Ketika masuk kedalam kontrakan, hal pertama yang menyambut Hiro adalah sosok Wiratama. Sulung keluarga Dewangga itu nampak setengah mabuk. Hiro menghela nafas pelan, berjalan menuju Wiratama yang tampak memijat pangkal hidungnya dengan sebelah tangan memegang gelas kosong.
Liquor di atas meja yang hanya menyisakah separuh isinya itu diambil oleh Hiro, membuat pemiliknya menoleh guna melihat si pelaku.
"Udah malem, tidur sana," ujar Tama menenggak sisa liquor di gelas dalam sekali tengak. Kemudian beranjak dari duduknya guna masuk kedalam kamar sebelum langkahnya dihentikan oleh genggaman Hiro pada lengannya.
"Kamu mabuk, ayo tak buatin susu jahe dulu."
Belum sempat menjawab, sosok yang lebih tinggi dari Hiro itu akhirnya mengalah saat tangannya ditarik menuju dapur.
Setelahnya, Tama hanya memandangi punggung Hiro dari meja makan. Bagaimana dengan telaten sang sahabat membuatkan susu jahe untuknya.
Tak sampai 15 menit, Hiro kembali dengan dua mug berisi susu jahe dan semangkuk buah buahan.
"Tadi ada rumor kencan Deva sama lawan mainnya," ujar Tama membuka percakapan setelah menerima mug dari sang sahabat.
"Kamu udah dikabarin sama Deva soal itu?"
Yang ditanya mengangguk, menyesap susu jahe pemberian Hiro sebelum menjawab. "Udah, belum tak bales tapi."
Menghela nafas pelan, setelahnya Hiro hanya bisa menepuk pelan bahu lebar milik Tama guna menenangkan sahabatnya itu.
"Kalo Deva udah minta publish hubungan kalian, dia pasti udah punya rencananya sendiri Tam. Kenapa ndak nyoba dengerin alasan dia dulu?"
Tama mendongakkan pandangan yang semula menatap mug dalam genggamannya. Lalu menggeleng pelan sebagai jawaban.
"Masalahnya bukan cuma soal gimana pandangan orang lain ke kita nantinya. Kalo dengan publish hubungan job pekerjaan dia jadi sepi gimana?"
"Itu gunanya ngomongin masalah Tama. Lagian kamu mikir kayak gitu, bisa aja cuma overthinking kamu doang."
Setelahnya hening.
Dalam hubungan Tama dan Madeva tak hanya soal orientasi sexual atau fans fanatik yang menjadi masalah mereka.
Pacar Tama satu ini adalah sulung dari tiga bersaudara yang telah membiayai kehidupan kedua adik dan ibunya sejak menginjak bangku sekolah menengah pertama.
Tak masalah bagi Tama sekalipun harus menanggung biaya sekolah kedua adik Madeva. Namun prinsip hidup sang kekasih yang tak pernah ingin berhutang budi pada siapapun itu lah yang menjadi masalahnya.
Tama tentu tak ingin menambah beban sang kekasih setelah semua yang dialami oleh Madeva. Maka jalan satu satunya adalah menunggu ia resmi menjadi penerus keluarga. Dengan begitu ia dapat menikahi sang kekasih, membuat Madeva sepenuhnya menjadi tanggung jawab Tama.
KAMU SEDANG MEMBACA
malioboro at intersection
Teen Fiction"Mas, kalo sapean dulu ndak nabrak aku terus gantiin bapiaku gitu. Kita masih bisa kaya sekarang ndak ya?" - Hiro