Bab 9 – Kesepakatan
Setelah memastikan bahwa kandungannya benar-benar baik-baik saja, Luna akhirnya bisa tenang. Dua orang perawat datang untuk memeriksa keadaan Luna, ditambah seorang dokter juga memeriksa keadaannya. Meski begitu, Sang Dokter tidak mengatakan apapun pada Luna, namun tampak berbicara dengan William.
Semua ikatan di tangan dan kaki Luna akhirnya dilepaskan, membuat Luna bisa menghela napas lega. Setelahnya, suster dan dokter itu mulai pergi meninggalkan ruang inap Luna, dan kini tinggallah hanya Luna dengan William saja di ruangan tersebut.
William berjalan mendekat ke arah Luna, lalu, dia meraih sebuah nampan yang berada di meja tepat di sebelah ranjang Luna. William kemudian mempersiapkan meja di hadapan Luna sebelum dia menaruh nampan berisi makanan itu di sana.
"Makanlah. Kau harus makan," ucap William dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan.
Luna sempat tak percaya dengan perhatian yang kini diberikan oleh William kepadanya. Sebenarnya, apa rencana pria ini? Luna menatap makanan di hadapannya, terlihat menggiurkan padahal itu hanya menu makanan rumah sakit. Mungkin karena dia sudah lapar. Lalu, tiba-tiba saja dia jadi curiga dengan kebaikan William. Apa William mencampurkan sesuatu di sana?
"Aku tidak lapar," jawab Luna sembari memaalingkan wajahnya ke arah lain.
Luna bohong, dia lapar, dan dia sangat ingin memakan makanan tersebut. Namun, lebih baik saat ini dia berakhir kelaparan daripada dia keracunan dan akan membahayakan bayinya.
"Kau pikir aku menaruh sesuatu di dalam makanan ini?" tanya William dengan nada tajam.
"Kubilang aku tidak lapar," ucap Luna lagi. Luna memang mencurigai hal itu, namun dia tidak ingin mengungkapkan alasannya kenapa tak ingin makan makanan yang diberi oleh William.
"Keras kepala. Kau harus makan jika kau ingin mempertahankan bayimu!" seru William dengan nada kesal. "Lupakan saja! Mungkin memang lebih baik bayi itu disingkirkan saja!" lanjutnya lagi sembari meraih nampan di hadapan Luna dan menyingkirkannya.
"Apa maksudmu?" tanya Luna.
William tak menjawab dia mengabaikan Luna dan memilih pergi dari hadapan Luna kemudian duduk di sofa yang ada di ujung ruangan. Luna hanya mengamati pria itu begitu saja tanpa membuka suaranya lagi.
***
Tengah malam, Luna merasa gelisah. Dia tidak bisa tidur karena rupanya, dia sudah tak sadarkan diri selama hampir dua hari. Kini, Luna sudah tak bisa tidur lagi, ditambah perutnya yang terasa keroncongan. Apa yang harus dia lakukan?
Luna tidak sadar bahwa sejak tadi, William memperhatikan dirinya dari tempat duduk pria itu. Ya, William masih setia menunggu Luna di sofa panjang di ujung ruangan. Punggungnya bersandar pada sandaran sofa, matanya terpejam, padahal, William tidak tidur. Dia bisa mendengar suara tubuh Luna yang gelisah dan terus-terusan mengubah posisi tidurnya.
William akhirnya membuka matanya, melihat bagaimana Luna yang tampaknya sibuk dengan posisinya. Pada akhirnya, William tidak bisa mengabaikannya. Dia bangkit, kemudian berjalan mendekat ke arah Luna.
"Ada masalah?" tanyanya.
Luna menghentikan aksinya dan menatap William seketika. Sebenarnya, Luna mengira bahwa William telah pergi. Untuk apa juga pria ini menungguinya di rumah sakit? Tak ada untungnya juga, kan?
Sedangkan bagi William, dia merasa gila jika tidak tahu bagaimana kondisi Luna. Sebenarnya, William merasa ada yang aneh dengan dirinya sejak dirinya mendatangi apartmen Luna malam itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/337113468-288-k29074.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LALUNA (Pregnant with Stranger)
RomanceKarena patah hati, Laluna memutuskan untuk kabur ke Inggris agar bisa melupakan mantan kekasihnya yang telah menikah, Azka Pramudya. Kekecewaannya pada Azka begitu dalam hingga membuat Luna tidak ingin mengenal pria lagi. Luna akhirnya memutuskan u...