tamparan keras

559 2 0
                                    

“K-Kamu ….”

Kaira kehabisan kata-katanya. Dia masih tidak menyangka Ares menamparnya sekeras itu padahal sebelumnya Ares tidak pernah menunjukkan tindakan kekerasan padanya sama sekali apalagi ketika mereka masih dalam hubungan asmara sewaktu SMA dulu.

Tidak berbeda dengan Kaira. Ares juga sama terkejutnya dengan apa yang baru saja dia lakukan. Namun Ares tidak menunjukkan raut wajah terkejutnya itu dan hanya memasang wajah normalnya.

“Kaira, kamu harusnya kamu nggak nolak aku terus-terusan,” ucap Ares tiba-tiba setelah terjadi keheningan sejenak di antara dirinya dan Kaira.

Pipi Kaira masih berdenyut sakit karena memang tamparan dari Ares begitu keras dan penuh teanga itu. Kaira menjauhkan tubuhnya dan Ares dan menatap Ares dengan tatapan sendu.

Sebenarnya Kaira sedih dengan perubahan sikap Ares yang dulunya lembut, sekarang berubah menjadi Ares yang dengan mudah bisa bermain tangan kepadanya.

“Ares, aku mohon sama kamu. Jangan ganggu aku lagi,” lirih Kaira sangat pelan dan pennuh harap kepada Ares.

Kaira benar-benar merasa kalau hubungannya dengan Ares sudah berakhir sejak dulu. Sampai kapanpun itu mereka tidak akan bisa melanjutkan hubungan mereka lagi karena sekarang Kaira telah berubah status menjadi istri dari papa Ares sendiri.

Ares mengernyitkan keningnya. Tentu saja dia tidak suka dengan perkataan Kaira tadi. “Kaira, sebenarnya apa asalan kamu nolak aku terus? Aku yakin kamu belum menyukai Papaku, kan? Kamu harusnya masih mencintaiku, Kaira.”

Lagi-lagi Ares dengan sikap keras kepalanya yang tidak ingin menyerah. Tanda sengaja tatpaan Ares terjatuh pada pipi Kaira yang masih memerah bekas tamparannya beberapa saat lalu.

Perasaan bersalah dan menyesal hinggap di dalam benaknya. Dia ingin mengelus pipi Kaira dengan lebut dan menarik tubuh Kaira ke dalam pelukannya. Namun sayangya setelah apa yang diperbuat oleh Ares tadi, Ares tidak berani menyentuh Kaira untuk saat ini.

Namun itu bukan berarti Ares menyerah untuk mendapatkan Kaira kembali. Dia hanya tidak ingin kembali lepas kendali dan menyakiti Kaira karena emosinya sendiri. Padahal Arespernah berjanji dengan dirinya dulu kalau dia tidak akan menyakiti Kaira, namun sepertinya dia tidak bisa menepati janji semasa dia pacaran dengan Kaira dulu.

Kaira menghela nafas berat. “Ares, aku sekarang cuma menyukai Mas Devin seroang. Dan lagi perasaan kamu ke aku itu bukan cinta, Ares. Itu terasa lebih seperti … obesesi semata,” ucap Kaira dengan serius.

Setelah apa yang dilakukan Ares padanya, Kaira yamin Ares telah terobsesi ingin memilikinya. Bahkan Ares sampai-sampai menggunakan wanita sewaan untuk menganggu Kaira dengan tujuan mendapatkan perhatian dari Kaira.

Sayangnya Kaira sama sekali tidak merasa cemburu dengan apa yang telah dilakukan Ares dengan wanita sewaan itu. Dia memang tidak menaruh perasaan lebih kepada mantan kekasihnya itu.

Kaira telah berjanji kepada dirinya sendiri dan hanya akan mencintai suaminya itu. Meskipun Kaira merasa bersalah telah menipu Devin dengan menyembunyikan hubungannya dengan Ares di masa lalu, namun Kaira hanya tidak inginnantinya Devi kecewa dan memilih untuk meninggalkan Kaira.

“Kaira!” panggil Ares setelah melihat Kaira yang sedang melamunkan sesuatu.

Kaira terperanjat kaget setelah mendengar panggilan dari Ares. “Aku rasa urusan kita udah selesai jadi bisakah kamu keluar dari kamarku? Aku mau istirahat sekarang,” ucap Kaira memalingkan wajahnya dari Ares. Dia tidak ingin bersitatap dengan pria yang telah menamparnya itu.

Ares berdecak kesal. Ingin sekali lagi memegang kedua bahu Kaira dan memaksa Kaira menatap ke arahnya namun sekali lagi pikirannya mengulang ketika dia menampar wajah Kaira tanpa rasa ragu karena dia telah dibutakan oleh amarahnya itu.

Perlahan Ares menjauh dari Kaira. Dia turun dari kasur itu namun masih berdiri di tepi kasur Kaira. “Kaira, aku benar-benar cinat sama kamu. Ini bukan obsesi semata kayak yang kamu pikirin. Aku nggak bakal nyerah buat dapetin kamu kembali tapi untuk hari ini aku akan membiarkannya dulu,” ujar Ares.

Ares mengepalkan tangannya ketika melihat Kaira yang tidak menatap ke arahnnya sama sekali. Dia masih bisa melihat dengan jelas bekas kemerahan di pipi Kaira. Hal itu membuat kepalan tangannya semakin erat hingga buku-buku jarinya memutih.

“Keluar sekarang,” ucap Kaira tanpa perasaan karena dia memang tidak ingin memberikan harapan lebih kepada Ares dengan bersikap baik selain ketika dia berperan sebagia mama tiri Ares saja.

Kaira masih ingin menjalin hubungan baik dengan Ares. Dia ingin Ares menerima dirinya sebagai bagian dari keluarganya dan mereka semua bisa hidup bahagia di dalam rumah itu.

Namun sepertinya itu akan sulit untuk Ares karena Ares tidak juga ingin menyerah untuk mendapatkan rasa cinta Kaira kembali.

Ares membalikkan badannya dan berjalan keluar dari kamar Kaira. Suara pintu yang tertutup membuat Kaira dapat bernafas dengan lega.

Dia turun dari kasur dan mengunci pintunya agar Ares tidak lagi bisa masuk seenaknya ke dalam kamarnya.

Kaira tidak kembali ke kasurnya, dia memilih untuk mematut wajahnya di meja riasnya. Dari pantulan cermin, Kaira dapat melihat bekas kemerahan di pipinya yang telah ditampar oleh Ares.

“Ini merah banget. Apa bisa ketutup kalau aku pakai make up tebal, ya?” gumam Kaira seraya menyentuh pipinya dengan lembut. “Shhss sakit juga ternyata.”

Kaira harus memikirkan cara untuk menutupi bekas tamparan dari Ares itu ketika dia mengunjungi Devin di rumah sakit besoknya. Dia tidak ingin Devin mencurigai sesuatu antara dirinya dengan Ares.

Tapi Kaira ragu Devin tidak akan curiga padanya. Bekas kemerahan itu mungkin bisa ditutupi dengan bedak yang agak tebal, namun pasti Devin merasa aneh dengan Kaira yang menggunakan bedak tebal nantinya karena memang biasanya Kaira hanya menggunakan make up yang tipis dan tidak berlebihan.

“Hahh … aku harap Mas Devin nggak mikir yang aneh-aneh aja,” ucap Kaira pelan.

Setelahnya dia kembali ke kasurnya dan merebahkan tubuhnya di sana. Kaira sebenarnya sulit untuk tertidur kembali karena masalah barusan namun besok Kaira harus bangun lebih pagi jadi bagaimanapun dia harus tidur.

Sementara itu, Ares masih berdiri tegap di depan pintu kamar kaira yang sudah terkunci rapat itu. Dia masih termenung memikirkan tamparan yang diberikannya kepada Kaira tadi.

Ares menatap telapak tangannya yang masih sedikit memerah. Perasaan bersalah dan kahwatir menghampirinya. Dia inginmemeriksa apakah ada luka di pipi Kaira namun Ares tidak bisa melakukannya karena perasaan menyesal yang dirasakannya saat ini.

Dia takut nantinya dia malah membuat Kaira lebih terluka lagi. Marah dan kesal dirasakan oleh Ares. Dia marah dan kesal dengan dirinya sendiri. Kalau bisa, Ares tidak ingin sampai menampar wajah Kaira sekeras itu. Bahkan dulunya Ares tidak mungkin akan berani melakukannya kepada Kaira.

‘Harusnya aku lebih bisa ngontrol emosiku,’ batin Ares geram.

Affair With Mantan (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang