Bab 1 – Pernikahan Kontrak
Milly mengamati segala penjuru ruangan. Itu adalah Apartmen baru milik Boy, pria yang baru saja memperistrinya. Sebenarnya, Milly sudah pernah ke apartmen lama Boy, namun, apartmen yang akan dia tinggali ini rupanya apartmen baru yang telah disiapkan oleh Boy untuknya.
Ya, tentu saja. Boy bisa dengan mudah membeli apapun yang diinginkan oleh pria itu. Boy merupakan anak dari pengusaha kaya raya, ditambah lagi, karirnya menjadi seorang fotografer ternama membuat kekayaan pria itu tak diragukan lagi. Milly tahu, jangankan unit apartmen ini, gedung apartmen ini pun Boy bisa membelinya.
Milly tahu bahwa Boy memang kaya, tapi dia baru tahu kemarin, ketika dirinya menginjakkan kaki di rumah orang tua Boy dan menyaksikan bahwa Boy ternyata adalah putra salah satu konglongmerat ternama di negeri ini.
"Masuklah, dan bawa barang-barangmu ke sana. Kamarmu di sana," ucap Boy sembari menunjukkan sebuah pintu yang ada di sebelah kanannya. Dengan santai, pria itu bahkan menuju ke lemari pendingin, mengambil sebotol air mineral, kemudian menenggaknya tanpa menghiraukan Milly yang kini sedang menatapnya dengan tatapan bingungnya.
Boy baru sadar jika Milly tak segera melakukan perintahnya, dan malah menatapnya dengan tatapan penuh tanya. "Kenapa?" tanya Boy kemudian.
"Uum, kita tidur terpisah?" tanya Milly dengan wajah polosnya.
"Ya. Aku tidur di kamar satunya. Karena itu aku beli apartmen ini. Apartmenku sebelumnya hanya ada satu kamar."
"Uum, tapi kenapa? Bukankah kita sudah menikah?" tanya Milly kemudian. Dia bingung dengan apa yang diinginkan Boy. Mungkin, jika mereka menikah karena perjodohan atau kontrak, hal ini akan masuk akal jika dilakukan. Masalahnya adalah, mereka menikah karena Milly sedang hamil. Mereka sudah pernah melakukannya, dan kini Milly tengah mengandung anak Boy, karena itulah mereka menikah. Jadi untuk apa mereka tidur terpisah?
Boy kemudian menghela napas panjang. Dia masuk ke dalam kamarnya, kemudian keluar dengan sebuah map. Boy duduk di sofa ruang tamu apartmennya "Kemarilah, ada yang ingin aku bahas sama kamu."
Pikiran Milly sudah tak enak. Dia akhirnya menuruti permintaan Boy, duduk di sebelah Boy dan melihat pria itu mulai membuka map yang dia bawa.
"Ini kontrak pernikahan kita."
Milly menatap Boy seketika setelah pria itu mengucapkan kalimatnya. "Kontrak?"
"Ya. Kita menikah secara kontrak." Milly ternganga karena Boy mengatakan hal itu seperti sudah sewajarnya. "Kamu baca saja bagaimana kontraknya. Tanda tangan jika kamu setuju, dan kasih tahu aku mana poin-poin yuang harus direvisi menurutmu."
Milly masih shock dengan fakta ini. Dia mengira saat Boy memutuskan untuk bertanggung jawab padanya, pria ini akan melakukannya dengan sepenuhnya. Dia mengenal Boy. Meski Boy adalah anak orang kaya, dan pria ini merupakan fotografer populer yang koneksinya tak main-main, Boy bukanlah pria jahat. Boy hampir tak pernah memanfaatkan kepopulerannya dan kekayaannya untuk menjadi seorang bajingan. Dia pria baik. Karena itulah Milly memendam perasaan p[ada pria ini. Namun rupanya...
Milly menerima map tersebut, membaca poin-poinnya, dan dia semakin sedih dibuatnya. Inti dari semua yang tertulis dalam surat tersebut adalah, bahwa Boy bertanggung jawab secara finansial terhadap Milly dan bayinya. Namun hanya itu, pria itu tak memiliki kewajiban apapun terhadap diri Milly dan bayinya kecuali hanya menyangkut tentang finansial. Mereka akan hidup sendiri-sendiri, tanpa mengurus urusan pribadi masing-masing.
"Kenapa kamu melakukan ini?" tanya Milly dengan suara lirih.
"Apa maksudmu dengan kenapa? Ini akan mempermudah hubungan kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
BOY & MILLY (TAMAT)
Romance(Follow dulu sebelum baca lengkapnya) Boy adalah seorang fotografer ternama. Dia juga merupakan putra dari salah satu keluarga konglongmerat di negeri ini. Boy sangat tergila-gila dengan sosok Clara Adista, sang model papan atas yang telah menjadi k...