Dalam rangka perayaan ulang tahun Sekolah, kegiatan sederhana pun diselenggarakan. Dari mulai pidato yang dibawakan oleh Kepala Sekolah, pemotongan nasi tumpeng serta lomba. Dari jurusan Tata Busana dan Tata Boga.
Lomba diadakan di lapangan Sekolah tempat mereka berbaris sewaktu MOS. Tersedia panggung yang tidak terlalu tinggi namun, bisa digunakan untuk memeriahkan acara karena kegiatan acara menampilkan Murid berbakat juga yakni, bernyanyi. Satu orang Murid yang terpilih diantara Kelas sepuluh sampai Kelas dua belas.
Dewi bukanlah cewek yang biasa tampil di muka umum, bukan juga cewek yang memiliki tingkat tinggi kepercayaan diri. Untuk menampilkan busana nanti ia menyuruh Intan, hal ini dibolehkan di aturan lombanya. Intan setuju karena ia kebalikan dari Dewi.
Akan tetapi, ketiga teman Dewi tidak setuju. Dari jauh-jauh hari hingga hari ini merekalah yang memaksa Dewi untuk tampil saja di depan. Dewi memiliki kecantikan jauh diatas Intan. Dewi sudah menegaskan alasan ia memilih Intan bukan soal kecantikan melainkan ia cukup sering berkomunikasi dengan Intan perkara hal-hal penting, Intan pun memiliki kepribadian dewasa.
Lomba dimulai pukul delapan namun, Murid-Murid harus sudah sampai di Sekolah seperti biasa. Paling lama setengah delapan. Selena, Manda dan Tika meyakinkan Dewi agar ini peluang untuk Dewi memulai karirnya. Mereka menegaskan jika Dewi harus bisa percaya diri mulai sekarang. Dari sekarang hal yang sudah disadari harus ia latih. Dari sini, Dewi membuka jalan logikanya. Ia meminta maaf lantaran tak jadi menyuruh Intan, Intan yang dari awal sudah Dewi katakan semuanya bahwa ketiga temannya menyuruh ia namun, ia tidak percaya diri, menjadi mengerti.
Dewi menggunakan jasa make-up Manda karena ia belum bisa make-up. Manda bisa sebab terbiasa berkat tontonan lewat ponselnya seputar kecantikan. Alat make-up juga dari Manda meskipun Dewi berniat membayarnya Manda keukeuh menolak. Lagipula, wajah Dewi tipe yang tidak cocok make-up tebal, alangkah cantik apabila make-up tipis. Jawaban Manda.
"Ni, pake kalung ini." suruh Manda yang ia bawa dari rumah, meminjam kalung sang Mama.
Dewi memakai kalung tersebut di leher lantas menatap dirinya lewat cermin rias di hadapan. "Tebel banget kayak dililit ular piton leher gue." kalung ketat berbahan plastik tersebut sangat kecil juga bulat-bulat. Terbentuk dengan dikepang dan berwarna hitam.
"Ya udah coba yang ini, aku beli kemarin waktu orang lewat depan rumah." lanjut Manda.
"Hm.. mirip kalung buat kucing." ceplos Tika. Kalungnya tidak mengendur di leher alias ketat, terbuat dari kancing baju berwarna abu-abu.
"I-iya, Man." jawab Dewi gak enakan.
"Jadi, gimana? Dada polos gitu aja?" tanya Tika.
"Udah gak papa. Gak usah memaksakan."
"Ni, pake kalung gue." Selena meminjamkan kalung palsunya yang berwarna putih. Modelnya persis seperti kalung yang dijual di toko emas.
"Ah nggak ah. Kelihatan banget gue pinjam." Dewi menolak.
"Emang orang tanda? Lagipula siapa yang mau lihat bagian dada perempuan?" pikir Selena.
"Udahlah, guys. Gak masalah gini aja kok. Serius." tutur Dewi.
"Kalau gitu kita mau nilai dulu." Manda kemudian mundur mengajak kedua temannya seraya tangan terbuka lebar. Berjarak tiga langkah dari Dewi yang duduk di kursi rias. "Coba lihat guys, apa yang kurang? Alis kayak Shin-chan gak?"
"Nggak kok. Udah pas, alis si Dewi emang tebal." jawab Tika. Selena menyetujui.
"Leher belang gak?"
"Nggak." Selena dan Tika kompak menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikmati Luka [Tamat]
RomanceAbay adalah cinta pertama yang selalu memanggilnya, "Dewiku." salah satu kata terindah yang Dewi dengar, hingga satu tahun sebelum lulus SMA, Dewi pikir masa sekolahnya akan berkesan. Namun, ia salah ketika ada hari di mana Abay mengubah hidupnya me...