Bab 16 : Ketahuan?

10 5 0
                                    

🌼🌼🌼🌼🌼
Selamat membaca
🌼🌼🌼🌼🌼

............

Cukup lama mereka duduk di pantai, akhirnya mereka pergi kesebuah kedai yang berada tidak jauh dari pantai tersebut.

"Kamu mau pesan apa zi?" tanya Kaivan sambil melihat menu yang berada ditangannya.

"Saya pesan capuccino blend sama nasi goreng aja," ujar Enzi sambil menyerahkan menu nya kepada pelayan yang berdiri disampingnya meja mereka.

"Disamakan aja mbak," ucap Kaivan.

"Baik, silahkan tunggu pesanannya." Dan mereka berdua hanya mengangguk tanda mengerti.

Tidak lama kemudian makanan yang mereka pesan pun sampai dan mereka menikmati makanannya dan tatapan Kaivan tidak lepas dari wajah Enzi.

"Kalau lo tau yang sebenarnya, apakah lo mau maafin gue zi. Gue sudah sayang banget sama lo, dan gue enggak bisa kalau harus lepasin lo, gue harap gue bisa selalu liat senyum lo karena senyum lo candu zi." Batin Kaivan sambil tersenyum sendu ke arah Enzi

Enzi heran kenapa Kaivan selalu melihat kearah nya dan Enzi pun melambaikan tangan nya didepan wajah Kaivan.

"Kak."

"Eh iya kenapa?" tanya Kaivan dengan terkejut.

"Seharusnya aku yang tanya, kakak kenapa melamun dari tadi."

"Aku lagi liatin kamu makan," ucap Kaivan

"Aneh banget kamu kak, masa orang makan diliatin sampai bengong kayak tadi." Heran Enzi.

"Karena yang lagi makan itu kamu, mubazir kalau enggak diliat apalagi senyum kamu itu, manis kalau diliat lama lama, dan aku lagi candu dengan senyum indah kamu itu." Mendengar penuturan Kaivan membuat Enzi salah tingkah, entah kenapa Kaivan sangat suka membuat nya salah tingkah terus.

Kemudian mereka melanjutkan makan karena tadi tertunda sedikit sebab gombalan Kaivan yang membuat Enzi salting. Setelah selesai makan mereka masih duduk disitu menikmati keindahan sekitaran pantai.

Tiba tiba Kaivan bangun dari tempat duduk dan itu membuat Enzi terkejut.

"Kenapa kak?"

"Aku mau ke kamar mandi bentar ya, sudah enggak tahan ini," ujar Kaivan sambil pergi dari sana sedangkan Enzi hanya menggeleng kepala melihat tingkah Kaivan yang sangat absurd itu, tiada hari tanpa tingkah Kaivan entah itu membuatnya salting atau membuatnya jengkel dan tidak bisa dipungkiri bahwa dia nyaman dengan Kaivan.

Hampir berjalan 5 bulan mereka berpacaran dan sangat sudah banyak kenangan yang mereka berdua ciptakan dan Enzi senang karena Kaivan memperlakukannya seperti berlian yang akan hilang.

Enzi sibuk dengan handphone sambil menunggu Kaivan kembali dan handphone Kaivan dari tadi berbunyi bahwa tanda pesan masuk.

"Kak Kaivan kemana sih, ini handphone nya bunyi terus," kesal Enzi dan Enzi langsung mengambil handphone Kaivan dan membukanya, dan tentunya Enzi mengetahui password handphone Kaivan karena Kaivan sendiri yang memberitahukannya, Kaivan berkata bahwa tidak ada rahasia diantara mereka.

Enzi kemudian membuka aplikasi WhatsApp dan dapat dia melihat chat yang sangat banyak dari satu grup dan itu membuatnya penasaran.

Sepertinya itu adalah grup Kaivan dan teman temannya karena ada nama Reihan dan lainnnya di grup ini.

Enzi sibuk membaca chat digrup itu, Enzi sekali kali tertawa melihat chat mereka yang sangat diluar nalar hingga Enzi tidak sengaja membaca sesuatu.

Enzi yang melihat chat tersebut langsung menutup mulutnya dan terisak.

Sedangkan disisi lain Kaivan sudah selesai dan menuju ke tempat dia dan Enzi makan tapi dia heran melihat Enzi yang seperti nya sedang menangis sambil melihat handphonenya, Kaivan pun langsung pergi ke tempat duduk Enzi.

"Zi, kamu kenapa?" Enzi langsung menatap Kaivan dengan berkaca kaca dan itu membuat Kaivan heran.

Kaivan menarik handphonenya dari tangan Enzi dan melihat apa yang membuat Enzi menangis dan betapa terkejutnya dia melihat chat itu, chat itu berisi taruhannya dengan teman temannya.

Kaivan buru buru memegang tangan Enzi yang sedang berdiri tapi di tepis oleh Enzi dengan kasar

"Zi, ini enggak seperti yang kamu baca, ini hanya kesalahpahaman aja."

"Tega kamu kak, tega kamu bikin aku jadi taruhan kamu dengan teman teman kamu demi sebuah motor," ujar Enzi sambil menghapus air matanya yang mengalir

"Enggak zi, aku enggak bermaksud seperti itu, tolong izinkan aku menjelaskan semuanya."

"Mau menjelaskan seperti apa kak, semuanya sudah terbukti kakak jadiin aku taruhan kakak dan teman teman kakak buat sebuah motor, segitu rendahnya aku kak sampai kakak jadikan aku taruhan." Kaivan menggeleng dengan cepat, kenapa bisa seperti ini dia tidak mau kehilangan Enzi, dia tau dia salah tapi dia sudah benar benar cinta kepada Enzi.

"Zi, tolong dengerin penjelasan aku dulu ya, aku tau aku salah, tapi aku mohon dengerin aku dulu." Mohon Kaivan

"Enggak ada yang perlu dijelasin kak, aku mau pulang." Enzi langsung berlari dan pergi dari sana dan Kaivan mengejarnya dari belakang. Enzi langsung menghentikan taksi dan masuk kedalamnya.

"Jalan pak," ujar Enzi dengan air mata yang masih mengalir dipipi nya

Sedangkan diluar mobil Kaivan mengetok pintu taksi tersebut tapi mobil tersebut sudah perlahan jalan.

"Zi, aku mohon keluar dulu," ujar Kaivan sambil mengetok pintu taksi tersebut

"Zi…,"

"Enzi!" Mobil tersebut tidak bisa Kaivan jangkau lagi, Kaivan menarik rambutnya dan kesal kepada dirinya.

"Gue minta maaf Zi," ujar Kaivan dengan sendu.

............

🌼🌼🌼🌼🌼
Terimakasih...
🌼🌼🌼🌼🌼

KENANGAN & TRAUMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang