Hyunsuk segera menutup buku tersebut. Ia menatap Jihoon dengan tatapan tidak suka.

Jihoon menarik kursi lalu duduk menghadap ke arah Hyunsuk. Ia bersitatap dengan Hyunsuk sebelum tersenyum sampai matanya ikut menyipit.

"Ngapain kesini?"

Oh, sungguh awalan kata yang buruk.

"Memangnya kenapa? inikan tempat umum" jawab Jihoon. Ia menyilangkan kedua kaki dan tangannya. Memandang Hyunsuk remeh. Sudut bibirnya terangkat menampilkan seringaian yang entah kenapa membuat Hyunsuk mual.

Apa-apaan dia? Kemarin kayaknya nggak begini. Monolog Hyunsuk.

"Ee--"

Jihoon segera berdiri sampai terdengar suara gesekan kursi dengan lantai yang membuat ngilu. Tangannya tampak mencari sesuatu didalam kardigan  milik Hyunsuk yang masih ia pakai. Setelah itu ia mengeluarkan secarik kertas yang dibungkus dengan rapi dan cantik.

Jihoon menyodorkan kertas itu di atas meja tepat dihadapan Hyunsuk.

"Ekhem... Jangan lupa datang" ucap Jihoon tampak melihat Hyunsuk.

Hyunsuk bergidik ngeri saat melihat pipi Jihoon sedikit memerah.

"A-aku pergi dulu"Pamitnya tanpa menatap Hyunsuk. Ia mencoba untuk bertindak dingin sampai keluar dari perpustakaan. Namun Hyunsuk bisa melihat siluet Jihoon yang berjalan diluar sambil berloncat kegirangan.

Sambil menetralkan moodnya yang sudah rusak Hyunsuk melihat ke arah kertas yang ternyata kertas undangan di atas meja yang ternyata malah semakin membuat moodnya tambah jelek.

"Dasar homo sialan" Hyunsuk melempar undangan tersebut ke lantai lalu menginjak-nginjaknya dengan geram. Ia tak sadar satu perpustakaan menatapnya kesal karena terlalu berisik.

















































Di luar hujan deras, meski Jihoon tak mendengar suara apa-apa karena kamarnya kedap suara. Ia berkeliling ruangannya dengan tatapan kesal. Sampai ia berhenti di depan sebuah lemari yang sejak tadi mencurigakan.

"Ergh.....ergh... Berat banget anjing" Jihoon berusaha keras menggeser lemari yang menurutnya di balik sana ada ruangan rahasia. Namun pastinya usahanya nihil karena lemari itu menyatu dengan dinding.

Tak...tak...

"Tuhkan kopong, memang benar ada sesuatu di balik sini." Jihoon menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal.

(Suara notifikasi)

"Argh... Apaan sialan?!" Teriaknya. Ia mengambil handphone yang tergeletak di kasur dengan kasar. "Si sialan itu suka banget pake benda berisik ini"

Jihoon memutar-mutar handphone yang ada di tangannya. Ia melihat sesuatu di balik layar. Meski ia tak paham cara memakai handphone setidaknya ia bisa membaca.

(Hayoo bingung kan? 😏)

Choi Hyunsuk
Send a photo
Send a photo
Send a photo
Send a photo
Send a photo
Send a photo
Send a photo
Send a photo

Jihoon membuka mulutnya lebar. Pasalnya foto yang dikirim Hyunsuk tidak habis-habis.

"Gimana cara ngetiknya?"

Beberapa menit yang lalu. Akan tetapi Jihoon masih tidak tahu bagaimana membalas pesan Hyunsuk.

"Argh bikin kesal." Jihoon melempar handphone miliknya tersebut ke dinding sampai retak. Kesabarannya sudah habis soalnya.

"Padahal aku juga pengen bicara dengan Hyunsuk." Gerutunya. Ia kembali sibuk mencari cara menggeser lemari.

Beberapa jam berlalu....

Pintu kamar Jihoon terdengar diketuk seseorang. "Jihoon.... Udah minum obatnya?"

Tak ada sahutan. Hal itu membuat si pengetuk semakin khawatir. Ia membuka pintu secara paksa. Meski sebenarnya sudah berapa kali anaknya itu melarang untuk masuk sembarangan tanpa mengetuk.

Namun bukan itu yang penting sekarang. Kakinya melemas saat melihat anaknya terduduk di lantai sambil menunduk. Bukan hanya itu, tapi karena lantai yang di penuhi cairan merah yang menetes dari kuku-kuku anaknya.

"Ya ampun, Jihoon. Kenapa?"

Jihoon menunjuk lemari. "Buka itu"

"Kamu....kamu Jihoon yang mana?"



































Defeated Because Of You | HoonsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang