Chapter: 49

633 44 11
                                    

"Apa aku memiliki kesalahan?" pertanyaan itu berdengung di belakang telinga Alan yang sedang duduk di taman depan ruang perpustakaan.

Alan berbalik, menatap Sean yang kini ikut duduk di dekatnya, "Apa maksudmu?"

"Tidak usah berbicara seolah tidak tahu, Alan. Aku bukan kawanan anak TK yang bisa kau kelabui." Jawabnya datar seperti biasa.

Alan terkekeh ringan, "Oh ya? Kalau begitu maaf jika aku membuatmu tidak nyaman." Begitu selesai mengatakan itu, suara bel terdengar, Alan dengan cepat berdiri dan kembali ke kelas, seolah suara bel itu menyelamatkannya.

.
.
.

Karena kurang dari dua pekan lagi ujian kenaikan kelas akan segera dilaksanakan, maka tidak heran semua murid belajar dengan rajin. Di sore hari, hanya beberapa murid yang pulang, selebihnya mereka masih belajar di kelas atau sekedar mengikuti les tambahan.

Sore menjelang malam, karena Alan duduk di kursi Miyoung maka teman sebangku Miyoung sebelumnya duduk di kursi lain. Sore itu, Alan melihat gelagat gadis itu sangat aneh, apa mungkin karena dia introvert?

Ia menggelengkan kepalanya saat tatapan mereka sempat bertemu, dengan wajah gadis itu yang langsung memerah sempurna. Alan hendak kembali membuka bukunya, tapi seseorang tiba-tiba mengetuk mejanya pelan.

Alan menoleh, itu gadis yang sama yaitu teman sebangku Miyoung. "Airin ...." Gumam Alan membaca name tagnya.

Gadis itu membulatkan matanya, ia hendak mengulurkan niatnya dengan berjalan mundur beberapa langkah, tapi tangannya ditahan, "Airin, itu namamu 'kan?" gadis itu mengangguk kaku, bola matanya bergerak gelisah hingga tangan yang satunya terulur menampilkan sebuah benda yang tidak asing.

"Dompet, lagi?" Airin mengangguk mantap.

"Itu milik Miyoung, aku menemukannya tiga hari yang lalu." Ujarnya gugup sesekali mencuri pandang ke arah Alan.

"Kenapa baru memberikannya padaku sekarang?!" suaranya cukup tinggi hingga membuat beberapa teman sekelas yang sedang fokus belajar menatap ke arah mereka.

Airin menciut, ia menatap Alan takut-takut. Saat merasa semua orang tidak memperhatikannya lagi, gadis itu berucap terbata, "Seperti yang kamu tahu, dua hari ini aku tidak masuk sekolah karena sakit. Kemarin aku juga sempat ingin memberikannya," ucapanannya terjeda, ia menatap Alan yang seolah meminta jawaban lebih.

"Tapi, tapi aku tidak sempat karena kamu selalu menghindar." Lanjut Airin sebisa mungkin menjelaskan.

Ah, Alan jadi ingat jika tiga hari ini dirinya memang jarang di kelas. Mungkin, Airin pikir dirinya menghindar karena dirinya, padahal Alan selalu keluar kelas demi menghindari Sean.

"Aishh, gadis itu sangat ceroboh, dia bahkan tidak merasa kehilangan dompet selama tiga hari, bagaimana ia makan dan bepergian?" ujar Alan setelah berterimakasih kepada Airin.

Tepat pukul tujuh malam, Alan berniat pulang. Tetapi, saat menuju koridor yang sama seperti pagi tadi, ia membuka dompet Miyoung. Oh ayolah, dirinya ini bukan agen CIA yang bisa melacak keberadaan orang, ia perlu membuka kartu identitas Miyoung untuk mengembalikan dompetnya.

Namun, sepertinya perhatian Alan terbagi saat pandangannya tidak sengaja bersitatap dengan Sean dari arah depan. Alan berniat melangkah ke kanan, tapi seseorang malah menabraknya, membuat beberapa buku yang orang itu bawa berjatuhan, tidak lupa dengan dompet Miyoung yang ikut terjatuh dengan beberapa uang ikut bertebaran di lantai.

"Maaf aku tidak sengaja, maafkan aku." Ujar siswa itu, ia mengambil buku-bukunya dan dengan cepat berlalu dari sana atas perintah Alan yang sempat berujar beberapa kali agar siswa itu bisa pergi.

WANG MIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang