Part 2: Surprise!

188 16 2
                                    


Nam Joon Part

"Surprise!!"

Nam Joon tercengang. Semua orang: orang tua, kakak perempuan, Ho Seok, Jin, dan  teman dekat mengagetkannya.

"Selamat datang kembali," sambut ibunya. Ayahnya memegang kue tart.

"Ayo tiup lilinnya!" pinta kakak perempuannya.

Nam Joon meniup lilin. Orang-orang tersayang sudah berkumpul di rumahnya bertepuk tangan.

"Ibu sudah memasakan makanan kesukaanmu," kata Ibunya.

Ho Seok mengambil alih ransel Nam Joon. Jin menariknya ke tengah ruangan. 

Meski tak sempat mengucapkan terima kasih karena terlalu terkejut, Nam Joon merasa begitu tersentuh atas perhatian mereka. 

"Selama di sini, istirahatlah," kata ayahnya. Nam Joon mengiyakan. Ia terbelalak menyadari ada Park Bogum.

"Halo sobat!" mereka saling berpelukan.

"Nanti kita bisa mancing di sungai dekat sini," ajak Park Bogum.

"Tentu," kata Nam Joon. Bukannya ia tak tahu berita kedekatan Jisoo dan Park Bogum.

"I miss you..." Jin dan Ho Seok mengecup pipi kiri maupun kanannya.

"Aisshhh..."

keduanya tak perduli.

"Masih ada satu kejutan lagi," kata Bogum. 

Nam Joon mengusap pipinya dengan punggung telapak tangannya.

"Naiklah ke kamarmu," kata Park Bogum.

Jin dan Ho Seok cekikikan. Ibunya tersenyum ganjal.

"Ada lagi?" Ia menatap kedua membernya curiga.

"Sudah sana periksa sendiri!" Jin mendorongnya.


*****

"Hei...Hei..." Jin, Hoseok, dan Park Bogum mendorongnya ke kamar atas. Kamar ia bisa menghabiskan masa kecil sebelum menjadi trainee.

Pintu ditutup dari luar.

Nam Joon masih belum mencerna maksud ketiga sahabatnya. Ia mengetuk pintu dari dalam, "buka bastard!"

Nam Joon berkecak pinggang dan mundur sampai ke ranjang. Angin semilir masuk dari jendela. Ia menoleh ke sana. Sistem kerja tubuhnya lumpuh sementara. Bibirnya kelu. Kata-katanya terganjal di tenggorokan.

"Apa kabar?"

Nam Joon berusaha mengambil kendali tubuhnya. Ia mengusap kedua matanya dengan punggung tangan.

"Maaf, aku tiba-tiba datang ke rumah dan memperkenalkan diri kepada orang tuamu sebagai teman."

Nam Joon tidak bereaksi.

Jisoo menggerakan telapak tangan di depan wajah Nam Joon. Ia reflek berdiri di tempatnya. Jisoo ada di depannya. Jisoo....ada di depannya. Ulang Nam Joon dalam hati.

Jisoo tampak canggung.

"Ahh..." Nam Joon menggelengkan kepalanya. "Aku tidak salah lihat, kan..."

"Tidak."

"Kau Jisoo," masih tak percaya juga.

"Iya."

"Hai!" kata Nam Joon kaku.

"Hai," tampaknya kecanggungan Jisoo agak berkurang.

"Baik?"

"Ya?" balas Jisoo.

Sunyi.

"Kau?"

"Baik," jawab Nam Joon.

"Kau, sudah baca buku Alive?" Ah, sial Nam Joon, payah sekali, kau. Umpatnya dalam hati.

"HUH?"

Sunyi lagi. Canggung lagi.

Jisoo menunduk, tapi senyumnya sempat tertangkap mata Nam Joon.

"Kau sudah punya pacar?" 

Arghhh.... tenggelam saja kau di Samudra Atlantik.... Nam Joon menyesali kebodohannya.

Jisoo terkejut. Ia memahami pertanyaan itu barusan.

Apa donk, Nam Joon. Sudah kepalang tanggung.

"Kau...dan Bogum," kata Nam Joon lirih sekali hampir tidak terdengar.

Jisoo mendekatkan telinganya. Lalu tergelak.

"Kami?" ulang Jisoo, "justru dia yang mengajakku ke rumahmu."

"Jadi??"

"Tidak," Jisoo.

Nam Joon tersenyum.

Mereka saling memalingkan wajah.

"Mereka mengintip.." kata Jisoo.

Nam Joon menoleh ke arah pintu kamarnya.

"Kita turun ke ruang tengah sekarang?" usul Jisoo.

Nam Joon bergeser dan mempersilahkan Jisoo berjalan lebih dulu.

"Kau saja duluan."

Nam Joon membolehkan usul Jisoo. Ia mendekati pintu. Bunyi kaki terdengar. Setelah ia membuka pintu, anak-anak nakal itu sudah tidak ada di sana.

"Mari..." ajak Nam Joon.

Jisoo terlihat menahan senyum.

Nam Joon berjalan lebih dulu di depan Jisoo. 

"Aku sudah membaca kartu ucapanmu."

Nam Joon yang membelakangi Jisoo tersenyum lebar.

"Begitu juga dengan bunganya."

Jantung Nam Joon sudah terbang ke angkasa.

"Kau suka?" tanyanya sambil berjalan di depan Jisoo. Memimpinnya melewati tangga.

Jedah dulu sebelum ia menyimak jawaban Jisoo, "ya."

Nam Joon berhenti dan berbalik ke arah Jisoo.

"Kau pasti akan menyukai masakan ibuku."

"Dia sudah menyicipi masakan ibu saat membantu menyiapkan makanan di dapur," timpal ibu Nam Joon. 

Nam Joon dan Jisoo tertunduk. Kebetulan saat mengangkat wajah, tatapan mereka malah tertaut.

"Ayo..."ajak Nam Joon. Jisoo mengangguk lalu mengikutinya.




Idol Shipper Syndrome: a New BeginningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang