Menjenguk Devin

417 3 0
                                    

Kaira terkejut mendengar nada marah dari Devin. Dia memandang bubur yang sedang dipegangnya dengan kening yang berkerut. “Aku rasa tadi aku nggak masukin apa-apa ke bubur ini,” gumam Kaira pelan.

Devin menghela nafas kasar. “Lain kali jangan memasak bubur dengan isian seperti itu, Kaira. Aku sedang sakit jadi jangan membuatku lebih lama berbaring di rumah sakit,” ucap Devin yang memang kesal karena bubur yang dibuatakn oleh Kaira terlampau pedas.

Kaira mendongak dan menatap cemas pada Devin. Dia merasa bersalah sudah membuat Devin kesal namun dia juga tidak tahu apa yang terjadi kepada buburnya itu karena Kaira sangat yakin dia tidak memasukkan apapun ke dalam buburnya itu.

“Maafkan aku,” ucap Kaira dengan suara pelan.

Devin hanya diam saja. Dia juga tidak bisa berlama-lam amarah kepada Kaira namun karenamasih kesal, Devin hanya merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya.

“Aku akan membeli bubur yang baru. Tunggu di sini,” ucap Kaira menutup kembali kotak bekal yang berisi bubur tadi dan melatakkannya di atas nakas.

Setelahnya Kaira berjalan terburu-buru untuk keluar dari ruang rawat Devin. Setelah berada di luar kamar rawat Devin. Kaira menyandarkan punggungnya pada pintu kamar rawat itu.

“Hahh kenapa jadi begini? Aku yakin nggak masukin udang atau lada ke buburnya. Bahkan aku seangja buat bubur teprisah agar nggak kecampur sama bubur Ares tadi,” ucap Kaira dengan nada sedihnya.

Bentakan marah dari Devin cukup membuat Kaira terkejut dan sedih. Sedikit bersalah namun Kaira tidak punya pilihan lain karena memang benar buburnya tadilah yang menjadi alasan Devin marah padanya.

Kair amenghela nafas pelan. “Lebih baik aku beli bubur yang baru aja buat Mas Devin. Aku nggak mau Mas Devin kelapara.”

Kaira berjalan pergi meninggalkan pintu kamar rawat Devin. Dia harus berjalan keluar dari ruamh sakit untuk membeli bubur dari tukang bubur yang mungkin berjualan di dekat rumah sakit itu.

Ting!

Kaira menghentikan langkahnya ketika suara pesan masuk terdengar dari ponselnya. Dia mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan membuka layar ponselnya.

Kening Kaira mengernyit ketika dia membaca nama pengirim pesan itu. “Ares? Kenapa tiba-tiba?” gumam Kaira pelan.

Kaira tidak ingin ambil pusing. Dia pun membuka pesan dari Ares dan membacanya dalam hati.

[Bubur yang kamu berikan pada Papa pasti mendapat acungan jempol, kan?]

Kaira mengernyitkan keningnya. Dai emrasa bingung dengan isi pesan Ares. “Apa maksudnya?”

Kaira pun mengingat-ingat ketika dia pergi ke kamar mandi untuk mencuci baju, setelahnya dia bertemu dengan Ares yang sduah duduk di kursi meja makan.

“Jaangn bilang kalau Ares yang sengaja masukin udang sama lada itu ke dalam bubur?” Kaira menutup mulutnya tidak percaya.

Setelah dipikir-pikir, hanya kemungkinan itulah yang paling masuk akal karena Kaira sangat yakin sekali kalau bukan dia yang memasukkan udang atau lad ake dalam bubur Devin.

“Sebenarnya dia mau apa sih?” Kaira menatap kesal pada pesan yang dikirimkan Ares itu.

Dai menutup ruang obrolannya dengan Ares dan menyimpan kembali ponselnya tanpa membalas pesan Ares itu. Dia yakin saat ini pasti Ares sedang bersenang-senang karena telah berhasil mempermainkannya.

Meskupun Kaira tidak pasti apa benar Ares yang melakukan hal itu pada buburnya, namun hanya Ares tersangka yang mungkin akan melakukannya.

“Hahh lebih abik aku pergi beli buburnya aja.” Kaira melanjutkan langkahnya menuju ke luar rumah sakit.

Kaira berkeliling di sekitar rumah sakit untuk mencari tempat yang mungkin menjual bubur. “Itu dia,” ucap Kaira setelah menemukan tukang bubur yang sedang berjualan tidak jauh di dekat ruamh sakit. Meskipun Kaira harus berjalan kaki sekitar 2 menitan.

“Bubur polosnya satu, Pak,” ucap Kaira kepada penjual bubur itu.

Kaira menunggu beberapa saat hingga akhirnya bubur pesanannya selesai dibuat oleh penjual bubur itu. “Ini uangnya, Pak. KembAlinanya ambil aja, Pak.”

Kaira ingin secepatnya kembali ke rumah sakit dan memberikan bubur yang dibelinya kepada Devin. Dia takut membuat Devin menunggu terlalu lama padahal Kaira hanya pergi membeli bubur polos saja.

Ceklek!

Kaira membuka pintu kamar rawat Devin dengan pelan karena dia takut Devin sedang beristirahat. Namun dia melihat Devin yang sedang duduk bersandar seakan sedang menunggu Kaira kembali.

Kaira kembali menundukkan kepalanya. Dia takut Devin masih marah padanya karena masasalah bubur tadi.

“Maaf aku membuat kamu nunggu lama,” ucap Kaira mendudukkan dirinya di kursi yang berada di samping ranjang Devin.

Kaira membuka bungkus bubur yang dibelinya. Dia menatap ke arah Devin yang juga menatap ke arahnya. “Kamu mau makan sekarang? Aku suapin, ya.”

Devin hanya terdiam dan membiarkan Kaira menyuapkan bubur polos yang baru saja dibeli Kaira itu.

Tidak ada yang memulai percakapan sama sekali hingga akhirnya bubur yang dimakan oleh Devin habis tak bersisa.

Kaira meletakkan tempat bubur itu ke dalam kantong plastiknya. “Mas,” panggil Kaira kepada Devin.

Devin masih diposisinya yang sedang menatap pada Kaira. Dia sedikit terkejut ketika melihat setetes air mata menetes dari sudut mata Kaira. “Kenapa kamu nangis?” tanya Devin mengulurkan tangannya ke pipi Kaira dan menghapus air mata Kaira itu.

Bukannya berhenti, Kaira malah semakin menetskan air matanya. “Mas, maafin aku. Aku beneran nggak tahu kalau ada udang sama lada di dalamnya. Aku yakin banget kalau aku nggak masukin udang sama lada ke buburnya, Mas,” ucap Kaira yang mulai sesenggukan.

Devin menatap sendu pada Kaira yang merasa begitu bersalah padanya. Dia mulai merasa meyesal karena sudah memrahai Kaira tadi padahal itu bukan masalah yang begitu besar hingga harus membuat Deon membentah Kaira.

“Kaira, lihat ke sini,” ucap Devin karena Kaira sedang menundukkan kepalanya sambil menangis.

Kaira mendongakkan kepalanya dan menatap pada Devin. Raut wajahnya masih terlihat begitu sedih dan air matanya masih membekas di wajahnya.

“Udah, jangan nangis lagi, ya. Maafin Mas juga karena udah marah sama kamu. Kita lupain aja masalah tadi,” ucap Devin tersenyum kecil ke arah Kaira.

Kaira menghapus air matanya dan menganggukkan kepalanya. “Iya, Mas. Sekali lagi ma—”

Ceklek!

Pintu kamar rawat Devin tiba-tiba terbuka. Baik Kaira maupun Devin menolehkan kepala mereka ke arah Ares yang ternyata tiba-tiba datang tanpa mengabari terlebih dahulu.

Ares tersenyum ke arah Devin dan berjalan mendekati Devin. “Gimana keadaan Papa? Apa ada yang sakit hari ini, Pa?” tanya Ares berakting khawatir di hadapan Devin.

Kaira memandang heran pada Ares yang tiba-tiba datang itu. Entah kenapa Kaira tidak melihat raut wajah khawatir sama sekali dari Ares meskipun Ares terus-menerus mengajukan pertanyaan terhadap keadaan Devin.

“Papa kapan bisa pulang? Rumah jadi sepi kalau nggak ada Papa,” ucap Ares memasang wajah sendu.

Affair With Mantan (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang