Berpaling

1.1K 6 0
                                    

“Ares, hentikan kelakuan kamu ini!” Kaira berusaha mendorong tubuh Ares untuk menjauh darinya.

Namun seperti sebelumnya, usahanya hanya sia-sia. Ares bahkan tidak bergerak sedikit pun dan hal itu membuat Kaira semakin gelisah. Dia takut Devin sampai di dapur dan melihatnya dengan Ares seperti itu.

“Aku nggak bakal biarin kamu sama siapapun, Kaira.” Ares dengan berani mendekatkan wajahnya pada leher putih Kaira. Dikecupnya leher itu dan dijilatinya dengan liar.

Kaira mendongakkan kepalanya dengan mata yang membelalak lebar. “Egh, Ares!” tegur Kaira mendorong dengan penuh tenaga hingga Ares pun terhuyung ke belakang dan tanpa sengaja Ares menabrak teflon yang masih berisi minyak panas dengan bumbu-bumbu di dalamnya.

“Akh!” aduh Ares kesakitan dengan tangannya yang mulai memerah. Minyak panas itu mengenai tangannya hingga Ares pun langsung menjerit kesakitan.

Kaira terkejut menatap Ares yang terduduk di lantai dengan tangan yang sudah memerah. Dia langsung mengambil teflon tadi dan meletakkannya kembali di atas kompor. “Kamu nggak apa-apa?” tanya Kaira yang mulai panik.

Rasa bersalah menghinggapi benaknya. Ares terluka seperti itu karena salahnya yang mendorong Ares terlalu kuat. Meski Kaira juga bersyukur Ares tidak melakukan hal lebih padanya dan Ares sempat lengah hingga Kaira bisa melepaskan dirinya, namun Kaira bukan bermaksud untuk menyakiti Ares seperti itu.

“Ada apa ini?”

Kaira langsung menolehkan kepalanya ke arah Devin yang baru masuk ke dalam dapur. Dalam hati Kaira bersyukur Devin tiba di dapur bukan di saat Ares yang mengukungnya tadi.

“Kaira, ada apa?” tanya Devin lagi. Dia berjalan mendekati Kaira hanya berada di atas lantai sambil memegangi tangan Ares yang terlihat memerah. “Ares, kenapa?”

“Ares tadi nggak sengaja kena tumpahan minyak panas, Mas,” ucap Kaira jujur.

Ares hanya mampu menahan perih di tangannya. Dia masih fokus pada tangannya yang sedang dipegangi oleh Kaira.

“Kalau gitu kamu tolong obati Ares, ya, Kaira,” ucap Devin yang ikutan panik. “Untuk sarapan kamu nggak usah pikirin lagi. Obatin Ares aja dulu.”

Kaira menganggukkan kepalanya. “Ayo, Res. Kita cuci dulu tangannya dengan air dingin.”

Ares menuruti perkataan Kaira. Kaira menuntunnya mencuci tangannya di keran air wastafel lalu setelah itu Kaira mengajak Ares untuk duduk di sofa ruang tengah.

“Kamu tunggu di sini. Aku ambilin kotak P3K-nya dulu.” Kaira berjalan ke arah laci yang berada di bawah televisi. Dia mengeluarkan kotak berwarna putih dengan lambang tanda tambah merah di atas tutup kotaknya.

Kaira langsung mengeluarkan obat untuk mengolesi luka yang sedikit melepuh karena minyak panas tadi. Dia juga mengeluarkan perban putih yang ada di dalam kotak itu.

“Sini tangannya,” ucap Kaira.

Ares pun menyodorkan tangannya lalu membiarkan Kaira mengobati lukanya itu. selagi Kaira mengobati luka Ares, Devin memutuskan kembali ke kamarnya untuk membersihkan tubuhnya sehingga di ruang tengah itu hanya tersisa Kaira dan Ares saja.

“Kaira,” panggil Ares setelah terjadi keheningan sejenak di antara mereka. “Apa beneran udah nggak ada kesempatan buat aku lagi sampai kamu kayak gitu ke aku? Kamu tega banget, nggak kayak dulu,” ucap Ares menatap serius pada Kaira.

Kaira hanya terdiam. Dia hanya fokus mengobati luka Ares terlebih dahulu. Setelah mengolesi obatnya, Kaira langsung memperban tangan Ares.

“Kaira, jawab aku,” ucap Ares setelah tangannya diperban oleh Kaira. “Beneran nggak ada kesempatan buat aku lagi?”

Kaira menghela nafasnya. Dia menoleh ke arah Ares dan menatap Ares dengan tatapan sungguh-sungguhnya. “Ares, aku nggak bisa kasih kamu kesempatan lagi.”

Ares mengernyit tidak suka mendengar jawaban dari Kaira yang masih sama. “Kenapa? Kenapa nggak bisa?”

Kaira memalingkan wajahnya. “Aku udah suka sama Papa kamu. Kan aku udah bilang kalau aku bakal ngenalin Devin sebagai suami aku di hadapan orang tua aku. Dan itu mungkin akan aku lakuin weekend ini.”

Affair With Mantan (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang