Yogyakarta, kota bersejarah dengan segudang ceritanya. Tempat yang dikenal sebagai kota pelajar ini nyatanya menarik ratusan minat para muda mudi negri untuk menjajakkan kaki di sana. Termasuk Hiro dan ketiga temannya.Keempat sekawan itu memang sudah menargetkan Yogyakarta untuk mereka melanjutkan studi. Siapa sangka, keempat orang yang awalnya bermodal nekat dan percaya diri itu malah diterima di salah universitas impian sejuta pelajar lewat jalur SNMPTN.
Meski berada di fakultas yang berbeda beda. Hiro, Waksa, Wiratama, dan Jayantaka sepakat untuk mengontrak salah bersama di salah satu rumah yang tak jauh dari universitas mereka. Soal biaya mahal karena tempat yang strategis bukan masalah karena ada Wiratama. Hampir separuh biaya sewa rumah yang mereka kontrak ditanggung oleh si sulung keluarga Dewangga itu. Toh, dia sendiri yang menawarkan. Jadi tak ada alasan bagi Hiro dan kedua temannya untuk menolak.
Sebenarnya, niatan awal Hiro mengikuti ketiga temannya bersekolah di universitas tak sepenuhnya karena ingin melanjutkan studi. Bahkan ia dulu berniat Gapyear dan akan menekuni club dancenya terlebih dahulu.
Nyatanya pemuda berdarah Cina-Indonesia itu seorang maniak bapia Yogyakarta.
Dulu sewaktu memilih Universitas Wiratama sempat memberikan iming iming akan ssering sering membelikan Hiro Bapia apabila pemuda itu ikut melanjutkan studi ke Yogyakarta. Lantas, apa daya seorang maniak bapia seperti Hiro jika sudah mendapat iming iming seperti itu?
Benar saja, ntah karena hoki atau apapun itu. Keempatnya berhasil masuk Universitas yang sama. Hiro mengambil jurusan DKV, Wiratama management bussines, Jayantaka administrasi bisnis, dan Waksa yang mengambil bisnis digital.
Selama berkuliah pun hubungan keempat sekawan itu semakin erat. Persis seperti sebuah keluarga, dari masih menjadi maba hingga seorang mahasiswa semester enam. Jika diingat ingat keempatnya tak pernah terlibat perkelahian besar yang menyebabkan keempatnya dalam perselisihan panjang.
Bagi Hiro yang sudah tidak memiliki kedua orang tua, memiliki teman layaknya ketiga temannya bagai sebuah anugrah. Hiro tak pernah merasa perasaan menyesal karena telah mengenal ketiga temannya.
"Ro, kamu nanti jadi keluar sama Mas Shaka ta?"
Hiro ditanya tersentak pelan, kemudian mengalihkan perhatiannya dari layar laptop yang menampilkan dokumen proposal pengajuan magang milik Wiratama pada sumber suara.
"Kalo Mas Shaka ndak sibuk yo jadi, kamu mau nitip?"
Jayantaka di sebrang sana hanya bisa tersenyum ketika Hiro mengetahui isi fikirannya.
"Aku nitip J.CO ya? pengen banget dari kemarin Ro," ujarnya.
"Yowis nanti tak beliin, kamu mandi dulu sana. Udah siang gini juga," balas Hiro melirik jam dinding yang telah menunjukkan pukul 11 siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
malioboro at intersection
Genç Kurgu"Mas, kalo sapean dulu ndak nabrak aku terus gantiin bapiaku gitu. Kita masih bisa kaya sekarang ndak ya?" - Hiro