Kampung halaman Hiro, cukup jauh sebenarnya dari Yogyakarta. Perjalanan mobilnya saja memakan waktu lebih dari 4 jam.
Sebab itu, Shaka memilih mobil keluarga alih alih menggunakan supercar miliknya. Ini kali pertama bagi seorang el shaka Augate mendatangi kampung halaman sang kekasih.
Sepanjang perjalan pula, di isi oleh Hiro dengan celoteh riangnya. Menceritakan bagaimana pengalamannya dulu sewaktu masih mengikuti pelatihan pramuka yang akan mereka hadiri kini.
Mulai dari tidur di tengah lapangan saat hujan, latihan fisik di tengah malam, berjalan puluhan kilo meter saat didikan latihan, hingga bentakan dan makian dari para seniornya sewaktu ia masih menjadi junior.
Masa remaja yang berwarna jika Shaka boleh berkomentar. Tak seperti masa remajanya yang hanya di isi oleh berbagai les privat dan menghadiri banyak acara formal sejak ia masih belia.
Kebebasan yang ia dapatkan sebagai model selama beekuliah pun harus ia lepas saat harus menjadi pemimpin perusahaan milik keluarga. Menanggung beban begitu banyak, tak sampai memikirkan bagaimana cara bersenang senang atau semacamnya. Sebab harinya selalu dipenuhi oleh para client dan tumpukan berkas.
Meski begitu, tak pernah menyesal ia kembali ke tanah airnya. Sebab di sini ada sosok Hiro, sosok dengan sejuta warna dalam hidup Shaka yang semula berwarna monokrom.
"Ini udah mau sampe ya Mas?"
Sosok di samping Shaka itu kini terlihat melirik sekitar, bangunan bangunan yang begitu familiar baginya. Menandakan bahwa mereka sudah dekat dengan tempat tujuan.
Lantas Shaka menoleh pada ponsel miliknya yang menampilkan layar maps. 15 menit sebelum keduanya sampai di koramil tempat sanggar pramuka organisasi yang di ikuti sang kekasih.
"Iya, mau mampir beli makanan dulu buat temen temenmu nanti?" tawar Shaka.
Di sepanjang jalan nampak banyak para pedagang kaki lima yang menjajakkan dagangannya.
"Ndak ah, nanti malem aja kalo tinggal sama anak anak," tolak Hiro.
Lantas, yang lebih muda meraih ponsel miliknya. Menghubungi seseorang guna mengabari bahwa ia dan Shaka akan segera tiba.
Setelahnya, tak lama dari itu keduanya sampai. Di koramil tempat Hiro sewaktu sekolah menengah atas mengikuti pramuka.
Berbondong bondong belasan remaja usia SMA itu menghampiri keduanya saat turun dari mobil. Menyalami tangan Hiro, setelah sebelumnya memberikan sikap hormat kepada sang senior.
Lagi, Shaka hanya mampu mengamati kekasih manisnya itu. Sedikitnya kaget sebab Hiro yang biasa tak pernah mengendurkan senyum pada bilah ranumnya kini menampilkan ekspresi serius ketika membalas salam hormat para juniornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
malioboro at intersection
Teen Fiction"Mas, kalo sapean dulu ndak nabrak aku terus gantiin bapiaku gitu. Kita masih bisa kaya sekarang ndak ya?" - Hiro