8. Lil Story About Her

35 4 6
                                    

"Mana lirik yang lo bilang?"

Sesampainya diruangan milik Raya, Rey bertanya.

Raya menggeleng, "Boong gua mah, aslinya gua pengen cerita aje."

Rey langsung mengerti, ini waktu untuk mereka berdua. "Eh, tapi gimana Bang Shaka?"

"Ah, elah, gampaang. Kan ada si Haski," ucap Raya enteng, "Jangan sebut namanya Haski, kalo ngehandle Bang Shaka aja kaga bisa."

"Ezzzz bisa aja lo belain calon laki." Rey menyenggol Raya dan menatapnya dengan tatapan menggoda.

Raya memutar bola matanya, "Lo tau ga sih nying, momen waktu si Haski nemuin emak gua?"

Rey berhenti menggoda Raya. Seketika rasa penasarannya muncul. Dia langsung duduk di kursi agar bisa menyimak cerita Raya.

"Gimana deh? Belum cerita sama sekali woii."

Raya ikut duduk dihadapan Rey. "Beuh buset, emang Haski tuh bukan Haski kalo kelakuan nya gak bikin malu."

Rey menggoyang tangan Raya, "Emangnya gimana bejir? Lagian lo udah baikan sama emak lo?"

"Awalnya gua kaga maulah. Tapi si Haski yang maksa gua pulang biar baikan sama emak gua."

"Yang lengkap dong ceritanya."

Raya mulai bercerita, tak tertinggal ekspresinya yang julid, "Awalnya kan, gua dipaksa-paksa pulang sama si Haski. Gua gamaulah jelas, ngapain juga ketemu sama si mak lampir."

"Terus terus?" Kedua tangan Rey sudah menumpu wajah wanita itu di meja.

"Tapi karna kalah taruhan abis main ludo, gua kepaksa pulang. Kalo aja gua tau bakal dijebak, kaga bakal mau gua, nyet. Tapi kan gua ni orangnya tepat janji, kan. Jadilah gua pulang."

"Gimana reaksi emak lo?"

Raya meniru ekspresi datar khas mamanya, "Dia cuma 'Oh, masih ingat rumah? Mama kira kamu udah mati diluar sana', and i was like, dude what the fuck. Anak lo baru pulang setelah 5 tahun, dan reaksi lo cuma gitu?"

Rey tidak bisa membayangkan seberapa sakit yang dirasakan Raya. Walau wanita itu nampaknya baik-baik saja.

"Abis itu, gua pergi ke kamar. And voila, kamar gua bersih banget ternyata, gaada debu sama sekali."

Rey ternganga, tanda ia juga ikut terkejut. Tidak sekaget itu sih, hanya saja Rey memang ekspresif saat mendengar orang bercerita.

"Iya, terus si Bibi masuk, meluk gua eraaaaat banget."

Rey bisa melihat mata Raya yang mulai berkaca-kaca.

"Jujur dibanding kangen Mama, gua lebih kangen Bibi sih," ungkap Raya.

Rey mulai mengelus rambut Raya, "Udah, jangan nangis."

Raya menarik ingusnya, "Setelah itu, Bibi cerita ke gua, kalo setiap hari, Mama pasti bakal kekamar gua. Entah sekedar masuk, atau tidur di kasur gua."

"Mama lo masih sayang sama lo ya ternyata," sanggah Rey.

Raya menarik ingusnya lagi dan tersenyum tipis, "Gatau dah. Ga ngerti gua."

"Terus gimana baikannya?"

"Si Bibi akhirnya dorong Mama gua ke kamar, waktu gua lagi beresin baju-baju gua."

"Loh? Si Bibi ga takut di marahin kaya dulu lagi?"

"I know right? Kayanya after gua pergi, banyak hal terjadi dah. Si Bibi sama Mama gua sekarang udah akrab banget tau, Rey."

REKA - JEONSOMI SUNGHANBINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang