{~11~} Trigger Warning⚠️

11 2 2
                                    

Kalia berjalan pelan dengan tatapannya yang kosong. Sudah cukup ia meratapi kehidupannya di sungai tadi.

"Hai cantik! Sendirian aja nih" ucap salah seorang pria yang diperkirakan sedang dalam keadaan mabuk.

Detak jantung Kalia bertambah cepat dari sebelumnya. Ia pun mempercepat langkahnya agar bisa mencapai jalanan yang lumayan ramai. Setidaknya Kalia bisa meminta tolong kepada siapa pun itu.

"Hey! Sombong sekali dia tidak mau manjawabku!" Kesal pria tersebut langsung menahan salah satu lengan Kalia.

"Mau kemana sih cantik? Sini aja sama aa," godanya sekali lagi.

"Maaf bang, saya mau pulang."

Pria tersebut menyunggikan senyuman mesumnya. "Main dulu sama aa ya cantik." Pria itu langsung menyeret Kalia dengan kasar.

"Lepasin saya! TOLONG!" Kalia berteriak meminta tolong agar bisa dibebaskam dari orang seperti ini.

"Sssttt! Sebentar aja ko nggak lama-lama." Pria itu terus saja menyeret Kalia tanpa perasaan.

"TOLONG!" Teriak Kalia sekali lagi. Ia menyesal telah bepergian sendiri, seharusnya ia menerima tawaran Dokter Rio tadi. Ia sama sekali tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini.

"Sudah lah jangan berisik, tidak akan ada yang menolongmu! Jalanan ini terlalu sepi," ucap pria tersebut seraya melancarkan aksinya.

~<>~

"Terimakasih!" Pria itu langsung meninggalkan Kalia dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Sedangkan Kalia menangis sejadi-jadinya.

"Ka Sungai!" Lirih Kalia dalam ketakutannya. Tubuhnya masih bergetar terngiang rasa sakitnya.

"Aku benci kehidupan ini! Ya Tuhan, kenapa tidak kau ambil saja nyawaku sekalian?" Doanya ditengah tangisan pilu.

Kalia merapihkan pakaiannya, ia berusaha berjalan sendiri menuju apartment milik Sungai. Entah ia akan bercerita tentang hal ini atau tidak, rasanya hati Kalia terlalu sakit.

Sesampainya di depan gedung apartment, Kalia sempat ragu untuk kembali kedalam sana. Kalia berfikir lebih baik ia pergi menenggelamkan dirinya di sungai tadi.

Tiinn! Terdengar suara klakson mobil yang ingin memasuki area apartment.

"Maaf," ucap Kalia seraya membungkukan badannya. Akhirnya Kalia memilih masuk kedalam apartment itu melalui lobby. Rasanya sangat malu ketika Kalia menjadi pusat perhatian dengan tatapan iba seperti ini.

Kalia langsung membuka pintu apartment Sungai tanpa menekan belnya terlebih dahulu.

"Dari mana saja kamu? Kenapa keadaanmu seperti itu?" Tanya Sungai yang sudah menunggunya di  balik pintu. Sedangkan Kalia hanya bisa terdiam dan menunduk.

"KENAPA TIDAK MENJAWAB PERTANYAANKU?!" Bentak Sungai, rasa khawatirnya semakin pecah ketika melihat keadaan adiknya seperti ini.

"JAWAB AKU KALIA! KAMU MASIH PUNYA MULUT KAN?!" Bentaknya sekali lagi. Kedua teman Sungai yang mendengar bentakan itu langsung menghampirinya.

"Ai, tenang dulu. Mungkin Kalia butuh waktu untuk menjelaskannya," ucap Setra menenangkan Sungai. Ia tidak tega melihat Kalia ketakutan seperti itu.

Takut jadi pusat perhatian para tetangga juga. Akhirnya Setra menyeret Sungai untuk masuk kedalam di ikuti oleh Envio lalu Kalia. "Maaf ka, aku terlalu merepotkanmu," ucap Kalia dengan nada yang sangat pelan. Bahkan Kalia menghindar ketika Sungai hendak memeluknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kalia & SungaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang