𝟑 : 𝓗𝓮, 𝓶𝓮 𝓪𝓷𝓭 𝓼𝓸𝓶𝓮𝓸𝓷𝓮

356 46 1
                                    

Hyunsuk menyodorkan sebuah kertas berisikan soal kepada Jihoon. Terdapat 20 soal, mulai dari biologi, fisika, kimia sampai astronomi. Jihoon sekarang berada di ruangan klub penelitian sains.

"Bener 15 kamu udah bisa jadi anggota klub."

"Kalo bener semuanya bisa jadi milik lo ga?" Tanpa sadar Jihoon mengeluarkan kata-kata gombalan maut dari mulutnya. Dan tentu saja Hyunsuk membalasnya dengan ekspresi datar.

"Kalo bener semua lebih bagus." Ya, itu jawaban paling rasional untuk membalas gombalan Jihoon.

"Mau bikin kesepakatan ga kalo gue bener semua?"

"Ada masalah?" Hyunsuk menatap Jihoon intens.

"Ga suka bercanda ya.." Jihoon diam dam mulai mengerjakan soal.

Hanya ada mereka berdua di ruangan itu. Hyunsuk membereskan peralatan sains dan mengisi beberapa lembar kertas yang ada di tangannya.

Baru sekitar 7 menit Jihoon sudah selesai. Hal itu jelas membuat Hyunsuk terkejut. Hyunsuk tidak memberikan soal yang sama kepada pendaftar acak seperti Jihoon. Soal yang Hyunsuk berikan banyak yang mudah dengan sekitar 5 soal sulit.

"Bener semua" monolog Hyunsuk dalam hati. Ia memandang Jihoon yang tampak seperti mengharapkan sebuah, pujian??

"Bagus, jawaban kamu bener semua. Waktu 7 menit itu cepat. " Hyunsuk mendekat ke arah kursi tempat Jihoon duduk. Ia menggebrak meja sambil menatap mata Jihoon.

Keduanya saling bertatapan. Tak ada ekspresi terkejut yang tersirat di wajah Jihoon. Ia tampak santai. Padahal Hyunsuk memberinya tatapan mengintimidasi dan gebrakan meja yang kasar.

"Kamu kenapa bisa jawab itu semua apalagi semuanya benar?" Hyunsuk menaikkan sebelah alisnya.

Jihoon berdebar. Hyunsuk benar-benar, dari wajahnya yang hanya datar kini menunjukkan sebuah ekspresi penuh kecurigaan.

Jihoon menyunggingkan bibirnya, ia tersenyum. "Karena aku pintar"

Mata Jihoon fokus ke mata Hyunsuk. Meski dia berbicara, Hyunsuk tahu bahwa lawan bicaranya ini sedang mencoba mencari tahu lebih banyak tentangnya. Hyunsuk menutup matanya, sedikit menjauh. Kemudian melipat tangannya.

"Baiklah, selamat atas keberhasilannya, selamat datang anggota baru"













































Beberapa menit telah berlalu, namun...

"Kenapa belum pulang?"

Jihoon berputar-putar ke seluruh ruangan. Tangan nakalnya menyentuh barang-barang lab. Ia tak langsung menjawab, dirinya mencoba membuat percakapan lebih lama.

Jihoon memutar kepalanya. Responnya lambat, atensinya mengarah ke Hyunsuk.

"Aku suka disini,

dengan kamu" Lanjutnya.

Kemudian Jihoon kembali menyunggingkan sebuah senyum. Bukan senyuman manis, namun sebuah ciuman yang penuh maksud jahat.

Kemudian ia terkikik, hal itu membuat Hyunsuk sedikit siaga. Senyumannya berubah menjadi kikikan kecil. Mirip psikopat.

Tiba-tiba Jihoon berbicara sangat keras.

"JUST KIDDING!" Jeritnya.

Lagi-lagi Hyunsuk tak bisa menebak sikapnya. Dia lebih aneh daripada dirinya sendiri.

"Aku mau ngunci ruangan ini, aku mau pulang" Tutur Hyunsuk.

Jihoon diam sebentar sebelum akhirnya berjalan keluar. Ia tak memberikan respon apa-apa, namun hanya melirik Hyunsuk sambil terus keluar dari ruangan.

Hyunsuk menghela nafas saat sosok Jihoon sudah hilang dari pandangannya.

"Bikin kesel aja" cibir Hyunsuk.

Hyunsuk tak tahu bahwa Jihoon berdiri di depan, mendengarkan cibiran Hyunsuk.


























































Langit mulai gelap, udara mulai terasa dingin, angin juga mulai bertiup kencang. Tak lama kemudian suara rintik-rintik mulai terdengar.

Sekolah sudah mulai sepi. Tak banyak lagi guru-guru yang ada disana. Parkiran juga sudah melenggang. Hyunsuk ada di gedung utama, ia menunggu di depan teras karena hujan begitu lebat.

"Kalau keluar agak cepat mungkin ga akan ketinggalan bus" gumam Hyunsuk. Bola matanya bergerak ke bawah, menatap air hujan yang menyentuh tanah dan menimbulkan percikan.

Aku suka hujan

Hyunsuk berbalik memandang ke langit. Langit benar-benar gelap dan angin semakin berhembus kencang, memainkan irama jatuhnya hujan.

Hyunsuk larut dalam pikirannya.

Seandainya hanya dia saja, sendirian, di dunia ini, menikmati hujan. Itu adalah hal yang paling indah.

"Hei, kenapa berdiri di situ? Nanti kamu basah loh, ini hujan angin."

Suara seseorang menyadarkannya. Hyunsuk tak langsung memutarkan kepalanya untuk melihat sosok yang bicara. Ia menutup mata sebentar, tampak menikmati apa yang ia lakukan.

"Hei?!"

Hyunsuk menghela nafas. Ia membuka matanya, tiba-tiba saja orang itu sudah ada di sampingnya.

Hyunsuk menatap matanya. Itu adalah hal paling penting menurutnya, karena mata itu tak bisa berbohong.

Tapi sebenarnya yang jujur itu mata atau ekspresi wajah

"Si-a-pa?" Tanya Hyunsuk, kata demi kata terkesan lambat.

Orang itu tersenyum ramah. "Kamu Hyunsuk kan? Aku Doyoung."

Doyoung melihat ke depan, tampak menikmati hujan juga.

"Dasar pengganggu"

Doyoung membulatkan matanya. Ia memelototi Hyunsuk, tak menyangka kata sekejam itu akan keluar dari mulut seseorang yang bahkan lebih pendek darinya.

"Maaf" Doyoung reflek melangkah mundur.

Hyunsuk tampak tak peduli. Ia kembali melihat ke bawah, kemudian menutup matanya. Wajahnya di sapu oleh air hujan yang terbang karena angin.

Dingin

Doyoung berdiri kaku, ia menatap keindahan itu dengan jelas. Meskipun air hujan dan angin menyapunya. Tapi ia tak mungkin bisa menolak.

"Can I have him?"








































"No, he's mine"













Jir aneh pake 'he/him'

Defeated Because Of You | HoonsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang