{~6~}

12 8 4
                                    

Sungai memarkirkan mobilnya tepat didepan toko khusus alat lukis. Disini justru yang terlihat sangat bersemangat untuk membeli peralatan lukis adalah Sungai. Sedangkan Kalia masih menyimpan rasa sedihnya atas kejadian tadi malam. Jadi Kalia berusaha terlihat biasa saja. Sungai dan Kalia langsung keluar dari mobilnya. Sungai menghampiri Kalia dan menggandeng tangannya untuk memasuki toko tersebut.

Sebelum memasuki toko Sungai mengambilkan satu keranjang yang tersedia didepan toko. Rasanya seperti ingin belanja bulanan saja.

"Sudah siap?" Tanya Sungai. Entah untuk apa Sungai bertanya demikian. Seolah ia mengetahui jika Kalia takut untuk membeli peralatan hobinya tersebut.

Akhirnya mereka berdua memasuki toko tersebut, Sungai agak terpukau melihat seberapa besarnya toko ini. Benar-benar seperti supermarket yang menjual bahan baku makanan. Sungai membuntuti Kalia dari belakang. Membebaskan Kalia memilih peralatannya sendiri.

"Jangan dilihat harganya Kalia, jika kualitasnya bagus masukkan saja dalam keranjang." Ucap Sungai yang melihat Kalia membandingkan harganya. Kali ini Kalia mengangguk paham dan di iringi senyuman manisnya. Sungai benar-benar terhipnotis melihat senyuman milik adiknya.

Seolah saat sedang tersenyum ada cahaya yang menyinari Kalia dari berbagai macam sisi. Membuat Sungai ikut tersenyum. Seandainya ia bisa membuat senyuman itu bertahan lama di wajah Kalia, pasti Papa akan sangat bangga pada Sungai sekarang.

Sungai terkekeh pelan. Entah apa yang lucu saat ini. Hanya sekadar mengapresiasi telah membuat Kalia tersenyum. Akhirnya Kalia memasukan satu set kuas ke dalam keranjang, setelah sekian lama mempertimbangkan kualitasnya.

"Bukan harga yang menjadi pertimbangan 'kan?" Sungai bertanya seraya mengambil dan melihat set kuas itu dari segala sisi arah.

Kalia sedikit mematung. "Hm..itu kuas yang sudah lama ingin Kalia miliki Ka," jawabnya. Entah karena takut atau merasa tidak enak Kalia meremas tali tasnya dengan erat.

"Baiklah, tidak masalah. Ayo cari lagi!" Kalia mengangguk paham. Kalia melanjutkan kegiatan memilihnya.

Kalia merasa bingung untuk memilih ukuran canvasnya. "Ka Sungai bisa memilih canvasnya untukku." Pinta Kalia. Sungai menautkan alisnya karena merasa kebingungan.

Kalia justru menatapnya dengan polos.

"Kenapa harus aku yang memilih Canvasnya?" Tanya Sungai menyampaikan kebingungannya.

"Karena aku melukis untuk Ka Sungai, biasanya pemesan yang menentukan ukuran lukisannya." Jelas Kalia secara singkat. Berbeda lagi jika pembeli itu membeli lukisan yang berada di pameran, mereka tidak bisa memilih ukuran.

"Ah! Baiklah. Tapi jika melukis sebuah ruangan terpisah itu kamu lebih nyaman di ukuran berapa?" Tanya Sungai yang mementingkan kenyamanan adiknya. Ia menatap canvas dan adiknya secara bergantian.

"Di ukuran yang di tengah-tengah antara sedang dan besar," jawab Kalia seraya melihat-lihat beberapa canvas lainnya yang memiliki bentuk unik.

"Berarti yang ini," Sungai sudah menentukan pilihannya. Sedangkan Kalia masih larut dalam dunianya yang menikmati canvas polos dengan berbagai bentuk di hadapannya.

"Ambil lah canvas yang kamu mau."

Kalia sedikit terkejut dan merasa kebingungan setelah menndengar titahan dari Sungai. Ia merasa sedikit senang jika diberikan canvas sesuai dengan apa yang ia inginkan.

Sungai mengangguk sebagai isyarat agar Kalia mengambil canvas yang ia mau. Kalia tersenyum. Kalia langsung melihat-lihat lagi canvas yang ada di hadapannya.

"Jika ingin mengambil lebih dari satu pun aku tidak masalah Kalia." Kali ini Sungai memposisikan dirinya di samping Kalia. Ia mengusak pelan surai adiknya. "Ambil lah canvas sebanyak yang kamu mau." Ujar Sungai yang mendukung adiknya. Ia sama sekali tidak memperdulikan seberapa banyak pengeluarannya hari ini.

Kalia & SungaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang