"Kalian jangan maksa Rey buat nikah, pokoknya Rey gamau."
"Nak, kamu gamau coba dulu? Shaka itu anak baik, loh." Ayah masih mencoba meyakinkan Rey semenjak kedatangan Shaka kerumah mereka seminggu yang lalu.
"Gak, gamauuuu. Rey bahkan gapernah kepikiran buat nikah nikah. Pacar aja gapunya." Juga ada Rey, yang masih menolak kehadiran Shaka dikeluarga mereka.
"Ya makanya itu Bunda sama Ayah carikan kamu pasangan. Sudah umur berapa kamu ini malah ga ada pacar sama sekali. Gak normal. Jangan jangan kamu lesbi, ya?" Jangan lupakan Bunda yang mengomentari Rey dengan kalimat pedas maupun sindirannya.
Zeruya? Dia sedang sibuk jadi budak korporat. Kebetulan hari ini Ayah demam jadi dirumah saja. Entah bohong atau tidak, Rey tidak peduli sebenarnya, karena ada Bunda yang akan merawat suaminya sendiri.
Yang membuat Rey keberatan dengan kehadiran Ayahnya sekarang adalah, pihak yang harus dilawannya bertambah satu. Apalagi Bunda hari ini tidak pergi ke toko. Semoga Rey kuat mendengarkan pasangan itu seharian.
"Bunda jangan pitnah ya. Pitnah itu lebih kejam daripada gak pitnah," ungkap Rey tidak terima. Bisa bisanya dia dikatai lesbian oleh Bunda. Ya, walau terkadang dia lebih suka memandang wanita cantik sih, daripada lelaki tampan. Tapi kan itu karena Rey butuh inspirasi untuk jadi wanita untouchable?
Anjay, untouchable gak tuh?
"Pakai otak kamu. Mau sampai kapan kamu hidup begini? Kerja gak jelas, pasangan pun gak jelas. Hidupmu gak jelas," tutur Bunda lagi.
Ucapan Bunda barusan jelas menusuk hati Rey. Rey bisa merasakan matanya memanas, dia langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain untuk mencegah air mata itu turun. Persetan seharian, jam baru menunjukkan waktu 12 siang saja Rey sudah menyerah rasanya.
"Bun, jangan gitu. Rey, omongan Bunda barusan jangan dimasukkan ke hati ya, Nak," sanggah Ayah.
Tapi terlambat, Rey sudah berurai air mata, "Padahal Bunda sendiri yang kekang Rey buat selalu bareng Bunda." Setelahnya Rey pergi.
👔
"Pak, maaf semalam saya tidak datang menjenguk. Saya takut Rey masih membenci kehadiran saya."
Pak Sandi yang memasuki ruangannya itu tersenyum simpul, "Padahal datang juga tidak apa apa."
"Apa Rey tidak keberatan dengan kedatangan saya, Pak?"
"Toh, Rey nya lari dari rumah," balas Pak Sandi santai.
Shaka terkejut, jantungnya terasa merosot saat mendengar kalimat Pak Sandi barusan, "Pak, bagaimana bisa? Rey sekarang dimana, Pak? Kenapa dia bisa lari, Pak? Apa karena saya?"
"Tenang aja, Ka. Sudah ketemu kok. Dia sementara menginap dirumah pacarnya Zeruya," Pak Sandi duduk dan mengangkat segelas kopi yang sudah tersedia dimejanya, "Terimakasih kopinya, Shaka."
"Sama sama, Pak." Shaka mengangguk, tapi sorot matanya masih tercetak jelas rasa khawatir, "Jadi Rey kapan pulang, Pak?"
"Mungkin nanti malam diajak pulang sama Zeruya." Pak Sandi menyeruput kopinya.
"Pak, Rey sebenci itukah dengan saya?" Semenjak bertemu Rey dan mendapat penolakan keras dari wanita itu, Shaka menjadi semakin tidak percaya diri. Sejak awal dia memang tak percaya kalau Rey akan menerimanya.
"Ayolah, ini masih pagi, kamu jangan seperti itu, Ka. Lagipula, Rey lari karena berdebat sama Bundanya. Kamu tahu kan bagaimana kalau sesama wanita sudah adu mulut?"
KAMU SEDANG MEMBACA
REKA - JEONSOMI SUNGHANBIN
Fanfiction"Shaka, walau Ayah Bunda gue restuin, lo gaakan pernah jadi bagian dari diri gue. Hati gue udah mati." "Perihal hati kamu, jadi urusan saya. Biarkan saya menghidupkan lagi bintang mati itu, Rey." "Ngaku, lu sebenernya Arshaka Taher kan?"