Part 11: Kemajuan

167 14 2
                                    


Lisa Part

Lisa mengembungkan kedua pipinya. Ia tak bisa kemana-mana karena manajernya yang mengatur jadwal ketat hari ini. Padahal, ia ingin bertemu Jungkook. Kemarin. Kemarin dan kemarinnya lagi. Hidup untuk kerja atau kerja untuk hidup, sih? Lisa membatin.

"Kau tau tidak dapat kemana-mana dan jangan mengeluh karena banyak ketinggalan selama kepergianmu ke London," kata Jien Unni.

Lisa menghela napas.

"Iya, aku tau," sembari tak mematuhi Jien. Ia menelepon Jungkook dan mengadukan perbuatan manajernya.

"Oppa...." rengek Lisa.

"Cup...cup...cup...." terdengar suara lembut Jungkook. Lisa menjulurkan lidah pada Jien Unni lalu memanas-manasi wanita itu, "aku sudah mengadukanmu pada pacarku."

"Huekkk...!" balas Jien lalu terbahak.

Rose yang duduk di samping sembari dirias sibuk dengan HP-nya. Mungkin sedang berbalas pesan dengan Jin. Jenny sedang ngemil, sementara Jisoo merebahkan dirinya di sofa.

"Lusa bisa kuculik?"

Lisa mengecilkan suaranya. "jus cokelat? Aku suka."

"HAH? Jus cokelat? Ah, baiklah. Lusa aku jemput ya sayang. Mau kujemput di rumah Renata atau di apartemenmu?"

"Aku masih bingung. Pakai gula atau susu."

Jungkook terbahak. "I love you."

"I love you too," kali ini Lisa tidak berbicara ngelantur lagi. Jenny hanya menoleh padanya sekilas lalu lanjut makan lagi.


Jungkook Part

Ia gemas sendiri melihat Lisa yang hilir mudik dalam apartemennya. Ada-ada saja yang dilakukan gadis itu, seperti mengubah letak pot bunga milik Jungkook. Berkeliling di area dapur dan ruang tamu. Mencoba sofa-sofa yang ada di apartemennya. Jungkook langsung menarik tangan Lisa dan memangku gadis itu.

Cup.

Lisa menarik wajahnya. "Sudah, donk."

Jungkook tersenyum usil. Ia menarik wajah Lisa dan membenamkan kedua bibirnya pada gadis itu.

Lisa menarik wajahnya lagi. "Ini tujuanmu membawaku ke apartemenmu?"

Jungkook mengabaikan pertanyaan itu lalu mengelus dagu Lisa dan mendekatkan napasnya lagi.

Keduanya tersenyum saat bibir mereka masih berdekatan.

"Kangen," lirih Jungkook.

Lisa mengalungkan kedua tangan di leher Jungkook lalu menumpukan beratnya di pangkuan hingga Jungkook terdorong ke bahu sofa. Kali ini Lisa yang mengecupnya dan dibalas dengan lembut oleh Jungkook. Perlahan, kecupan itu saling berbalas dan berubah menjadi lebih dalam. Jemari Lisa tak disadari turun ke leher Jungkook. Ia menelengkupkan wajahnya di leher Jungkook. Jemari Jungkook meremas sofa lalu keluar deheman tertahan dari laki-laki itu. Ia pasrah dengan gerakan lembut yang hinggap di lehernya. Kemudian harus menelan kecewa saat Lisa berhenti dan mengecup kening Jungkook sebelum melompat turun.


 Jisoo Part

"Apakah teman melakukan ini?" Jisoo melirik pada Nam Joon yang tersenyum. Pipi laki-laki ini tampak bersemu merah. Mereka sengaja bertemu di galeri milik Nam Joon dengan alasan yang disengaja: melukis.

Jisoo memakai syal yang dirajut sendiri oleh Nam Joon. Kemudian duduk di kursinya menghadap kanvas. Nam Joon duduk di kursinya juga menghadap kanvasnya sendiri.

"Jadi, kakak pelatih, bagaimana cara melukis yang ..." Jisoo yang ingin bercanda terdiam karena Nam Joon memajukan diri menyodorkan kuas kepada Jisoo. 

"Pertama, pegang ini dulu sebelum melukis."

Malah Jisoo yang malu sendiri.

"Kau bilang, berapa saudarimu?" Tanya Nam Joon biasa saja seraya menambah cat pada pilet Jisoo.

Jisoo bercerita tentang ayah, ibu, kakak perempuan, dan saudara laki-lakinya. Nam Joon juga bercerita tentang keluarganya bahkan masa traineenya.

"Untung kau tidak menyerah saat itu," timpal Jisoo setelah mendengar kisah Nam Joon yang hampir menyerah menjadi idol.

"Ya, seperti sekarang pun. Aku tidak akan menyerah."

Jisoo menoleh pada Nam Joon yang tampak serius sedang menggerakan jemarinya dengan gemulai. Nam Joon menoleh dengan tiba-tiba.

"Aku serius."

Jantung Jisoo berteriak dan protes karena sikap Nam Joon.

"Ada cipratan cat di pipimu."

Jisoo memberanikan diri. "Yang mana?"

Nam Joon meletakan kuasnya dan memajukan tangannya, tetapi pemuda itu seperti tersadar. Ia menarik kembali tangannya dan menyodorkan tisu pada Jisoo. 

"Di sebelah kiri," kata Nam Joon tetap menjaga batasan.

Jisoo malu sendiri karena niatnya yang nakal barusan. Ia mengambil tisu lalu mengusap pipinya. Cepat-cepat ia mengalihkan perhatiannya pada kanvasnya.

"Kau mau makan malam denganku di sini?"

Apa lagi ini? Jisoo malu.

"Terlalu berantakan ya?" Nam Joon lanjut berbicara mengingat memang kondisi galeri ini selayaknya bengkel seni rahasia milik Nam Joon yang berbau pengap dan cat. "Kau mau kita pulang saja setelah ini?"

"Ehm."

Nam Joon tampak kecewa.

"Maksudku...." Jisoo menundukan wajahnya. "Di sini tidak terlalu buruk, kok."

Nam Joon tanpak sumringah. Ia meninju di udara. 


Nam Joon Part

Nam Joon menunggu Jisoo memasang seat beltnya. Ia bisa saja berinisiatif melakukannya, tetapi berusaha keras menahan diri. Ia takut, Jisoo akan merasa tidak nyaman jika ia terlalu berupaya melakukan interaksi fisik dengannya.

"Besok jadwal individu dan aku sedang kosong."

Nam Joon mengangguk. "Baguslah kau bisa istirahat dengan nyaman."

Tidak ada tanggapan dari Jisoo. Kondisi tiba-tiba terasa lebih sepi. Nam Joon menghentikan mobilnya di pinggir jalan karena pikirannya sadar akan sesuatu. Betapa tidak pekanya ia.

"Boleh kita bertemu lagi besok?" tanya Nam Joon.

"Sepertinya kau sedang sibuk..." lirih Jisoo yang tampak mengalihkan pandangan.

"TIDAK! TIDAK KOK," tanpa sadar Nam Joon meninggikan nada suaranya. 

Tampak Jisoo masih tak berani menatapnya. Gadis itu hanya berdehem pelan.


Jungkook Part

Lisa menyelipkan rambutnya di samping telinga. Kemudian tangannya yang ada di pangkuannya bergerak dan menggeggam tangan  kananJungkook di bawah kolong meja. Lisa pasti sedang gugup karena di hadapannya ada seorang artis senior yang terkenal agak sombong, kaya raya, sangat cantik, dan tetap diminati muncul di berbagai drama meskipun usianya sudah tidajk muda lagi.

"Omma, Tangan sebelah kiri Jungkook meremas tangan ibu angkatnya. "Perkenalkan ini Lisa, gadis yang selalu kuceritakan."







Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Idol Shipper Syndrome: a New BeginningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang