buat yang pengen baca cepat bisa ke aplikasi Karyakarsa yaa... bisa baca tiap bab di sana dan sudah tamat. makasih....
Bab 7 – Sepiring Berdua
Milly kembali ke apartmen Boy setelah dari studio Boy. Dia memilih istirahat saja di rumah sebelum menyiapkan makan malam. Kali ini, tentu Milly akan menyiapkan makan malam untuk dirinya sendiri.
Boy sudah pasti tak pulang, jika mengingat bagaimana sikap pria itu terakhir kali mereka bertemu tadi. Boy terlihat marah. Ya, tentu saja. Milly secara tak langsung dapat mengundang gosip yang tidak-tidak tentang Clara... bodoh sekali dia.
Milly menuju ke kamarnya, kemudian menenggelampak diri diantara bantal-bantalnya sebelum kemudian dia terlelap tidur.
***
Boy membuka bingkisan yang dibawa oleh Milly tadi, lalu dia teringat dengan ucapan Milly bahwa bingkisan makan siang itu adalah pemberian dari Clara. Apa maksud Milly? Bukankah tadi sebelum datang, Boy lah yang meminta dikirim makan siang ini?
Kemudian, Boy baru mengingat jika di sana tadi ada Lolita dan asistennya. Apa Milly mengatakan hal itu agar hubungannya tidak diketahui oleh Lolita dan asistennya?
Sebenarnya, rencana awal Boy menikahi Milly memang hanya untuk bertanggung jawab dengan bayi yang dikandung Milly. Agar bayi itu kelak memiliki status saat dilahirkan. Boy tidak berharap bahwa orang akan tahu jika dirinya sudah menikah, apalagi menikah dengan perempuan biasa seperti Milly dan menikah karena 'kecelakaan'. Hal tersebut cukup memalukan untuk Boy. Ditambah lagi, Boy juga masih belum bisa move on dari Clara. Karena itulah, sebisa mungkin Boy tidak membahas tentang pernikahannya di hadapan umum, bahkan mungkin memang belum ada yang tahu bahwa dia telah menikah.
Sikap Milly tadi menunjukkan bahwa perempuan itu juga memiliki pandangan yang sama dengannya. Ya, Milly mungkin tidak ingin bahwa pernikahan mereka diendus oleh siapapun lalu timbul gosip yang tidak-tidak. Bagaimanapun juga, Boy cukup populer dikalangan artis, dan Boy juga pernah beberapa kali digosipkan dengan artis.
Boy menghela napas panjang. Ada sebuah ketidak relaan ketika Milly mengatakan hal itu, bahwa makanan ini berasal dari Clara, bukan dari Milly sendiri. Kenapa? Apa yang terjadi denganmu, Bung? Boy bertanya-tanya dalam hati.
Akhirnya, Boy melupakan semua itu dan mulai menyantap mkanan di hadapannya. Mie ayam sederhana yang dikirim oleh Milly —istrinya.
****
Milly sudah bangun, mandi dan mengganti pakaiannya dengan baju santainya. Dia menuju ke arah dapur dan melihat apa ada yang bisa dimasak di sana. Rupanya masih ada ayam, telur dan juga sayuran tentunya. Milly menengok ke arah jam di dinding, waktu sudah menunjukkan pukul Lima sore.
Boy mungkin pulang terlambat lagi, mengingat bagaimana ramainya tempat kerja pria itu tadi. Milly akhirnya memutuskan untuk masak untuk dirinya sendiri. Dia akan membuat telur dan ayam balado. Tak lupa, Milly juga memutar musik di ponselnya.
Memang, sejak hamil, Milly jadi senang sekali mendengarkan musik romantis. Dia selalu membayangkan bahwa kisah cintanya dengan Boy akan berakhir romantis dan bahagia. Namun sepertinya, dia terlalu jauh berangan-angan.
Milly bersenandung sembari menyibukkan diri di dalam dapurnya, hingga dia tidak menyadari bahwa ada seseorang yang masuk ke dalam apartmen Boy, siapa lagi jika bukan Boy.
Boy sempat mengerutkan keningnya ketika mendapati Milly sibuk di dapurnya dengan suara musik yang cukup nyaring dan juga suara perempuan itu yang sesekali bersenandung. Kaki Boy melangkah dengan sendirinya, mendekat ke arah dapur tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Boy masih saja mengamati Milly dari tempatnya berdiri.
Tadi, sebenarnya pekerjaan Boy belum selesai. Dia masih harus lembur. Kemudian Boy teringat Milly. Perempuan itu jangan-jangan kembali memasak banyak seperti kemarin, lalu berakhir kecewa. Boy ingin menghubungi Milly dan meminta agar Milly tidak memasak untuknya, kemudian ketika dia akan melakukannya, Boy malah terbayang-bayang wajah sendu Milly kemarin malam.
Akhirnya, Boy memutuskan untuk mengakhiri pekerjaannya dan pulang cepat. Mungkin nanti saat makan malam bersama, dia akan memberi penjelasan pada Milly agar perempuan itu tak memasak untuknya lagi. Penjelasan lebih benar tentunya, bukan seperti kemarin.
Kini, ketika Boy sudah sampai di rumah, dia disuguhi penampilan Milly yang tak biasa. Milly terlihat ceria dan menikmati hidupnya, sangat berbeda ketika berhadapan dengannya. Apa... selama ini Milly tertekan saat berada di dekatnya.
Kaki Boy melangkah mendekat lagi, kemudian Boy membuka suaranya, memanggil nama Milly hingga membuat Milly memekik terkejut.
"Boy?" Milly menatap ke arah Boy dengan penuh tanya. Segera dia menguasai dirinya kemudian mematikan musik dalam ponselnya. "Kamu, kenapa di sini?" tanya Milly dengan sedikit bodoh.
Boy mengangkat sebelah alisnya "Kenapa? Ini kan rumahku."
"Uum, maksudku, kamu bukannya masih harus kerja?" tanya Milly lagi.
Boy menghela napas panjang. Dia menuju ke arah lemari pendingin dan meraih sebotol air mineral untuk diminumnya. "Ya, memang. Aku masih harus lembur, tapi tiba-tiba inget kamu. Jangan-jangan kamu masak banyak kayak kemarin."
"Ehh? Aku..." Milly menggantung kalimatnya. Dia hanya masak sedikit. Hanya dua butir telur dan sepotong ayam, yang dia masak menggunakan bumbu balado instan. "Kupikir kamu nggak pulang. Jadi aku masak sedikit. Lagi pula tadi siang kamu terlihat marah."
Boy menuju ke kursi di meja makan "Ya siapa yang nggak marah, tiba-tiba kamu bahas tentang Clara. Gimana kalau ada gosip bahwa aku sama Clara masih jalin hubungan padahal dia sudah nikah ama pria lain?"
"Iya, aku baru sadar hal itu. maaf, aku cuma nggak mau Mirna dan Lolita berpikiran yang enggak-enggak."
"Mereka tentu tahu kalau kamu sedang hamil."
"Iya, tahu. Tapi aku bisa memilih untuk nggak bilang siapa ayah dari bayiku, 'kan? Dan mereka juga nggak akan menyangka kalau kamu orangnya," ucap Milly sembari tersenyum malu. Ya, siapapun tidak akan menyangka bahwa seorang Bobby William akan meniduri seorang Milly. Boy memiliki segalanya, Boy sering kali bersama dengan model-model papan atas yang memiliki postur tubuh sempurna, sedangkan lihat bagaimana Milly.
Boy merasakan dadanya sesak ketika melihat Milly bersikap seperti itu. Milly menyembunyikan identitas ayah dari bayinya karena tak ingin tersakiti. Sungguh, ingin rasanya Boy mengatakan pada Milly, bahwa tak apa mengakui hal itu di depan umum, namun nyatanya, Boy masih memiliki ego yang besar, bahwa dia juga sebenarnya belum siap mengakui pernikahannya dengan Milly di hadapan umum.
"Kamu masak apa?" tanya Boy yang akhirnya memilih mengalihkan topik pembicaraan.
"Umm, ini..." Milly kembali pada masakannya. Sepotong ayam dan dua buah butir telur yang dia beri bumbu balado. Milly juga hanya memasak nasi yang tak banyak. Ingat, dia mengira bahwa Boy tak pulang. Milly membawa maskannya itu ke arah Boy. "Aku cuma buat itu, aku kira kamu nggak pulang lagi. Jadi daripada buang-buang makanan, aku masak secukupnya untuk diriku sendiri, tadi."
Boy menghela napas panjang "Ya sudah kamu makan kalau gitu."
"Enggak, kamu saja yang makan. Aku mau buat lagi." Milly mengembalikan piring berisi makanan tersebut pada Boy.
Boy mendengkus sebal. Dia kemudian mengambil dua buah senduk dan memberikan salah satunya pada Milly. "Kita makan ini bersama."
"Ehh?" Milly bertanya-tanya pada Boy.
"Ayo sini, kita makan ini bersama-sama." Ajak Boy lagi. Sedangkan Milly yang masih terkejut dengan ajakan Boy itu akhirnya ikut saja apa yang dikatakan oleh Boy. Dia duduk di sebelah Boy dan masih dengan ekspresi bingung, dia mulai menyendok makanan di piring di hadapannya itu. Piring yang sama dengan Boy.
Ya, untuk pertama kalinya, Milly makan sepiring berdua dengan seorang pria, dan pria itu adalah pria yang diam-diam ia cintai, pria yang telah menjadi suaminya...
-TBC-
Sampai jumpa di Bab 9 - Mulai terpengaruh...
buat yang pengen baca cepat bisa ke aplikasi Karyakarsa yaa... bisa baca tiap bab di sana dan sudah tamat. makasih....
KAMU SEDANG MEMBACA
BOY & MILLY (TAMAT)
Romantizm(Follow dulu sebelum baca lengkapnya) Boy adalah seorang fotografer ternama. Dia juga merupakan putra dari salah satu keluarga konglongmerat di negeri ini. Boy sangat tergila-gila dengan sosok Clara Adista, sang model papan atas yang telah menjadi k...