9. Because of You (?)

20 4 1
                                    

"Bun, hari ini Rey pake sepeda motor ya. Mau beli bahan bahan kue."

"Gaboleh."

Rey memalingkan pandangan ke Bunda dan menatap wanita empat puluh lima tahun itu dengan heran, "Loh, kenapa Bun? Kan sepeda motor di garasi udah lama ga dipake, Bun. "

Bunda menjawab tanpa melihat kearah Rey, dia sibuk menggulir konten kelanjutan kasus Jessica Mirna lewat aplikasi tiktok di handphonenya, "Gaboleh. Kalo mau keluar ajak Abang, Dek."

Rey mengerutkan dahinya, tumben sekali?

"Gabisa sendiri aja, Bun? Si bagong pasti gamau keluar."

"Kalo gitu gausah keluar, Dek. Lagipun sekarang lagi panas banget diluar," ungkap Bunda yang masih setia menonton ponsel pintar miliknya.

Rey berdecak, tak terima kalau dirinya tidak diberi izin keluar. Bukankah dia sudah 25 tahun?

Tapi akhirnya Rey memutuskan pergi ke kamar sang Abang. Dan sesuai harapan, dia menemukan Abangnya tergeletak seperti orang tak bernyawa di karpet depan kasur.

Tidak seperti yang kalian pikirkan. Zeruya memang terlihat seperti itu kalau sudah tertidur. Budak korporat satu ini suka memanfaatkan waktu liburnya untuk berleha-leha.

"Bagong," panggil Rey seraya menggoncang tubuh bongsor Zeruya.

"Goooong," panggilnya lagi dengan nada yang memelas. Namun tetap saja tak ada respon.

Karena terlanjur kesal, Rey berbisik di telinga Zeruya, "Bagong, itu Kak Rosie di bawah mau ketemu."

And voila, Zeruya langsung bangun dari tidurnya. "Hah? Mana mana?"

Rey mengangkat satu sudut bibirnya, "Giliran soal Kak Rosie cepet ya lu babi."

"Hah?" Biasa, baru bangun tidur. Nyawa dan kewarasannya belum terkumpul.

Rey mengendikkan bahunya, "Gaada Kak Ros. Gue boong." Ekspresinya menunjukkan wajah tanpa rasa bersalah.

Sang Abang tentu kesal. Kening Rey didorong dengan telunjuk kanan Zeruya. "Gua lagi tidur, ngapain lu bangunin anjing."

Air muka Rey langsung berubah. Dari ekspresi tengil berubah ke ekspresi memelas. Tak lupa tangannya memegang erat lengan Zeruya. "Bagong... Bunda tiba tiba ga ngasih gue keluar. Temenin yaaaaa?"

"Ah. Ngapain gua nganterin lu. Gaada untungnya." Zeruya hendak melepas genggaman itu. Namun gagal karena Rey memegang terlalu kuat.

"Bagong... Plissss?" Rey masih tak mau menyerah.

"Males. Mending gua tidur. Awas." Zeruya berusah menghempas tangan Rey, tapi masih gagal. Shit, gua lupa kalo ni bocah mantan atlit. pikir Zeruya.

Atlit lari sih. Tapi kan sama aja.

Rey menatap Zeruya dengan puppy eyes nya. Bibirnya dimajukannya sedikit kedepan, untuk menunjukkan bahwa gadis itu benar benar meminta pertolongannya. "Bagong... "

"Lu udah minta tolong kaya gitu, minimal panggil gua abang dong, anjing." Ekspresi julid Zeruya tak bisa disembunyikan. Lelaki ini memang ketularan sifat julid dari adiknya.

"Males banget. Enakan bagong. " Tangan kiri Rey memukul paha Zeruya yang terpampang jelas sebab pria itu hanya memakai boxer saat ini. Boxer Frozen hadiah Rey di ulangtahunnya yang ke-19 tahun.

"Lu kaga tau diri amat. Udah minta tolong juga. " Telunjuk Zeruya mau mendorong kening Rey lagi, tapi Rey dengan cepat menghindari jari maut itu.

"Nohkan, ngebet banget pengen dipanggil abang. Haus validasi ya? "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REKA - JEONSOMI SUNGHANBINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang