{~8~}

10 7 2
                                    

"Ada apa dengan Sungai?" Setra bingung melihatnya. Padahal tadi sebelum memasuki ruangan Kalia kerabatnya ini terlihat baik-baik saja. Bahkan terlihat sumringah.

Sedangkan Envio langsung membantu Kalia meletakan bantal di ujung sofa. Setelah itu merebahkan tubuh Sungai dengan perlahan. Kalia membenarkan posisi kaki Sungai agar kakaknya tidur dengan posisi nyaman. Sungai sedikit menggeliat mencari posisi ternyaman untuk tubuhnya "sshhh! Terimakasih ka Envio?" Kalia berdesis kecil agar Sungai tidak terbangun dari tidurnya. Nada bicaranya pun sedikit ragu karena Kalia tidak hafal yang mana Envio dan yang mana Setra. "Aku mau ambil selimut untuk Ka Sungai dulu ya." Pamitnya.

Kalia mengambil selimut besar berwarna abu-abu tua didalam kamar Sungai. Sedikit terburu-buru untuk kembali ke ruang tamu.

Sedikit kesusahan juga Kalia membawa selimutnya. Setra yang melihat Kalia begitu repot langsung terkekeh seraya mengambil alih selimutnya. Kalia terburu-buru karena ia hafal betul kalau Sungai tidak bisa menahan udara dingin begitu lama. Namun karena ia terbiasa membawa ukuran selimut yang hanya cukup untuk satu orang jadinya Kalia kerepotan membawa selimut Sungai. Kalia langsung membantu setra yang menyelimuti temannya dengan sedikit kejahilan. Rasanya Kalia tidak tega tapi ia canggung untuk membenarkan posisi selimutnya. Envio yang paham kalau Kalia canggung dengan kelakuan Setra langsung membenarkan selimut dengan fungsi sebagaimana mestinya.

"Terimakasih ka." Ucap Kalia dengan kikuk.

Setelah mengucapkan rasa terimakasih Kalia menatap wajah sungai dengan sendu. Menbuat dua sejoli itu saling bertatapan dan melepar ekspresi penuh tanya. Apa yang sebenarnya terjadi pada Sungai?

Envio berusaha memancing Kalia untuk menceritakan apa yang terjadi kepada mereka berdua.

Saat hendak bercerita, Setra menghentikan Kalia sejenak. Setra tampak berfikir apa yang kurang dari sesi ini.

"Tunggu, jangan menjelaskan dulu, aku akan membuatkan kopi agar sesi penjelasannya jauh lebih nikmat." Ucap Setra seraya berlari kecil ke arah dapur.

~<>~

Kalia mulai menarik nafasnya secara perlahan. Agar menghilangkan rasa canggungnya.

Envio dan Setra mempersilahkan waktu dan tempat agar Kalia lebih tenang menjelaskan kronologi yang membuat mereka merasa kebingungan.

"Sebenarnya..." Kalia menarik napasnya dalam-dalam. "Aku juga bingung apa yang terjadi dengan Ka Sungai." Mengingat Sungai yang tiba-tiba menghampiri Kalia sedang melukis. Tiba-tiba Sungai meminta maaf tanpa sebuah alasan yang jelas.

Envio menyereput kopi buatan Setra sebelum mendengar lebih lanjut apa yang terjadi pada kakak beradik ini.

Sedangkan Setra menatap serius ke arah Kalia rasa penasarannya membuat ia semakin menatap dalam.

"Apa sebelumnya kalian bertengkar?" Envio bertanya tanpa aba-aba. Pertanyaannya pun membuat Kalia sedikit terkejut. Ia tampak berfikir. "Sepertinya tidak sama sekali." Jawabnya begitu tenang.

Setra mengerutkan dahinya merasa semakin bingung.

"Lalu kenapa Sungai menangis dipelukanmu?"

Kalia ragu menjawabnya. "Mungkin Ka Sungai merasa bersalah karena ruangan seniku di ganti menjadi perpustakaan oleh Bunda untuknya."

Setra mengangguk paham kali ini dan meletakan secangkir kopi diatas piring kecilnya.

"Sepertinya Sungai merasa tidak berhasil mempertahankan kebahagiaan adiknya." Envio mengangguk setuju. Sedangkan Kalia malah menjadi sedih setelah mendengarnya.

Kalia & SungaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang