"Uuum, aku pikir kamu nggak pulang. Makanya aku nggak masak. Ini cuma buat mie instan," ucap Milly sembari menunjukkan mie instan buatannya.
"Kenapa makan mie instan? Terlalu sering makan mie nggak baik buat kamu dan bayi kita."
"Aku lagi pengen saja," lirih Milly yang tampak menunjukkan ekspresi penyesalannnya.
"Ya sudah, kalau begitu habiskan saja."
"Kamu nggak mau?' tawar Milly pada Boy.
"Enggak. Aku sudah makan." Boy bohong. Dia hanya ingin melihat Milly memakan makanan itu dengan lahap. Karena entah kenapa melihat Milly yang sebeprti itu membuat Boy bahagia dan lega. Milly adalah perempuan yang sederhana, dia tak banyak menuntut apapun, bahkan dengan semangkuk mie instan saja, perempuan ini sudah tampak berbinar bahagia. Bagaimana mungkin selama ini Boy mengabaikan hal itu? bagaimana mungkin selama ini Boy menutup matanya atas kehadiran Milly yang begitu berarti untuknya?
*************
Bab 33 – Mencurahkan rasa
Milly sudah selesai makan. Dia sudah menghabiskan satu mangkuk mie instan dengan Boy yang setia mengamatinya. Sebenarnya, Milly malu. Tapi, mau bagaimana lagi. Tak mungkin Milly memutuskan untuk pindah tempat.
Boy sendiri masih duduk dengan tenang sembari melipat lengannya di atas meja. Matanya seolah-olah tak ingin meninggalkan Milly, membuat Milly salah tingkah dibuatnya.
Milly meminum jus jeruk yang sudah dia siapkan di sebelah piringnya, kemudian dia bangkit dan akan membereskan sisa makanannya.
"Aku beresin ini dulu ya," ucap Milly pada Boy sebelum dia pergi meninggalkan Boy menuju ke arah dapur.
Boy mengamatinya saja. Dengan spontan Boy bangkit, kemudian kakinya melngkah menuju ke arah Mily. Boy berdiri tepat di sebelah Milly, menyandarkan tubuhnya di sana sebelum dia berkata. "Maaf karena sudah meninggalkanmu semalam."
Milly sempat menghentikan pergerakannya seketika. Dia tidak menyangka bahwa Boy meminta maaf padanya karena apa yang sudah terjadi semalam.
"Iya, nggak apa-apa. Aku tahu kamu butuh waktu sendiri. Aku juga minta maaf karena ucapanku," jawab Milly sembari mencuci tangannya.
"Kamu nggak salah. Selama ini aku yang salah karena aku sudah mengabaikan perasaan kamu."
Milly menggelengkan kepalanya, dia tersenyum lembut dan berkata "Kamu memang tak seharusnya memikirkan perasaan aku, Boy. Maksudku, memangnya siapa aku?" Milly tersenyum miris. "Semua ini memang karena kesalahan aku. Andai saja malam itu aku enggak goda kamu, mungkin kamu nggak akan terjebak dengan aku seperti ini."
"Kalau aku tidak merasa terjebak, bagaiman?"
Pertanyaan Boy tersebut membuat Milly mengangkat wajahnya seketika, menatap ke arah Boy dengan ekspresi penuh tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOY & MILLY (TAMAT)
Romance(Follow dulu sebelum baca lengkapnya) Boy adalah seorang fotografer ternama. Dia juga merupakan putra dari salah satu keluarga konglongmerat di negeri ini. Boy sangat tergila-gila dengan sosok Clara Adista, sang model papan atas yang telah menjadi k...