how about shaka?

258 28 0
                                    

Derap langkah pantofel menggema memenuhi hall utama sebuah gedung perusahaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Derap langkah pantofel menggema memenuhi hall utama sebuah gedung perusahaan. Di sana, sang direktur utama diikuti kedua sekertarisnya berjalan dengan langkah tegapnya menuju lift khusus yang diperuntukkan baginya.

"Selesai jam berapa?" suara baritone itu mengalun ringan mengisi kesunyian lift yang kini terisi tiga orang berbeda usia.

"Jika tidak ada kendala, jam lima sudah selesai pak," jawab salah satu sekertaris sang direktur.

Si empunya mengangguk paham, sedikit menarik dasi yang terasa menyesakkan dengan tatapan mata melirik jam tangan miliknya sekilas.

"Besok minta kepala bagian HRD memenui saya. Dan Bimo, pesankan bapia keju 4 kotak."

Kedua orang dibelakang Shaka hanya bisa mengangguk, menuruti perintah tuannya.

Setelahnya, keadaan kembali sunyi hingga lift mereka sampai di lantai yang mereka tuju. Ketiganya kembali melangkahkan kaki menuju ruang meeting yang telah disediakan.

Pintu terbuka, membuat semua pasang mata seketika memusatkan perhatian pada si sulung keluarga Augate yang akan menjadi pemimpin mereka kedepannya.

Memilih abai, Shaka kembali melangkah, menempatkan diri pada kursi miliknya. Diikuti sang sekertaris yang mengkode pada salah satu karyawan guna memulai meeting.

Sepanjang jalannya rapat Shaka hanya diam. Memperhatikan setiap hal yang dipresentasikan oleh para karyawannya. Sesekali menjawab pertanyaan atau sekedar mengangguk guna menanggapi.

Dalam hati mengumpati si asisten karena berhasil menipunya dengan mengatakan bahwa meeting kali ini melibatkan kolega bisnis. Nyatanya, hanya rapat untuk para karyawan tentang rekap  pengembangan hotel yang biasanya akan dihandle oleh Bimo dan ia tinggal memeriksa berkas.

"Setidaknya jaga raut wajahmu Boss," bisik sang asisten yang sejak tadi berdiri di belakangnya.

Si empunya mendecak pelan, Bimo dengan segala sifat jahilnya. Terkadang Shaka menyesali pilihannya mempekerjakan sahabatnya itu sebagai sekertaris sekaligus asisten pribadi. Namun tak dapat dipungkiri, hasil kerja sahabatnya itu memang bagus. Membuatnya tak memiliki alasan guna memecat pemuda yang telah menemaninya sejak zaman perkuliahan itu.

Berbeda dengan Bimo. Vero, sekertaris Shaka yang satu ini bisa diajak lebih perofesional ketimbang sahabatnya. Maklum, beliau ini salah satu mahasiswa di universitas terbaik kedua di dunia.

"Cepat selesaikan rapat ini jika tidak ingin gajimu dipotong," balas Shaka menahan jengkelnya.

Rencananya ingin menghabiskan hari dengan pria kecilnya hancur hanya karena sahabatnya itu tiba tiba mengabari bahwa ada rapat dadakan dengan para kolega bisnis.

















Rencananya ingin menghabiskan hari dengan pria kecilnya hancur hanya karena sahabatnya itu tiba tiba mengabari bahwa ada rapat dadakan dengan para kolega bisnis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
malioboro at intersection Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang