Bab 21 - Tak Dapat Berhenti

6.1K 512 9
                                    


Kini, keduanya sama-sama polos, dengan posisi Luna yang masih membelakangi tubuh William. William akhirnya naik ke atas ranjangnya, mendekat ke arah Luna dan mengulurkan jemarinya menyentuh pundak Luna.

Gelenyar panas merayapi diri Luna, apalagi saat William mulai memijat pundaknya dan jugabibir pria itu mulai menyapu punggung telanjangnya.

"Aku menginginkanmu, Laluna... kau tidak akan menolakku, bukan?" bisik William dengan suara seraknya.

Luna hanya bisa memejamkan matanya, menikmati bagaimana William menggodanya. Ya, Luna tak akan bisa menolak keinginan William. Bagaimana bisa dia menolak jika dirinya saja sudah tergoda seperti sekarang ini?

***********************

Bab 21 – Tak dapat Berhenti


Luna memejamkan matanya, merasakan bagaimana lembutnya bibir William menyapu sepanjang pundak dan juga punggungnya. Jujur saja, Luna masih tidak mengerti bagaimana bisa mereka berakhir seperti ini. Luna masih belum terbiasa, namun di sisi lain, William begitu menggoda untuknya. Akhirnya yang dapat dilakukan Luna hanyalah mengikuti saja permainan pria itu.

Jemari William mulai terulur dari belakang tubuh Luna dan mendarat pada dada Luna, menggodanya, memainkannya, sedangkan bibirnya masih belum berhenti menyapu sepanjang kulit punggung Luna seolah-olah William sangat menyukainya.

"Aku sangat suka dengan aroma tubuhmu..." bisik William dengan suara seraknya.

"Aku menggunakan sabun yang sama dengan sabunmu," jawab Luna yang masih memejamkan matanya.

"Kulitmu juga begitu halus dan lembut..." bisik William lagi. Kali ini Luna tidak bisa menjawabnya.

Dulu, sebelum dia memiliki masalah sepelik ini, Luna memang sangat merawat setiap detail dari tubuhnya. Namun sejak dirinya hamil, Luna hampir tidak memikirkan tentang dirinya sendiri. Semuanya dia curahkan kepada bayi yang dikandungnya. Lalu dia masalah demi masalah yang menimpanya membuatnya hampir tak memikirkan untuk merawat diri lagi. Luna merasa bahwa kini tubuhnya menjadi lebih kurus dari sebelumnya, kulitnya juga menjadi kering dan kusam karena kurang perawatan, rambutnya yang biasanya lembut dan indah juga mulai sedikit berubah.

Tiba-tiba, Luna merasa malu. Kenapa William harus melihatnya dalam keadaan seperti ini? Kenapa William harus melihatnya saat dirinya sudah tidak secantik dulu? Kenapa William harus melihatnya yang menyedihkan seperti ini?

"Uumm, bisa tidak kalau kita langsung saja melakukan hal itu?" bisik Luna nyaris tak terdengar. Luna hanya tak ingin semakin malu dan tak percaya diri karena William tak berhenti menyentuh setiap jengkal dari tubuhnya.

William sempat menghentikan aksinya. Dia mengamati Luna yang masih membelakanginya, lalu dia bertanya "Ada masalah? Kau sudah tidak tahan?"

Luna tampak menundukkan kepalanya, "Aku... aku hanya ingin segera istirahat," desahnya. Luna berbohong. Dia hanya tak percaya diri di bawa tatapan mata William yang tampak sangat sempurna di matanya itu.

William akhirnya membalikkan tubuh Luna hingga kini tubuh Luna menghadapnya meski perempuan itu masih memilih menundukkan kepalanya. William melihat bahwa ada yang disembunyikan Luna, seolah-olah Luna memang sedang memagari dirinya dari siapapun juga.

Jemari William terulur mengangkat dagu Luna, memaksa Luna agar menatapnya. Pada akhirnya, Luna menatap William. Keduanya saling menatap satu sama lain hingga pandanga mereka terkunci.

Sebenarnya, William ingin mengorek informasi apapun dari Luna, bertanya apa yang dia sembunyikan dan apa yang sedang dirasakan Luna, namun, ketikaa tatapan mata mereka terkunci satu sama lain, William merasa bahwa ada sesuatu dari dalam diri Luna yang menariknya, membuatnya enggan melepaskan perempuan ini dan membuatnya sulit untuk berkata-kata.

LALUNA (Pregnant with Stranger)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang