Chapter: 18

3K 218 11
                                    

Dua hari sudah berlalu semenjak dirinya demam, tubuhnya juga pulih dengan cepat dan yang paling penting ia bisa berjalan dengan baik.

Zea sempat berfikir ada yang aneh dengan tubuhnya, banyak sesuatu hal yang sakit di bagian tubuh tertentu, tapi ia menepis semua pemikiran buruk itu saat mengingat mimpi buruk yang ia lalui.

Awan bertebaran di langit Goryeo bak gerombolan biri-biri, hamparan langit begitu cerah dengan sapuan angin yang kini melambai menyapanya.

Di tengah ketenangan itu, ia sibuk membaca buku mengenai sejarah keluarga Kim yag sempat ia minta dari Husok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di tengah ketenangan itu, ia sibuk membaca buku mengenai sejarah keluarga Kim yag sempat ia minta dari Husok.

Awalnya ia kesulitan saat menulis dari hasil bacaan dan interpretasi mimpinya, apalagi harus menggunakan tinta cair yang diracik pelarut sollubilizer, tapi lama kelamaan ia semakin mahir.

"Ish! Dia seperti setan, bagaimana bisa memperlakukan manusia seperti itu?" desisnya mencibir saat mengingat kelakuan ibu tirinya yang selalu memperbudak  dalam mimpi itu.

Untuk sesaat, ia pikir mimpi itu hanya bunga tidur. Tapi semakin ia memikirkannya, kepalanya berdenyut sakit seolah dirinya sendiri yang melaluinya.

Karena nyatanya ia merasakan dan mengingat semua mimpi itu dari awal sampai akhir meski hanya seperti potongan-potongan scine.

Seperti albert einstein yang ketika melamun menghasilkan teori ruang dan waktu lalu menulisnya, Zea pikir ia juga harus menuliskan mimpi itu, bisa jadi  ia mendapat pencerahan suatu saat nanti bukan?

Bukunya ia simpan, kini dirinya fokus mencatat dengan kening berkerut samar karena berusaha mengingat ulang.

Catatan pertamanya dimulai dari seekor kelinci malang yang diterkam.

"Ia disuruh pergi ke hutan mencari tumbuhan liar, lalu setelahnya—"

Ingatannya buntu.

Zea semakin mengerutkan keningnya dengan kelopak mata tertutup, bagian mimpi ini seperti ada lanjutan yang terpotong.

Ia sangat yakin!

"Kenapa saat pulang gadis itu terlihat bahagia? Bukannya dia kesulitan mendapatkan tanaman itu?"

"Tunggu, tunggu, mimpi itu sangat aneh, setelah pulang dari hutan dia malah sering ke hutan? Astaga! Bagaimana aku menulisnya? Ini seperti cerita sad ending yang tidak lengkap." Zea mengetuk-ngetuk kepalanya menggunakan sekuntum bunga yang sempat ia petik.

Tenggelam dalam pikirannya, sayup-sayup ia mendengar suaminya memanggil.

"Iyaa, aku datang!" jawabnya sambil tersenyum cantik.

Bulu matanya berkibar dengan rona wajah yang cerah. Akhir-akhir ini ia bahagia saat bersama Yun Gi, hanya mendengar suaranya saja entah kenapa membuat hatinya senang.

Apa ini yang dinamakan ... ?

Tidak!

Tidak mungkin! Bukannya ini terlalu cepat?

WANG MIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang