Bab 18 - Pulang

6.6K 738 36
                                    

Akhirnya, William meraih ponselnya, mematikannya, kemudian dia mengulurkan jemarinya, menggenggam telapak tangan Emma yang ada di atas meja, kemudian dia berkata "Pekerjaanku bisa menunggu nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya, William meraih ponselnya, mematikannya, kemudian dia mengulurkan jemarinya, menggenggam telapak tangan Emma yang ada di atas meja, kemudian dia berkata "Pekerjaanku bisa menunggu nanti. Kita bisa melanjutkan makan siang ini dengan tenang," ucapnya dengan sungguh-sungguh.

Ya, pada akhirnya, William akan berusaha mengabaikan sosok Luna. William akan mencoba memungkiri apa yang dia rasakan, bahwa selama seminggu terakhir dirinya tak berhenti memikirkan Luna dan kini puncak kerinduannya seolah-olah tak bisa teratasi.

Sial! Apa yang sudah dilakukan perempuan itu padanya? Apa yang harus dia lakukan selanjutnya?

******************

Bab 18 – Pulang




"Aku merasa ini seperti sebuah karma. Sebuah lingkaran setan yang nggak bisa aku hindari." Setelah Luna menceritakan masalahnya dengan William kepada Shafa, kini Luna akhirnya menyampaikan keluh kesahnya tersebut pada sang sahabat.

"Aku hamil, pria yang membuatku hamil adalah pria yang sudah memiliki kekasih. Kupikir, itu sama dengan posisiku dengan bersama dengan Azka dan Namira. Aku nggak bisa bayangin gimana perasaan kekasih William jika tahu bahwa ada perempuan yang hamil mengandung anak William. Aku pernah berada pada posisi itu, rasanya sakit sekali, dan aku nggak suka membayangkan orang mengalami rasa sakit yang sama karena ulahku."

"Lun, apa yang nimpa kamu tentu berbeda. Kamu nggak ingin William ikut campur dalam masalah kehamilanmu. Kalian nggak nikah, jadi, nggak ada keharusan William meninggalkan kekasihnya."

Luna mengangguk. "Iya, memang. Tapi akhir-akhir ini, William eolah-olah menjadi orng yang berbeda, dan aku... aku takut jika aku tidak bisa menahan diri."

"Maksudmu?" tanya Shafa.

Luna menatap Shafa lekat-lekat, "Aku takut perasaanku mulai berubah dengannya, Fa... dan aku takut aku nggak bisa mengendalikannya..." lirih Luna.

Ya, diakui atau tidak, apa yang dilakukan William memang cukup membuat Luna terpengaruh. Bahkan beberapa kali Luna sempat berpikir untuk menggoda William agar pria itu jatuh dalam pelukannya. Astaga... harusnya di tidak memikirkan hal itu, bukan?

"Lun... kamu berhak bahagia setelah apa yang sudah menimpamu. Mungkin Kak Azka memang bukan jodoh kamu, tapi jika Tuhan mengirimkan William untukmu, mau kamu pungkiri seperti apapun, dia akan datang pada takdirnya."

"Aku hanya nggak mau memberikan rasa sakit pada seseorang seperti yang kualami dulu," desah Luna.

Ya, ditinggalkan Azka cukup merubah hidupnya. Luna hanya tak ingin hal itu terjadi pada perempuan lain. Dia harus bisa menjaga hatinya dari sosok William, dia harus bisa mengendalikan dirinya dari pria itu...

***

William rupanya tak bisa menahan diri lagi. Setelah kembali ke kantornya, dia kembali memikirkan tentang Luna. Apalagi saat dirinya mendapatkan informasi bahwa Luna rupanya telah bekerja di perusahaan Azka. William tak suka dengan fakta itu.

LALUNA (Pregnant with Stranger)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang