1. Her

76 11 7
                                    

"Semesta seringkali mempertemukan dua insan yang tak ditakdirkan menyatu. Sehingga acapkali, ketika insan itu akhirnya dituliskan untuk bertemu dengan takdir sesungguhnya, dia tidak percaya."

"Bang, gue disebrang nih, di sebrang ATM." Reyansha Emily, berbicara dengan seseorang di seberang telefon. Ekor matanya menangkap mobil yang sangat dikenalnya, tangannya reflek melambai lambai ke arah mobil itu, "NAH BANG INI GUE YANG NGELAMBAI."

Mobil itu bergerak menghampiri sang gadis. Sesaat setelah mobil itu berhenti tepat di hadapannya, Rey langsung masuk ke dalam mobil, duduk di sebelah kursi pengemudi.

"Lama banget sih, semua pelamar udah pulang daritadi, gue doang yang planga plongo disitu."

"Ah elah, macet tadi di jalan. Masih syukur gua jemput lu," balas sang kakak.

Rey terkekeh, "Makan dulu lah yuk, laper nih gue." Tak heran, setelah pulang wawancara kerja, tenaga dan pikiran Rey rasanya banyak terkuras. Padahal sudah puluhan kali Rey melakukan wawancara kerja, tapi masih saja belum terbiasa.

Zeruya menggeleng, dengan satu tangannya yang masih setia mengontrol setir, dan tangan satu lagi membuka handphone, matanya waspada melihat antara layar handphone dan jalanan. Sampai akhirnya terdengar satu voice note dari handphone Zeruya.

"Abang, abis jemput si adek, langsung pulang. Kata ayah, dia mau makan malam bareng. Kebetulan hari ini ayah pulang cepat, nak."

"Noh, si bunda ngajakin dinner bareng," ucap Zeruya tepat setelah voice note itu terputar.

Rey langsung memasang wajah cemberutnya, "Anjirlah, ntar pasti gue di introgasi soal kerjaan, arrghhhhhh." Tangan Rey menarik rambutnya sendiri dengan frustasi.

Zeruya terkekeh, "Gue pasti juga di introgasi soal kapan nikah."

"Bisa gak si ayah pulang telat kaya biasanya? Gue lebih milih diceramahin si bunda aja, daripada double kill nambah si ayah."

Zeruya mencubit pipi Rey, "Heh, durhaka lu jadi anak," masih dengan kekehan khasnya, "walau gua juga ketar ketir sih."

🌼

"Jadi Dek, mau sampai kapan kamu wawancara sana sini?"

Rey gagal menyuapkan suapan. Dia pura pura mengunyah makanan yang sebenarnya tidak ada di dalam mulutnya. Pertanyaan sang Ayah sedikit merusak suasana hatinya.

"Adek masih berusaha nyari, Yah," jawab Rey setelah beberapa saat diam memikirkan jawaban.

"Kenapa ga nyerah aja? Kamu mending ikut bantu bundamu jualan," tutur Ayah.

Rey menatap Ayah yang duduk tepat disampingnya dan menghela nafas, "Setiap hari juga Rey bantuin bunda kalo lagi gaada wawancara."

"Maksud Ayah, mending kamu fokus ke bunda aja. Gausah cari kerjaan lain lagi. Kasian itu bundamu sendirian ngurus toko. Lagian kamu sendiri memangnya ga cape wawancara sana sini tapi gaada hasilnya? Di semua pekerjaan yang nerima kamu pun, kamu tidak betah juga."

Rey tau, setelah Ayahnya mengucapkan kalimat panjang seperti itu, artinya itulah yang Ayah inginkan.

Rey menatap Bunda dan Sang Kakak bergantian, tapi keduanya fokus memandang makanan mereka.

REKA - JEONSOMI SUNGHANBINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang