Jungkook Part
Nam Joon Hyung sudah keluar lebih dulu. Tidak ada lagi orang yang lebih tua usianya yang bisa menjadi pendengar.
Jungkook meletekan kedua tangan di bawah kepalanya ketika berbaring. Rekan-rekan yang lain sudah tertidur. Hanya suara angin dan ngorok yang ia tangkap dalam remang pencahayaan barak ini.
"Wanita jahat!"
Jungkook tersigap. Suara tak diundang itu berasal dari tempat tidur di sebelahnya.
"Ini aku, Jihoon."
Jungkook menyentuh dadanya yang barusan yang berdegum cepat.
"Pacarku menangis berhari-hari sebelum penugasanku, tapi baru seminggu aku di sini, dia sudah mengirimkan surat. Putus. Katanya tidak tahan harus menjalani LDR."
Jungkook menghembuskan napas panjang. Ia tidak ingin mendengarkan curhatan mendadak. Apalagi berkaitan dengan hubungan percintaan orang lain.
"Kau punya pacar?"
Haruskah ia menjawab pertanyaan ini? Pikir Jungkook. Hampir saja lidahnya keseleo, kalau akalnya tidak mengambil alih.
"Idol,kan juga manusia.." suara Ji Hoon yang lirih terdengar jelas dalam heningnya kamar ini.
"Tidurlah," Jungkook memotong akses percakapan ini.
"Aku iri padamu, tidak bisa berkencan sehingga tidak akan patah hati. Hati-hatilah dengan perempuan. Mereka butuh perhatian dan tidak betah dengan pacaran jarak jauh."
Sial! Topik sialan ini relate sekali dengan kondisinya saat ini.
"Dia tiba-tiba memutuskanmu?"
Ji Hoon berhasil merebut perhatian Jungkook.
"Tanda-tanda itu sudah ada. Ia jarang bahkan hampir tidak pernah menghubungiku."
TIDAK! Ego Jungkook dalam hati. Ia tidak bisa menerima prasangka begitu. Lisa tidak begitu. Itu tidak akan terjadi.
Sudah berapa lama ia berada di sini? Sudah berapa lama Lisa tak menghubunginya? Tanda ini nonsense! Ia tidak bisa menerima prasangka yang beterbangan di udara. Tak akan dbiarkan virus prasangka ini mengambil alih oksigen positif dalam dirinya.
"Apa yang kau lakukan saat tanda-tanda itu mulai terlihat jelas?" lirih Jungkook tanpa semangat.
Suara dehem, pemuda yang berbaring di sampingnya mengubah posisi dari memunggunginya ke posisi menghadapnya.
"Aku terus mengelak. Itulah sebabnya sakit yang ditinggalkan begitu melekat padaku."
"Bagaimana cara memperbaikinya?" gumam Jungkook.
"Memperbaikinya? Wait a second, mengapa kau menanyakan pertanyaan ini?"
Jungkook memejamkan matanya. "Iya."
"Tidak ada. Komunikasi terbatas. Aku tak bisa menemaninya saat ia kesepian. Ada begitu banyak jarak. Siapa yang tak bosan? Bukan hanya sehari dua hari, dua tahun."
"Kau menyerah begitu saja?" intonasi Jungkook agak meninggi.
'Husttt.... Pelankan suaramu," kata Ji Hoon.
"Aku tidak menyerah. Aku berkorban demi kebahagiannya," lanjut Ji Hoon.
"Apakah aku yang terlalu egois? Aku ingin orang itu menungguku walaupun ia kesepian."
Lisa Part
Sepi.
Ia berjalan memasuki setiap spot di taman ini. Berulang kali mengatakan 'waow'; berulang kali takjub. Ia tak menyangka taman seindah ini ada di lingkungan kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Idol Shipper Syndrome: a New Beginning
Fanfiction"Kau berubah," Jungkook menatap gadis yang begitu dirindukannya. Lisa. "Semua orang pasti berubah Jungkook." Jungkook meneliti saksama gaun pengantin yang dikenakan Lisa. "Aku membencimu Lisa." "Aku juga.." "Saking bencinya..." kata Jungkook, "aku i...