Happy reading and jangan lupa untuk tinggalin jejak baca kalian <3
-----
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pada titik ini, aku hanya bisa berkata...
"Bahagia selalu, Ky."
____
Sebenarnya tak perlu sepasang sahabat laki-laki dan perempuan untuk merasakan yang namanya patah hati menyimpan perasaan sepihak. Bahkan aku dan Ricky yang sama sama perjaka pun bisa merasakannya.
Aku merasakan yang namanya patah hati terbesar. Aku pikir, yang pada akhirnya memulai sebuah hubungan dalam persahabatan kami, adalah aku dan Ricky. Namun justru, Kim Gyuvin. Beruntung sekali sahabat ku satu itu. Baik, tidak apa aku sudah khatam sekali namanya memendam perasaan. Pernah saat itu aku ingin jujur pada Ricky, namun aku harus tertohok dengan fakta Ricky yang menyukai Gyuvin sejak dulu. Sejak aku belum sadar bahwa Ricky lebih dari seorang sahabat.
Kami berempat--aku, Ricky, Gyuvin, dan Brian-- sudah bersahabat sejak balita. Kami menghabiskan banyak waktu bersama untuk hal-hal konyol yang pernah kami lakukan. Seperti sengaja mengulur waktu agar Ricky tak jadi menonton bioskop karena malas, menyembunyikan seluruh susu strawberry Ricky, bermain hujan lalu sakit bersama, membeli teopokki pedas padahal diantara kami tidak ada yang tahan pedas, menganggu Gyuvin tidur siang, menyembunyikan kunci motorku, dan banyak lagi hal lucu yang pernah terjadi. Saat itu kami baru beranjak remaja, belum mengerti apapun tentang kerasnya dunia.
Dan saat itu aku sama sekali belum mengenal lebih dalam perihal perasaan ku pada Ricky.
Kami selalu bersama kemana pun. Jika salah satu ada yang tidak bisa hadir, kami memilih mengurungkan. Masa SMA pun kami habiskan bersama-sama.
Lalu saat kuliah semuanya berubah.
Kami mengikuti ambisi masing-masing. Ricky dengan jurusan seninya, Gyuvin dengan jurusan manajemen, Brian yang kembali ke china demi sekolah penerbangannya, dan aku yang memilih berkecimpung dalam dunia sastra. Kami jadi jarang bertemu dan berkomunikasi.
