𝟕 : 𝓗𝓮 𝓼𝓽𝓪𝓻𝓽𝓮𝓭 𝓽𝓱𝓮 𝓰𝓪𝓶𝓮

277 34 1
                                    

"kamu.....kamu Jihoon yang mana?"

"Aku... Aku udah bilang berapa kali aku nggak suka ditanyain begitu. Aku siapa? Aku itu Jihoon memangnya siapa lagi?"

Ibu Jihoon sedikit mundur kemudian memeluk anaknya tersayang. Sebelumnya ia bimbang namun sekarang tidak.

"Syukurlah, mama senang kamu itu Jihoon."

Jihoon juga sedikit menghangat. Amarahnya mereda. "Aku ga sengaja ngerusakin handphone"

"Iya....kita bisa beli baru" ucapnya sambil menepuk pundak Jihoon. Hanya untuk saat ini, biarkan ia tetap dekat dengan anaknya.

"Ibu sebenarnya lebih sayang kamu karena kamu penurut"





















"Hahahaha kok lo pake sarung tangan sih? Kan disini panas"

Dua siluet masuk ke kelas bersamaan. Padahal baru masuk beberapa hari yang lalu. Tak terasa ia sudah sangat dekat dengan anak-anak geng dan menguasai satu kelas, tinggal menghitung hari sampai orang berpengaruh sepertinya menguasai satu sekolah.

"Eh..."

Jihoon terdiam saat melihat ada seorang anak yang duduk ditempatnya duduk. Ia baru ingin menegur namun si anak yang duduk sudah duluan bicara.

"Eh maaf ya. Kenalin gue Junghwan. Kalo nggak salah lu disuruh duduk disini selama gue ga ada ya?"

Jihoon mengangguk. Meski sekarang ia kesal ia tetap menjaga senyumnya.

"Gue Jihoon."

Yoshi dan Junghwan saling bertatapan. Dan entah sejak kapan situasi mulai tegang. Sampai Haruto memecah suasana.

"Udah gapapa, kita bisa duduk di tempat lain."

Ketiganya pergi menjauh ke meja belakang. Tak perlu di jelaskan Jihoon sudah paham situasi saat ini.

"Eh kok lo ga balas chat gue semalem?" Tanya Yoshi.

"Hah chat lo? Oh, handphone gue jatuh, sekarang lagi diperbaikin."
























Memikirkan siapa yang duduk disampingnya sudah membuat Hyunsuk sakit kepala. Ia tidak bisa mengatakan duduk dengan Junghwan lebih baik atau duduk dengan Jihoon lebih baik.

Hyunsuk sudah berapa kali menepuk bahu Junghwan agar anak itu menggeser dirinya. Namun tak ada pertanda Junghwan akan bangun dari tidurnya.

"Buku gue... Sialan apa gue hantam aja ni orang" Hyunsuk menggigit bibirnya saking kesalnya. Soalnya,

sketchbooknya di jepit oleh Junghwan.

Sedangkan dibelakang sana Jihoon melihat Junghwan dengan tatapan berapi-api. Ia memang tahu ia seharusnya tidak bertindak gegabah tapi rasanya ia ingin membunuh semua orang di kelas saat ini.

Bukan, bukan karena Junghwan yang diizinkan tidur di kelas tapi karena Junghwan dekat sekali dengan Hyunsuk. Memangnya ada orang yang sengaja tidur sampai memakan bagian meja orang lain sebanyak itu.

Jihoon mencoba mengatur nafas. Apapun yang terjadi ia bisa mendapatkan Hyunsuk tanpa harus berusaha banyak jika ia mau. Ia juga bisa menguasai dan menjatuhkan satu sekolah jika ia mau. Dan rencana itu akan dimulai besok.

"Memang benar kata orang, kalau kau pintar kau bisa mendapatkan semua yang kau mau"






































"Saya mau bicara dengan bapak kepala sekolah"

Penjaga tersebut nampak khawatir dan kebingungan namun melihat ekspresi Jihoon ia yakin itu adalah hal yang sangat penting.

"APA YANG KAMU MAU?!" Kepala sekolah terlihat tak berdaya dihadapan Jihoon.

Beberapa saat yang lalu si penjaga mengizinkan Jihoon masuk. Sesampainya disana Jihoon segera mengancam pak kepala sekolah dengan bukti-bukti yang bisa membuat si kepala sekolah turun jabatan.

"Simpel aja, saya ga minta banyak kok"

"Siswa sialan itu!"

Jihoon dapat mendengar si kepala sekolah menyumpahinya dengan sumpah serapah. Ia tersenyum bangga.

"Kepala sekolah sudah, tinggal buat dia tunduk sepenuhnya aja"

"Selanjutnya itu..."

























"Have a nice day"  Jihoon tersenyum puas setelah meletakkan sebotol kopi instan dan roti tawar. Satu kelas di penuhi oleh sorak perlakuan Jihoon terhadap Hyunsuk.

"Cie cie cie"

Hyunsuk menatap Jihoon yang berjalan pergi dengan tatapan heran namun ia tidak banyak bicara. Hyunsuk dengan senang hati mengambil makanan pemberian Jihoon. Kenapa tidak? Namanya juga rejeki.

Sepulang sekolah Hyunsuk bertemu lagi dengan Jihoon. Berhubung akan di adakannya sebuah peringatan, setiap club ekstrakurikuler harus menampilkannya sebuah karya yang nanti akan ditampilkan di masing-masing stand.

Hyunsuk duduk paling depan berhubung dia adalah ketua klub ini. Ia bersama wakil klub segera merundingkan berbagai ide untuk festival nanti.

Selama diskusi Jihoon tidak banyak bicara. Ia fokus mendengarkan, entah sebenarnya ia fokus atau tidak karena sedari tadi ia hanya menatap Hyunsuk saja.

"Park Jihoon, ada saran?"

Suara Hyunsuk memecah hening Jihoon.  Jihoon segera memalingkan matanya ke arah lain saat bersitatap dengan Hyunsuk.

"Eng-ga"

Hyunsuk memutuskan untuk tidak bertanya banyak hal lagi. Lagi pula ia malas mengetahui fakta bahwa Jihoon tertarik dengannya. Bahkan kardigan yang saat itu Hyunsuk pinjamkan padanya belum juga dikembalikan.

Diskusi pun selesai dan para siswa yang lain bergegas pulang. Hyunsuk segera membereskan ruangan bersama 3 orang lainnya yaitu wakil ketua, bendahara dan sekretaris.

"Jihoon, sekarang sudah boleh pulang" tegur si wakil ketua karena Jihoon tak kunjung bangun dari kursi tempatnya duduk, anak itu malah termenung dan bergumam.

"Shshhhh....per...shshhshshh..gi.."





































Defeated Because Of You | HoonsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang