𝟓 : 𝓗𝓮 𝓻𝓮𝓬𝓮𝓲𝓿𝓮𝓭 𝓪 𝓰𝓲𝓯𝓽

346 36 0
                                    

Ini hari kedua Jihoon berada di sma negeri permata. Sejak pagi ia sudah melumpuhkan hati beberapa cewe-cewe dengan gombalannya. Baru dua hari tapi sudah banyak yang demen dengannya.

Karena bosan di kelas dan teman-teman se-gengnya juga belum datang, Jihoon memutuskan untuk jalan-jalan sebentar. Kebetulan ia datang cukup awal pagi ini.

Jihoon berjalan sampai ke gedung e, gedung kedua paling terakhir di sekolah. Disana tak begitu banyak murid karena merupakan gedung-gedung untuk klub. Tidak ada yang mengajak Jihoon roomtour sekolah, jadi ia berusaha mengingat jalan untuk kembali ke kelasnya, karena sekolah ini cukup luas dan besar.

Jihoon lewat di depan klub menggambar disana ia melihat seseorang yang tampak tak asing. Jihoon berhenti sebentar ia mencoba mengintip lewat jendela. Ternyata tebakannya benar, Hyunsuk ada disana. Saat di kelas tadi ia melihat tas Hyunsuk namun orangnya tidak ada.

Jihoon mengetuk kaca jendela berharap Hyunsuk melihatnya karena jarak Hyunsuk dengan jendela tak begitu jauh. Jihoon mendapat perhatian Hyunsuk, ia langsung melambaikan tangannya dan tersenyum ke arah Hyunsuk. Setelah itu membuat isyarat untuk keluar.

Hyunsuk tampak menghela nafas. Ia meninggalkan kertas-kertas bergambar disana dan keluar.

"Ada apa?" Tanya Hyunsuk kepada Jihoon yang sedang bersandar di jendela.

Jihoon segera memikirkan topik yang ingin ia bicarakan. "Semalam kok nggak kirim catatannya?"

Hyunsuk teringat, ia memang lupa mengirim catatan kepada Jihoon. "Oh aku lupa, tapi aku ada bawa di tas untuk kamu pinjem"

Jihoon mengangguk ia menatap Hyunsuk yang berdiri menatapnya juga. Hyunsuk tampak sangat kaku namun begitu tenang. Setelah itu hening begitu lama, Hyunsuk tidak kembali masuk, ia berdiri di luar bersama Jihoon sambil menatap ke taman sekolah.

"Kalau nyender disitu baju kamu jadi kuning" Ucap Hyunsuk tiba-tiba.

Jihoon segera berbalik, benar saja kemejanya jadi kuning karena cat. Jihoon mendesah, kalau memang tau kenapa tidak bilang dari awal.

Tiba-tiba Jihoon menyunggingkan senyum.

"Wah gimana ini, baju aku jadi kuning... Aku ga bawa baju ganti" sungut Jihoon dengan nada memelas. Matanya bergantian menatap wajah Hyunsuk yang tak meliriknya dan baju yang Hyunsuk pakai.

Hyunsuk diam saja. Ia tak mengerti apa maksud Jihoon. Padahal Jihoon berharap sekali Hyunsuk berbaik hati dengan meminjamkan kardigannya pada Jihoon. Namun sudah lama Jihoon menunggu tak ada kata atau gerakan dari Hyunsuk.

"Pinjem kardigannya boleh?" Pinta Jihoon to the point. Memang susah berbicara dengan orang yang tidak peka.

Hyunsuk melihat kardigannya lalu menatap Jihoon. "Buat apa?"

Sumpah Jihoon bingung mau kesel atau apa sekarang. "Buat aku pakai"

Hyunsuk diam lagi. Jihoon menatap Hyunsuk intens, berusaha membaca ekspresi Hyunsuk. Hyunsuk tampak ragu dan enggan sebelum akhirnya melepas kardigannya lalu menyerahkannya ke Jihoon.

"Nih"

Jihoon dengan senang hati dan penuh senyuman mengambil kardigan tersebut dan langsung memakainya. Untung saja ukurannya besar jadi pas dengan Jihoon.

"Wah makasih kamu baik banget"

Hyunsuk tak berekspresi apa-apa mendengar pujian Jihoon. Tak terasa bel masuk sudah berbunyi saja. Mereka berdua kembali ke kelas berbarengan.























Jihoon sekarang disini, di sebuah kelas yang baru ia diami selama beberapa hari. Di seberangnya terus terdengar perdebatan kecil antara Hyunsuk dan Sullyoon. Pasalnya guru memberikan sebuah pertanyaan yang membuat Hyunsuk dan Sullyoon memperebutkan jawabannya, hingga akhirnya malah membuat mereka bingung dengan jawaban sebenarnya yang di akhiri oleh perdebatan.

Bu guru tampak terkekeh melihat semangat yang terpancar dari Hyunsuk dan Sullyoon. "Selain Hyunsuk dan Sullyoon, ada yang bisa menjawab?"

Jihoon menarik nafas panjang kemudian mengacungkan tangannya yang membuat keduanya bungkam.

Bu guru tampak puas mendengar jawaban sempurna dari Jihoon. Bahkan Jihoon menjawabnya dengan tenang tanpa melihat contekan sedikitpun.

"Yup benar sekali, 100 untuk Jihoon"

Suara tepukan menggema di kelas tersebut. Tak terkecuali Hyunsuk dan Sullyoon yang ikut bertepuk tangan meski mereka kesal.

Pelajaran kembali di lanjutkan seperti biasa. Dan Hyunsuk akhir-akhir ini mengawasi gerak-gerik Jihoon. Di pelajaran selanjutnya tak ada pergerakan aneh dari Jihoon, tak lebih tak kurang terlihat seperti pergerakan seorang figuran. Hyunsuk tahu bahwa Jihoon hanya berpura-pura tidak tahu dan ia tidak bisa menangkap maksud dan niat Jihoon atas segala tindakannya itu.

Sebentar lagi akan ada ulangan fisika. Hyunsuk terus membolak-balik buku catatannya, mencoba menghafal rumus dan merumuskan hal-hal sulit ke bahasanya supaya ia paham. Sedangkan Sullyoon sibuk berbicara dengan Jihoon dan teman-teman lelakinya yang lain.

Meski tak selalu mendapat nilai sempurna di ulangan, nilai MIPA Hyunsuk adalah yang paling tinggi di kelas, terkadang bisa paling tinggi di angkatannya. Untuk pelajaran olahraga Hyunsuk cukup payah. Hyunsuk tak terlalu menyukai seni namun ia suka menggambar. Hyunsuk pintar menulis tapi ia tidak tertarik dengan sastra. Hyunsuk hanya percaya satu bahasa yang bisa menjelaskan segala hal di dunia ini, dan itu adalah ilmu pengetahuan alam dan filsafat.

Tak ingin mengakuinya, namun akhir-akhir ini Jihoon terus mengusik pikiran Hyunsuk. Bahkan setiap dia berbicara dengan siapa pun, suaranya dan apa yang ia katakan akan mengusik pikiran Hyunsuk dan memecah fokusnya.

"Aku nggak bisa begini"

Dengan kesal Hyunsuk berjalan meninggalkan kelas. Ia butuh ketenangan. Keberadaan Jihoon di sampingnya hanya membuatnya tidak fokus.







































Hyunsuk ga peka, kaya dia 👉👈

Defeated Because Of You | HoonsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang