...“dunia akan tetap berjalan sekalipun kamu bersedih. Perumpamaan bumi yang mencintai matahari dengan jaraknya, kamu tau kan? kehilangan juga sebagian dari hidup.”
_____
2017
Sore itu senja tampak cantik hendak berganti malam. Genggaman tangan semakin erat disela-sela helaan nafas yang mengalun. Tak ada yang berubah. Semua masih sama. Hanya saja, binar keduanya yang meredup.
"Ini gak akan berguna, Ga."
Untuk sesaat keduanya sama-sama tercekat. Benar. Apa yang baru saja terucap memang benar adanya.
"Tapi setidaknya ayo dicoba lagi."
Si manis berambut pirang tertawa pelan dengan suara yang parau. "Untuk apa lagi?" tanyanya.
"Aku—" si pemuda surai legam itu tak bisa melanjutkan kata-katanya bahkan setelah genggaman itu terlepas bersamaan dengan perasaannya yang mencelos namun lega di lain sisi.
"Aku gak maksa kamu. Kita bisa saling lepas sekarang."
"Gak bisa, Raka. Aku belum siap."
"Tapi sampai kapan, Gara?" Raka menatap Gara dengan sorot mata sendu. Ia cukup tersakiti dengan keadaan seperti ini. Sudah cukup lama menunggu tanpa janji kembali, tanpa balasan, dan tanpa kejelasan.
Hubungan yang sakit. Keduanya adalah sepasang kekasih sejak empat tahun lalu. Namun yang masih dengan perasaan yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya hanya Raka.
Raka bukan tak ikhlas dan egois, ia hanya belum siap. Maka sekarang, tekadnya sudah bulat.
Ia akan melepas Kalingga Jatranagara.
Menerima fakta bahwa laki-laki itu sudah lama tak mencintainya lagi.
"Gara, setiap pertemuan diakhiri perpisahan. Setiap orang pasti kehilangan. Aku paham posisi kamu, tapi kamu juga harus ngerti aku, Gara. Walaupun aku cinta kamu, tapi aku juga tersakiti." jeda sejenak, "Jadi, ayo akhiri semuanya sekarang. Jangan buang-buang waktu lebih lama lagi. Sekarang, Dalian Rakahagung dengan ikhlas melepas Kalingga Jatranagara."
Detik itu, senja yang semakin hilang bahkan saat atensi si manis yang tak terlihat lagi, Kalingga tersadar.
Rakahagung bukan lagi miliknya.
Dan perasaannya untuk pemuda itu sudah benar-benar hilang bagai angin. Lenyap dalam sekejap.
Kalingga tak lagi mencintai Raka. Yang tersisa hanyalah kenangan mereka selama empat tahun ini.
____
2019
Ramainya kota Jogja mungkin sering kali membuat banyak orang mengeluh. Namun, sebising apapun Jogja, ia akan tetap menjadi kota pelarian dan menjadi tempat impian banyak orang lainnya.
Siang ini, Dalian berjalan dengan peluh banjir. Ia duduk di halte bus sedang tangan kanannya menggenggam ponsel yang tersambung dengan seseorang.
"Kamu beneran gak mau di jemput?" Suara dengan intonasi khawatir di sebrang sana lagi-lagi membuat Dalian terkekeh.
"Beneran, Yohan. Gak pa-pa, ini lagi nunggu bis." sahutnya
"Ya udah deh. Aku juga masih ada kelas satu lagi. Nanti aku main ke rumah kamu ya, Li?"
"Iya pangeran hehe.."
Sambungan keduanya terputus. Dalian menghela nafas. Dirinya cukup bersyukur dapat bertemu dengan laki-laki baik seperti Yohan.
"Raka..."
Dalian tercekat. Ketika ia menoleh, benar. Itu Kalingga berdiri tegap di samping sebuah mobil hitam lengkap dengan jas pengacara kebanggaannya. Bahkan nama panggilan itu masih ia sebut.
Setelah dua tahun tak bertemu, mereka kembali di pertemukan sekarang. Dimana ada luka yang belum sepenuhnya sembuh.
"Apa kabar?" Suara itu mengalun dengan khasnya yang masih sama seperti dua tahun lalu.
Kalingga tampak baik-baik saja.
"B-baik."
Kalingga duduk berjarak di samping kanan si manis. Matanya menatap langit yang mendung beserta dersik yang menguar begitu dingin.
"Kamu..."ucapannya terjeda sebab entah mengapa tiba-tiba otaknya kembali mengingat kejadian dua tahun silam. "Kamu, udah sembuh?" akhirnya Kalingga bertanya, pelan. Namun masih mampu di dengar dengan jelas oleh Dalian.
Dalian terkekeh. Sedikit menguatkan diri sendiri untuk tidak kembali jatuh karena sekarang ia memiliki Yohan.
"Udah." bohong. Sekalipun ia memiliki Yohan, tak menampik bahwa perasaan dahulu itu masih ada.
Dalian menoleh menatap Kalingga yang juga menatapnya. "Kamu sendiri gimana?"
Kalingga tersenyum lalu mengangguk. "Aku juga."
Dan detik itu, saat ponsel Kalingga bergetar tanda pesan masuk dari seseorang, Dalian sadar bahwa diantara mereka berdua semuanya benar-benar sudah usai.
Dalian dari dulu hanya menutup mata untuk mengakui bahwa terkasihnya pada saat itu sudah tak mencintai dirinya lagi. Dan dia tak cukup bodoh untuk tidak mengerti bahwa Kalingga mencintai Juana Rafikailo, sahabatnya sendiri.
Bar notifikasi pesan dari Juan untuk Kalingga benar-benar menyadarkan Dalian seratus persen bahwa semua diantara mereka berdua sudah berakhir sejak lama.
Mereka berdua sudah menemukan tambatan hati masing-masing.
. . . Fin...
Seperti biasa Jeongri dengan bau bau angst memang lebih menarik wkwk