{~1~}

42 26 45
                                    

Tangan Kalia menari dengan kuasnya di atas kanvas, terlihat jelas lukisannya menggambarkan suasana yang hangat di tengah hamparan bunga. Perpaduan warna pilihan Kalia tidak pernah gagal, membuat lukisan itu terasa hidup ketika di pandang. Kalia menambahkan beberapa detail kecil diatas lukisannya. Lalu mengamankan kanvas tersebut agar lukisannya bisa ia letakan di ruang keluarga.

"Seandainya Aku bisa kumpul sehangat ini, tapi sayang itu hanya imajinasi Aku saja. Kasihan sekali Kalia, hidupmu sedikit miris."

Pintu ruangan terbuka menampakan tubuh tegap nan gagah milik Sungai di ambangnya. "Bunda sudah selesai masak. Ayo makan, jangan terlalu lama disini."

Kalia langsung merapihkan alat-alatnya yang berserakan tadi, suara berat Sungai sangat mengintimidasi seisi ruangan. Kalia berlari kecil menuju ruang makan berharap Bunda akan menyapanya secara hangat karena sejak pagi Kalia sudah berada dalam ruang seninya. Kalia segera menundukan pandangan setelah Bunda menatap Kalia dengan sinis.

"Makan saja dengan cat airmu nona." Kalia tidak menanggapinya sepenuh hati.

"Makan dulu, sesi memberikan Kalia wejangannya nanti saja." Berusaha mengalihkan pembicaraan. Sungai langsung mengambil posisi tempat duduk seperti biasanya, "Duduk!" Lanjutnya menatap Kalia secara acuh tak acuh.

"Apa ada kendala dalam pembelajaranmu Ka?" Tanya Bunda. "Sejauh ini aman-aman saja."

"Bunda sangat bangga kepadamu Ka, nilai akademikmu terus meningkat." Ucap Bunda seraya mengambilkan nasi serta lauk pauk ke dalam piring Sungai.

"Bun, besok Kalia ada acara pameran di gedung art wonderful." Kalia berusaha memberitahu Bunda meskipun ia tau jawabannya tidak ingin ia dengar. "Lalu?" Tanya Bunda tanpa melihat ke arah Kalia. Sedangkan Kalia segera duduk dan menyiapkan mentalnya untuk mendengar lanjutannya dari Bunda. "Bunda tidak memiliki banyak waktu untuk menghadiri acaramu yang tidak penting Kalia."

"Sungai bisa gantiin Bunda." Ujar Sungai yang sudah mulai menyantap makan siangnya. "Tidak! Besok jadwal kamu untuk sidang Sungai." Timpal Bunda berusaha menahan sungai untuk tidak datang ke pameran Kalia. "Sungai bisa menyelesaikan presentasi dengan waktu singkat Bun."

"Eum berarti Ka Sungai bisa hadir?"

Sungai menghentikan kegiatannya sejenak. "Tidak bisa janji, tapi Kakak akan mengusahakannya untuk datang."

"Jika tidak bisa Kalia tidak masalah ko ka, Kalia terbiasa sendiri sejak Papa pergi."

"Tidak janji bukan berarti Aku tidak bisa hadir Kalia, disini Aku adalah pengganti Papa untuk Kamu dan juga Bunda." Di kalimat terakhirnya Sungai menekan nadanya. Kalia menunduk takut dan tetap melanjutkan makannya. "Jangan terus memberatkan kepergian Papa, Aku masih sanggup untuk menjaga dan mendampingimu Kalia."

Kalia sedikit terkejut mendengar perkataan Sungai. Hatinya terasa begitu menghangat. Kalia segera melanjutkan makannya sampai selesai agar ia bisa membuat konsep lukisan terhadap perasaannya kali ini.

~<>~

"Kamu masih melukis?" Tanya Sungai yang tiba-tiba sudah memasuki ruang seni. "E-iya Ka, Kalia masih melukis," jawab Kalia terbata karena kaget.

"Kalia." Sungai memanggil Kalia dengan serius kali ini. Mau tidak mau kalia harus meletakan alat lukisnya. "Iya Ka? Ada apa?"

"Lukisan mana yang akan kamu bawa untuk pameran besok?"

"Masih harus Kalia kerjakan Ka." Jawab Kalia mantap tanpa rasa ragu. "Memangnya kamu tidak bisa menampilkan lukisan yang sudah jadi? Jangan terlalu banyak membuang waktumu hanya untuk melukis. Pikirkan kesehatanmu dan juga nilai akademikmu Kalia."

Kalia & SungaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang