Boy merenung, dia mengamati segala penjuru kamarnya. Ibunya benar. Selama ini dia semena-mena dengan Milly. Milly seharusnya menjadi orang yang paling dirugikan karena kehamilannya, namun Boy bertindak berengsek seperti dialah yang selama ini dirugikan oleh permasalahan ini.
Boy memejamkan matanya frustrasi. Jika Milly sudah mau bersabar untuk menunggunya move on, seharusnya dia bisa memberi Milly sedikit kelonggaran. Minimal, Boy harus bersikap adil dan tidak seenaknya sendiri dengan Milly.
Boy menghela napas panjang. Ia harus menemui Milly, dia harus meminta maaf dengan Milly dan mencoba untuk memeprlakukan perempuan itu dengan lebih baik. Bagaimanapun juga, Milly sudah banyak mengalah selama ini, jadi... sudah saatnya Boy melakukan hal yang benar... Ya, dia harus melakukannya...
***************
Bab 32 – Rasa cemburu
Setelah mendapatkan pencerahan dari ibunya, Boy lantas segera bangkit, lalu mandi dan mengganti pakaiannya. Ketika Boy akan pergi meninggalkan kamarnya, dia teringat dengan sesuatu. Diamatinya kamarnya, kemudian Boy melakukan tindakan yang seharusnya dia lakukan sejak lama.
Boy mulai mengumpulkan foto-foto Clara yang masih ada di sana, dan dia berencan untuk menyingkirkannya. Ya, tiba-tiba saja dia sadar, bahwa apa yang dia lakukan selama ini pasti menyakiti Milly. Boy jelas-jelas tahu bahwa Milly sudah lama menyukainya. Namun Milly malah mendapatkan perlakukan seperti ini darinya.
Boy kemudian merogoh ponselnya, dia bersiap untuk menghubungi Milly, namunrupanya ponsel perempuan itu tidak aktif. Akhirnya, Boy menghubungi ponsel ibu Milly, karena entah kenapa Boy yakin bahwa Milly kini sudah pulang ke rumah ibunya.
"Nak Bobby? Ada apa ya? Kok pagi-pagi telepon?"
"Ibu, apa Milly ada di sana?" dengan ragu, Boy bertanya.
"Milly? Enggak Nak, ada apa?"
Boy mengerutkan keningnya. Sepertinya Milly tidak pulang ke rumah orang tuanya. "Ahhh enggak, Bu. Soalnya semalam saya lembur, saya minta Milly pulang ke ruah ibu saja. Tapi rupanya, Milly enggak melakukannya. Kalau begitu terima kasih banyak, Bu."
"Baik, Nak... Ibu titip Milly ya Nak," pesan ibu Milly.
"Baik. Bu." Kemudian, panggiln ditutup. Boy menghela napas lega saat tahu bahwa Milly tidak pulang ke rumah orang tuanya. Mungkin Milly memang memilih tetap tinggal di apartemennya dan menunggunya untuk menyelesaikan masalah mereka. Sialan Boy! Kenapa kini dirinya menjadi sosok yang paling kekanakan?
Boy kemudian bersiap pergi meninggalkan rumahnya dan pulang ke apartemennya, namun, Boy berpikir lagi, tak mungkin jika kini Milly masih di apartemennya. Mungkin, perempuan itu sudah di butik Kirana.
Pada akhirnya, Boy memutuskan untuk ke butik Kirana saja. Sekalian dia ingin mengumumkan statusnya di depan banyak orang yang ada di sana nanti. Ya, sepertinya begitu lebih baik.
Boy menuruni tangga, melihat ibunya di ruang makan yang telah menyiapkan sarapan. Dia mendekatinya, meraih dua potong roti isi yang sudah tersedia di sana sembari berkata "Aku pulang, Ma. Makasih nasihatnya."
Elsa berdecak sembari menggelengkan kepalanya melihat Boy yang sudah melesat meninggalkan rumahnya. Elsa hanya berharap bahwa Boy dan Milly segera menemukan kebahagiaan mereka. Bagaimanapun juga, Elsa ingin yang terbaik untuk anaknya itu...
***
Boy akhirnya sampai di area butik Kirana. Belum sempat Boy membelokkan mobilnya ke sana, matanya sudah mendapati pemandangan yang membuatnya cukup panas. Dia melihat Milly diajak naik ke mobil Andre. Dia tidak tahu apa rencana Andre, dan dia juga tidak mengerti kenapa Milly mau ikut bersam dengan temannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOY & MILLY (TAMAT)
Romance(Follow dulu sebelum baca lengkapnya) Boy adalah seorang fotografer ternama. Dia juga merupakan putra dari salah satu keluarga konglongmerat di negeri ini. Boy sangat tergila-gila dengan sosok Clara Adista, sang model papan atas yang telah menjadi k...